KABARBURSA.COM - Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, secara resmi menunjuk Mohammad Mokhber sebagai presiden sementara Iran setelah kematian tragis Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter. Iran menetapkan lima hari masa berkabung nasional.
Kematian mendadak Presiden Ebrahim Raisi mengejutkan dunia, meninggalkan tanda tanya besar mengenai siapa yang akan menjadi presiden de facto.
Mohammad Mokhber, wakil presiden pertama Raisi sejak 2021, kini menjadi pusat spekulasi sebagai calon kuat dalam pemilu yang kemungkinan akan digelar pada 28 Juli mendatang.
Mokhber dikenal sebagai sosok dekat Ayatollah Ali Khamenei, penguasa utama Iran yang memegang kendali atas semua keputusan besar negara.
Pada usia 68 tahun, Mokhber akan memimpin dewan beranggotakan tiga orang yang bertugas menyelenggarakan pemilihan presiden baru dalam waktu 50 hari. Selama periode ini, ia akan memiliki "kekuasaan dan fungsi presiden" sesuai dengan konstitusi Iran.
Pemilu pada bulan Juli nanti mungkin akan memasukkan Mokhber sebagai kandidat kuat untuk menggantikan Raisi secara permanen.
Selain tugas rutin mengawasi proyek-proyek pemerintah di seluruh negeri, Mokhber juga dikenal sebagai salah satu pejabat tinggi Iran yang terlibat dalam pembicaraan dengan Rusia setelah invasi Ukraina pada 2022. Ia dilaporkan melakukan perjalanan ke Moskow untuk mencapai kesepakatan suplai senjata.
Kematian Raisi diperkirakan akan berdampak besar pada proses penunjukan pengganti Khamenei, 85 tahun, sebagai Pemimpin Tertinggi. Raisi sebelumnya dikenal sebagai pesaing utama bersama putra Khamenei, Mojtaba, yang kini menjadi calon terkuat.
Namun, sikap publik Iran terhadap pemerintahan dinasti sangat kompleks, mengingat sejarah revolusi tahun 1979 yang menggulingkan monarki.
Siapapun yang menggantikan jabatan Pemimpin Tertinggi haruslah seorang ulama Islam berpangkat tinggi, yang membuat politisi biasa seperti Mokhber kurang berpeluang. Sama seperti Raisi, yang merupakan teolog berpengalaman sebelum menjadi kepala peradilan dan kemudian presiden.
Mokhber, mantan perwira Korps Garda Revolusi Islam, lebih dikenal karena 14 tahun menjalankan dana abadi yang disebut Eksekusi Perintah Imam Khomeini.
Juga dikenal sebagai Setad, dana tersebut mengendalikan aset properti yang disita setelah revolusi dan kini menjadi kekuatan ekonomi dengan kepentingan bisnis di berbagai sektor utama termasuk keuangan, minyak, konstruksi, dan farmasi.
Pada awal tahun 2021, Mokhber dikenai sanksi oleh AS karena mengelola dana tersebut.
Meskipun dikla