KABARBURSA.COM - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, atau BRI, Sunarso menegaskan bahwa BRI tidak mengalami masalah likuiditas hingga kuartal I 2024, meskipun Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan.
Sunarso menjelaskan bahwa BRI memiliki rasio pinjaman terhadap simpanan, atau loan to deposit ratio (LDR), sekitar 83,38 persen, yang menurutnya menunjukkan likuiditas yang masih cukup longgar. Dia menyatakan bahwa BRI baru akan mulai khawatir jika LDR optimal berada di level 90 persen-92 persen.
"Bagi BRI dengan LDR sekitar 83 persen, kami merasa baik-baik saja. Kami akan menjaga rasio likuiditas dengan baik, tetapi bukan berarti kami akan menghambat pertumbuhan kredit. Kami tetap akan terus mendorong pertumbuhan kredit," ujar Sunarso pada Kamis 25 April 2024.
Sunarso yakin bahwa BRI akan tetap mempertahankan pertumbuhan kredit di level double digit, meskipun BI Rate naik hingga 25 basis poin ke level 6,25 persen, karena perusahaan masih memiliki likuiditas yang mencukupi.
"Saat ini, pertumbuhan kredit kami mencapai lebih dari 10 persen, yang berarti pertumbuhan kredit tetap berlanjut dan likuiditas masih mencukupi. LDR kami masih dalam kondisi baik. Jadi, kami memiliki likuiditas yang cukup untuk terus mendorong pertumbuhan kredit," tambah Sunarso.
Sunarso juga menilai bahwa keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan merupakan langkah yang logis dan rasional untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Sunarso menjelaskan, terkait situasi global dan domestik, bank sentral memiliki dua komponen yang harus dikelola sebagai acuan performa, yakni inflasi dan nilai tukar mata uang.
"Menurut saya, dalam rangka mengendalikan nilai tukar dan inflasi, BI sudah tepat merespon tantangan itu dengan menaikkan suku bunga acuan. Jadi naiknya suku bunga itu keputusan logis dan rasional, lalu menyebabkan tantangan likuiditas," ujar Sunarso dalam Konferensi Pers Kinerja Keuangan BRI Kuartal I 2024, Kamis 25 April 2024.
Sunarso menjelaskan, kendati menghadapi tantangan likuiditas, pihak perbankan harus mengikuti keputusan bank sentral. Menurut dia, bank harus memikul beban bersama dan ikut bersusah payah untuk tetap mempertahankan likuiditas di tengah kenaikan suku bunga.
Sebelumnya, BI mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi April. Di luar ekspektasi, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat mengumumkan kenaikan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 7 persen," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG, Rabu 24 April 2024.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.