Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pertamina Paparkan Bisnis Rendah Emisi di WWF Bali 2024

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 May 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Pertamina Paparkan Bisnis Rendah Emisi di WWF Bali 2024

KABARBURSA.COM - Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) menjadi pelopor dalam transisi energi dan dekarbonisasi di Pertamina Group, dengan fokus utama pada pengembangan bisnis beremisi rendah.

John Anis, CEO Pertamina NRE, menegaskan hal ini dalam sebuah diskusi panel berjudul 'Indonesia's Energy Transition Roadmap' yang diselenggarakan dalam acara World Water Forum (WWF) 2024.

Indonesia kembali menjadi tuan rumah forum skala global setelah sebelumnya menjadi tuan rumah G20, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan.

Diskusi panel tersebut tidak hanya mengulas tentang isu air, tetapi juga membahas topik transisi energi, di mana John memaparkan inisiatif Pertamina yang berkontribusi pada peta jalan transisi energi di Indonesia.

“Didirikannya Pertamina NRE merupakan bukti nyata komitmen Pertamina dalam mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission,” ungkap John dalam keterangannya, Selasa, 21 Mei 2024.

Sebagai BUMN energi terbesar di Indonesia, Pertamina memiliki mandat untuk menjaga ketahanan energi sambil mendukung aspirasi mencapai karbon netral pada tahun 2060. Untuk mencapai tujuan ini, Pertamina menerapkan strategi pertumbuhan ganda, yaitu dengan memperkuat bisnis eksisting dan mengembangkan bisnis beremisi rendah.

Dalam presentasinya, John mengungkapkan bahwa Pertamina NRE memainkan peran utama dalam strategi ini dengan fokus pada bisnis beremisi rendah.

Beberapa portofolio bisnis yang menjadi prioritas strategis Pertamina NRE meliputi gas untuk pembangkit listrik, energi panas bumi, efisiensi energi, hidrogen bersih, serta energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Selain itu, terdapat juga bisnis baterai, bisnis karbon, dan produksi bioetanol.

Pada tahun 2029, Pertamina NRE menargetkan kapasitas terpasang dari sumber energi panas bumi dan energi terbarukan lainnya mencapai sekitar 6 gigawatt (GW). Sementara, produksi bioetanol mencapai sekitar 630.000 kilo liter (KL). Produksi hidrogen bersih ditargetkan mencapai sekitar 77.000 ton per tahun (ktpa), dengan kurang lebih 19 juta ton kredit karbon CO2 diperdagangkan.

Beberapa inisiatif Pertamina yang mendukung dekarbonisasi, seperti efisiensi energi, penangkapan dan penyimpanan karbon, serta solusi berbasis alam dan teknologi untuk perdagangan kredit karbon, memiliki dampak signifikan terutama dalam sektor hulu migas dan industri lainnya.

Pertamina NRE telah berhasil memperdagangkan kredit karbon di bursa, dengan total volume transaksi mencapai sekitar 561.000 ton CO2 hingga saat ini, dengan pembeli dari sektor industri pertambangan, perbankan, dan penerbangan.

Untuk pengembangan geothermal, Pertamina NRE, melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), menargetkan peningkatan kapasitas terpasang menjadi 1,4 GW pada tahun 2029. Saat ini, PGE memiliki kapasitas terpasang sebesar 672 MW dan berencana untuk meningkatkannya secara agresif.

Di masa mendatang, Pertamina NRE juga akan menjadi pemasok bioetanol untuk Pertamina Green. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, permintaan Pertamax Green diperkirakan akan mencapai 51 juta KL pada tahun 2034.

Fadjar Djoko Santoso, Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan PT Pertamina (Persero), menyatakan dukungan penuh terhadap target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Berbagai program inisiatif penurunan emisi tersebut dilaksanakan di seluruh bisnis Pertamina, terutama melalui PNRE yang memegang peran penting dalam transisi energi.

“Inisiatif transisi energi dan dekarbonisasi akan terus diperkuat di semua lini usaha untuk menjaga keberlanjutan energi di masa mendatang,” ujar Fadjar.

Pertamina secara konsisten menunjukkan komitmen kuatnya terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), tidak hanya melalui inisiatif bisnis tetapi juga dalam praktik bisnis yang berkelanjutan dengan menerapkan aspek environmental, social, and governance (ESG).