Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Komoditas Logam Mendekati Level Tertinggi, Nikel USD21.000

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 May 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Komoditas Logam Mendekati Level Tertinggi, Nikel USD21.000

KABARBURSA.COM - Harga timah berjangka (futures) di London Metal Exchange (LME) naik ke atas USD34.000 per ton, mendekati level tertinggi dalam dua tahun. Harga timah berada di level USD34.251 alias naik 1,55 persen pada Senin, 21 Mei 2024 di tengah kuatnya permintaan dan penurunan pasokan.

Selain timah, harga nikel berjangka (futures) juga kembali meroket 6,48 persen pada perdagangan Senin, 21 Mei, di level USD21.080 per ton di LME. Harga ini belum bergeser dari kenaikan yang terjadi pada Jumat, 17 Mei. Namun, jika melihat data Trading Economics, harga nikel melesat 1,29 persen di level USD21.409 per ton pada tanggal yang sama.

Nikel melonjak melewati level USD21.000 per ton, mencapai level tertinggi sejak September 2023, karena investor semakin cemas atas potensi gangguan pasokan akibat meningkatnya ketegangan di Kaledonia Baru.

Dalam tiga malam terakhir, ribuan orang membanjiri jalan-jalan di Kaledonia Baru untuk memprotes upaya pemerintah Prancis mengubah undang-undang pemungutan suara di wilayah pulau tersebut. Kerusuhan yang meluas, penjarahan, dan kematian lima orang telah memaksa pihak berwenang Perancis untuk mengumumkan keadaan darurat dan melancarkan operasi polisi untuk merebut kembali kendali ibu kota, Noumea.

Ini karena Kaledonia Baru adalah wilayah pertambangan nikel global besar sehingga kekhawatiran mengenai penghentian operasi mengancam proyeksi surplus pasar tahun ini. “Nikel adalah kutukan bagi Kaledonia Baru,” kata ekonom komoditas Philippe Chalmin dari BFM TV.

Menurut laporan Institut d’émission d’Outre-mer (IEOM), lebih dari 15.000 orang mencari nafkah dari nikel di Kaledonia Baru, atau 25 persen dari seluruh pekerja di wilayah tersebut dari 270.000 penduduknya. Menurut Bureau de Recherches Géologiques et Minières, pada 2020, terdapat lebih dari 1.500 hak pertambangan di wilayah tersebut, ditambah tiga pabrik pengolahan. Namun, sektor ini sempat sangat terpukul oleh penurunan harga.

Meskipun permintaan meningkat di seluruh dunia, harga terdorong turun oleh pesatnya ekspansi produksi di Indonesia. Berkat dukungan finansial dari China Indonesia telah meningkatkan produksi nikelnya sepuluh kali lipat dalam satu dekade, mencapai 1,8 juta ton pada 2023, sementara produksi Kaledonia Baru telah mencapai batas tertinggi sebesar 230.000 ton.

Para pelaku industri pertambangan percaya bahwa kenaikan harga nikel yang mencapai USD21.000 per ton disebabkan oleh pemulihan permintaan baja tahan karat, terutama dari China.

Hendra Sinadia, seorang eksekutif dari Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA), menjelaskan bahwa pasar baja tahan karat di China telah kembali ke kondisi normal setelah pandemi Covid-19, yang mendorong permintaan akan nikel sebagai bahan baku. "Harga yang meningkat lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen terkait permintaan baja tahan karat," ujarnya, Selasa, 21 Mei.

Hendra menilai, kenaikan harga ini bakal berdampak positif terhadap Indonesia. Apalagi, sebagian besar produk olahan nikel dari Indonesia, khususnya nickel pig iron (NPI), digunakan untuk kebutuhan baja nirkarat.

Dengan situasi yang menantang ini, perusahaan pertambangan raksasa Glencore memutuskan untuk menjual sahamnya di pabrik Koniambo Nickel (KNS), sehingga menghentikan kompleks pertambangan metalurgi di Provinsi Utara.

Sementara untuk komoditas timah, Indonesia sebagai eksportir terbesar juga memicu kekhawatiran akan terbatasnya pasokan secara global. Ini karena penundaan perizinan berdampak besar pada pengiriman pada kuartal pertama tahun ini, yang diperburuk oleh kekhawatiran akan gangguan perizinan di masa depan pada sisa tahun ini. Hal ini memperburuk kemunduran produksi sebelumnya, yang utamanya disebabkan oleh gangguan pertambangan di Negara Bagian Wa, Myanmar di tengah perang yang terjadi di negara tersebut.

Sementara itu, upaya China untuk mendapatkan bijih timah dari Kongo, bukan Wa, hanya berumur pendek karena kerusuhan bersenjata di negara tersebut juga menghambat aktivitas penambangannya.

Perkembangan ini bertepatan dengan tanda-tanda bahwa permintaan China akan kembali menguat di tengah tingginya penerbitan obligasi dan spekulasi bullish jangka panjang. Ini karena logam tersebut karena sifat soldernya yang digunakan dalam chip dan infrastruktur AI. Akibatnya, persediaan timah di LME merosot 36 persen tahun ini menjadi 4.935 ton.

Perlu dicatat bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor nikel dan barang terkait nikel (kode HS75) pada bulan Maret 2024 sebesar USD460 juta, mengalami penurunan sebesar 16,16 persen dibandingkan dengan bulan Maret tahun sebelumnya yang mencapai USD550 juta.

Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kinerja pada bulan Februari 2024 sebesar USD0,43 miliar, nilai ekspor nikel pada bulan Maret mengalami peningkatan sebesar 7,2 persen.

Dalam Konferensi Pers Ekspor Impor Maret 2024 yang diadakan pada Senin, 22 April kemarin, Plt Kepala BPS Amalia menyatakan, "Nilai ekspor nikel dan barang terkait nikel yang masuk dalam kategori HS75 pada bulan Maret 2024 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Februari 2024, dengan peningkatan sebesar 7,20 persen."

Selain nikel, logam non-ferrous lain yang menjadi andalan Indonesia juga mengalami penguatan. Harga tembaga naik 2,07 persen menjadi USD10.889 per ton, harga timah naik 0,63 persen menjadi USD34.468 per ton, dan harga aluminium naik 0,69 persen menjadi USD2.630 per ton.