Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Stagnasi Harga Bitcoin Pasca Halving, Apa yang Terjadi?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 25 April 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Stagnasi Harga Bitcoin Pasca Halving, Apa yang Terjadi?

KABARBURSA.COM - Pasca-halving Bitcoin pada 20 April lalu, pasar cryptocurrency menyaksikan satu bulan pergerakan harga yang menunjukkan stagnasi di kisaran US$12.000 sejak Maret. Meskipun sempat mengalami lonjakan ke rekor tertinggi baru di US$73.680.

Namun kemudian diikuti oleh penurunan cepat ke level terendah US$59.630. Fenomena ini memunculkan keraguan di kalangan trader dan investor tentang arah pasar selanjutnya, terutama setelah tidak ada perubahan signifikan pasca-halving.

Menurut Fyqieh Fachrur, seorang trader dari Tokocrypto, beberapa faktor memengaruhi kinerja negatif Bitcoin pasca-halving. Ketakutan akan koreksi pasar saham AS, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, dan berkurangnya kepercayaan terhadap perekonomian China menjadi penyebab utama. Faktor lain adalah tingkat pendanaan yang berubah menjadi negatif untuk pertama kalinya tahun ini, menunjukkan perubahan sentimen pasar ke arah bearish.

"Pergerakan harga Bitcoin akan sedikit berbeda setelah halving tahun ini, karena BTC telah mengalami lonjakan yang cukup besar, dan bahkan mencapai rekor tertinggi baru sebelum halving itu sendiri. Oleh karena itu, seluruh siklus harga yang biasanya mengelilingi peristiwa ini tampaknya menjadi lebih terkompresi," ungkap Fyqieh. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis 25 April 2024.

Namun, alasan utama stagnasi harga pasca-halving adalah karena Federal Reserve AS belum memberikan sinyal kuat untuk penurunan suku bunga. Hal ini berbeda dari tahun 2020 ketika The Fed memiliki kebijakan moneter yang cukup longgar dengan suku bunga yang relatif rendah, yang berdampak pada kenaikan harga pasca-halving.

"Stagnansi harga Bitcoin setelah halving bisa dianggap sebagai fenomena yang wajar. Banyak yang mengharapkan kenaikan harga yang signifikan setelah halving, padahal efek dari halving ini sebenarnya dirasakan dalam 2-4 bulan setelahnya. Bagi yang masih ragu atau tidak yakin dengan arah pergerakan harga Bitcoin, bisa memilih menggunakan teknik Dollar Cost Averaging (DCA), mengingat ketidakpastian di pasar akhir-akhir ini yang bisa saja Bitcoin berpotensi bullish atau bearish," tuturnya.

Meskipun demikian, Fyqieh memperkirakan harga maksimum Bitcoin yang masih mungkin tercapai hingga akhir tahun ini adalah sekitar US$100.000 atau sekitar Rp 1,6 miliar. Namun, pencapaian ini juga bergantung pada sentimen pasar serta potensi permintaan besar dari institusi. Sejarah menunjukkan bahwa halving pada tahun 2012 menandai awal dari kenaikan Bitcoin yang meroket, dan halving berikutnya pada tahun 2016 dan 2020 menunjukkan peningkatan yang signifikan masing-masing. (Zul)