KABARBURSA.COM - Dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura disebut tidak menyukai Indonesia memiliki perusahaan semikonduktor. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan dampak dari sikap tersebut.
"Kejadian tersebut menimbulkan kehebohan, yang sebenarnya merupakan upaya untuk menghambat rencana Indonesia mendirikan pabrik semikonduktor sendiri dan menjadi produsen berbagai barang elektronik," kata Airlangga, dikutip Senin, 13 Mei 2024.
Airlangga menambahkan, Malaysia dan Singapura memanfaatkan organisasi nonpemerintah atau non-governmental organization (NGO) sebagai pembuat kegaduhan dengan tujuan Indonesia gagal memasuki industri semikonduktor.
Menko Perekonomian itu menuturkan bahwa saat ini pemerintah sedang mempersiapkan pembangunan pabrik semikonduktor dengan mengandalkan investasi dari Amerika Serikat (AS) hingga China. Menurutnya, pembangunan pabrik semikonduktor membutuhkan investasi yang besar.
"Indonesia sudah menjadi tujuan investasi bagi tujuh negara dalam industri semikonduktor, termasuk AS dan China. Kami berencana untuk membangun fasilitas integrasi di Pulau Rempang dengan investasi sebesar USD12 miliar," ujarnya.
Meskipun begitu, Airlangga menyoroti tantangan yang masih dihadapi dalam pembangunan pabrik semikonduktor di Indonesia terkait sumber daya manusia (SDM). Di masa depan, Indonesia masih membutuhkan jumlah yang cukup besar dari SDM yang terampil di bidang mikroelektronik dan megatronik.
Namun, menurutnya, Indonesia sebelumnya telah mencoba terlibat dalam industri semikonduktor pada masa pemerintahan Menteri Ketenagakerjaan periode 1993-1998, Abdul Latief.
Namun, menurut Airlangga, pembangunan industri semikonduktor tidak berkembang ketika teknologi robotisasi mulai diterapkan, yang menyebabkan perusahaan asing memilih untuk pindah ke Malaysia.
"Dulu ada perusahaan semikonduktor di Indonesia, tetapi pada masa pemerintahan Menteri Latief, ia menentang penggunaan teknologi robotisasi dalam industri semikonduktor. Akibatnya, perusahaan semikonduktor tersebut memutuskan untuk pindah ke Malaysia," ungkap Airlangga.
"Saati ini, ekspor Malaysia di bidang elektronik mencapai 40 persen. Oleh karena itu, Indonesia perlu menarik kembali industri semikonduktor untuk berinvestasi di Indonesia. Namun, industri semikonduktor di Indonesia baru sebatas tahap pengujian dan perakitan," pungkas Menko Perekonomian.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.