Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Tembaga di Pasar Global Makin Kuat Lampaui USD10 Ribu

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 April 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Tembaga di Pasar Global Makin Kuat Lampaui USD10 Ribu

KABARBURSA.COM - Harga tembaga di pasar global terus menguat dan telah melampaui level USD10.000/ton di London Metal Exchange (LME) menjelang akhir bulan April 2024. Situasi ini diprediksi akan menguntungkan bagi Indonesia.

Tembaga di LME hari ini, Selasa 30 April 2024, mengalami kenaikan 1,71 persen mencapai US$10.135/ton pada penutupan perdagangan Senin 29 April 2024, melampaui level pada pekan sebelumnya di USD9.965/ton pada penutupan Jumat 26 April 2024.

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli memperkirakan Indonesia akan merasakan manfaat dari lonjakan harga tembaga ini, terutama karena kepemilikan negara terhadap tambang-tambang yang menghasilkan tembaga, seperti Freeport, Amman, dan Batu Tua.

Selain itu, Indonesia juga diharapkan mendapat manfaat dari pembagian laba atau dividen dari Freeport, mengingat Indonesia kini memiliki 51 persen saham di perusahaan tersebut.

Menurut Rizal, dividen yang akan diterima dari Freeport merupakan keuntungan utama, dengan nilai yang lebih besar karena lonjakan harga tembaga.

Penting untuk dicatat bahwa Freeport pada tahun sebelumnya telah menyetor sekitar Rp3,35 triliun dari keuntungan bersih perusahaan pada 2023 kepada Pemerintah Provinsi Papua Tengah dan kabupaten di sekitarnya.

Selama tahun 2023, PTFI berhasil memproduksi 1,65 miliar pon tembaga dan 1,97 juta ons emas, dengan laba bersih mencapai US$3,16 miliar atau setara dengan Rp48,79 triliun.

Meskipun demikian, Rizal menekankan bahwa biaya operasional tambang mengalami peningkatan karena kenaikan biaya energi, bahan penolong, dan perawatan, yang dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik global.

Industri Tambang Terancam

Lonjakan harga tembaga mencapai USD10.000 per ton, yang terjadi hanya beberapa hari setelah BHP Group mencoba membeli Anglo American Plc, menyoroti masalah inti dalam industri tambang global: para penambang belum cukup membangun tambang baru.

Para produsen terbesar di dunia berupaya meningkatkan produksi tembaga untuk memenuhi permintaan komponen kendaraan listrik, infrastruktur jaringan listrik, dan pusat data.

Namun, produksi dari tambang-tambang tembaga eksisting di berbagai negara diprediksi akan menurun tajam dalam beberapa tahun mendatang. Untuk menghadapi risiko ini, korporasi penambang perlu menginvestasikan lebih dari USD150 miliar antara 2025 dan 2032 untuk memenuhi kebutuhan pasokan industri.

“Tembaga sepertinya menjadi risiko pasokan terakhir bagi industri kendaraan listrik,” kata Bernard Dahdah, analis komoditas senior di Natixis SA. “Dalam skenario net-zero, kita memerlukan tembaga dalam jumlah besar dan strategi berbeda untuk meningkatkan pasokan.”

Kekhawatiran tentang pasokan telah menjadi salah satu faktor utama dalam kenaikan harga tembaga sebesar 16{5c49780942a81f0fa3174a56fa804d4c6778fdf8b696d39d7d127491773c8d95} tahun ini. Meskipun permintaan tembaga saat ini relatif lemah, pasar fisik memiliki pasokan yang cukup baik.

Data LME juga menunjukkan penguatan harga logam non-ferrous lainnya. Aluminium naik 0,8 persen menjadi USD2.590/ton pada penutupan Senin. Nikel naik 0,25 persen menjadi USD19.148/ton, dan timah naik 0,48 persen menjadi USD32.566/ton.