Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ketegangan Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Dunia Menguat

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 13 April 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Ketegangan Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Dunia Menguat

KABARBURSA.COM - Harga minyak menguat pada Jumat (12/4/2024) di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, meskipun mencatat penurunan mingguan karena perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia yang kurang optimis dari Badan Energi Internasional (IEA) dan kekhawatiran terhadap perlambatan pemangkasan suku bunga oleh Amerika Serikat (AS).

Menurut laporan dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik sebesar 71 sen menjadi US$ 90,45 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik sebesar 64 sen menjadi US$ 85,66. Namun, harga Brent turun sebesar 0,8{5c49780942a81f0fa3174a56fa804d4c6778fdf8b696d39d7d127491773c8d95} dan WTI turun lebih dari 1{5c49780942a81f0fa3174a56fa804d4c6778fdf8b696d39d7d127491773c8d95} selama minggu ini.

Selama seminggu, harga minyak mendekati level tertinggi dalam enam bulan, terutama karena kekhawatiran bahwa Iran, sebagai produsen OPEC terbesar ketiga, mungkin akan melakukan serangan balasan terhadap Israel setelah serangan pesawat tempur Israel terhadap kedutaan Iran di Damaskus.

Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, menyatakan bahwa fokus utama pasar saat ini adalah potensi respon dari Iran terhadap Israel, dengan kekhawatiran akan gangguan pasokan yang mendukung harga minyak.

Meskipun AS memperkirakan kemungkinan serangan Iran terhadap Israel, namun pejabat AS mengatakan serangan tersebut tidak akan cukup besar untuk memicu keterlibatan AS dalam konflik, sementara sumber-sumber di Iran mengindikasikan bahwa Teheran berniat memberikan respons yang menghindari eskalasi besar.

Tim Snyder, seorang ekonom di Matador Economics, mengatakan bahwa masalah rantai pasokan tetap menjadi risiko besar karena Iran terus mengancam akan menutup Terusan Suez.

Badan Energi Internasional memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada tahun 2024 menjadi 1,2 juta barel per hari, sementara OPEC memperkirakan peningkatan sebesar 2,25 juta barel per hari pada tahun yang sama. Ole Hansen dari Saxo Bank menyatakan bahwa saat ini pasar cenderung mengikuti perkiraan pertumbuhan permintaan OPEC yang lebih tinggi daripada perkiraan IEA yang lebih rendah.

Kenaikan harga minyak pada Jumat menghapus kerugian pada sesi sebelumnya yang dipicu oleh laporan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, yang mengurangi harapan pemangkasan suku bunga AS pada bulan Juni. Peningkatan suku bunga dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.

Berdasarkan laporan perusahaan jasa energi Baker Hughes, perusahaan-perusahaan energi AS telah memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi selama empat minggu berturut-turut. Jumlah rig minyak dan gas, yang menjadi indikator awal produksi di masa depan, turun tiga rig menjadi 617 rig dalam seminggu hingga 12 April, mencapai level terendah sejak November.

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) melaporkan bahwa manajer keuangan telah meningkatkan posisi net long pada minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi pada minggu yang berakhir pada 9 April.