KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) menyebut digitalisasi bisa mendukung ekonomi nasional. Tapi, hal ini tidak bisa berjalan jika ada ketimpangan digital.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, setuju jika digitalisasi adalah instrumen yang bisa mendorong pendapatan nasional.
"Digitalisasi bisa menjadi salah satu instrumen pendorong pendapatan sehingga bisa menjadi negara kelas menengah atas," ujarnya kepada Kabar Bursa, Selasa, 30 April 2024.
Huda mengatakan, digitalisasi bisa membuat ekonomi lebih efisien dan mendatangkan kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pendapatan lebih melalui kegiatan gig economy.
Transaksi yang cepat hingga kesempatan mendapatkan penghasilan lebih luas, kata dia, akan mendorong pendapatan bertambah.
"Pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa melaju lebih cepat," ucapnya.
Kendati begitu, Huda menyatakan peran digitalisasi sulit dicapai apabila masih ada digital divide atau ketimpangan digital.
Dia menyebut ketimpangan digital di dalam negeri masih ada sehingga membuat ekonomi digital hanya dinikmati segelintir kalangan.
"Saat ini ketimpangan digital di Indonesia masih eksis dan menyebabkan ekonomi digital Indonesia yang begitu besar hanya dinikmati segelintir kalangan," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa digitalisasi adalah suatu keharusan untuk mendukung kemajuan ekonomi nasional dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara berpenghasilan menengah ke atas.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan bahwa digitalisasi dapat meningkatkan produktivitas, menciptakan lebih banyak peluang kerja, serta mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat, terutama kalangan muda dan milenial yang akan menjadi pemimpin masa depan bangsa.
“Indonesia termasuk salah satu negara yang paling cepat mengadopsi teknologi dan digitalisasi, khususnya dalam sektor ekonomi keuangan,” kata Perry dalam acara Kick Off dan Seminar Bank Indonesia Hackathon 2024, Senin, 29 April 2024.