KABARBURSA.COM - Mata uang terendah di dunia seringkali dilihat dari nilai tukarnya terhadap mata uang negara lainnya. Namun, penting untuk diketahui bahwa nilai sebuah mata uang tidak hanya ditentukan oleh nilai tukarnya terhadap mata uang lain, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti inflasi, stabilitas ekonomi, dan kebijakan moneter.
Nilai tukar tidak selalu mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara. Sebuah mata uang yang kuat tidak selalu mengindikasikan ekonomi negaranya yang baik. Begitu pun sebaliknya, sebuah negara dengan mata uang terendah di dunia tidak selalu menggambarkan perekonomiannya yang buruk.
Nilai tukar mata uang juga bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kebijakan perdagangan internasional, gejolak politik, dan lain-lain.
Berikut ini daftar mata uang terendah di dunia pada tahun 2024, sebagaimana dirangkum dari Forbes:
1. Rial Iran (IRR)
Rial Iran adalah mata uang terendah di dunia. Depresiasi nilainya dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti ketidakstabilan politik, dampak perang Iran-Irak di masa lalu, sanksi ekonomi, dan program nuklir. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah, setiap 1 rial Iran setara dengan Rp0,38.
2. Dong Vietnam (VND)
Dong Vietnam menempati urutan kedua sebagai mata uang terendah di dunia. Vietnam secara historis beroperasi di bawah sistem perekonomian terpusat atau sosialis, dan meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk membangun perekonomian pasar, tantangannya masih besar. Saat ini, Dong Vietnam mengalami devaluasi yang signifikan. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah Indonesia, setiap 1 dong Vietnam setara dengan Rp0,64.
3. Laos/Laotian Kip (LAK)
Di peringkat ketiga, Laos/Laotian Kip merupakan salah satu mata uang terendah di dunia. Sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1952, nilai mata uang Laos relatif rendah, meskipun secara perlahan meningkat seiring berjalannya waktu. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah Indonesia, setiap 1 LAK setara dengan Rp0,75.
4. Sierra Leone Leone (SLL)
Sierra Leone, negara di Afrika, menghadapi tantangan ekonomi yang besar. Sejarahnya yang penuh skandal, korupsi, dan perang telah memengaruhi nilai mata uang dan perekonomiannya. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah Indonesia, setiap 1 SLL setara dengan Rp0,81.
5. Rupiah Indonesia (IDR)
Rupiah Indonesia belum menunjukkan penguatan signifikan dalam dua dekade terakhir, terutama setelah krisis moneter tahun 1998.
Depresiasi nilai rupiah dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk menurunnya cadangan devisa dan ketergantungan pada ekspor komoditas.
6. Som Uzbekistan (UZS)
Perekonomian Uzbekistan termasuk yang terlemah di kawasan Asia, mengakibatkan lemahnya mata uang Som Uzbekistan. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah, setiap 1 UZS setara dengan Rp1,26.
7. Franc Guinea (GNF)
Franc Guinea menempati posisi ketujuh sebagai mata uang terendah di dunia.
Guinea menghadapi tantangan ekonomi akibat korupsi dan kerusuhan politik yang melemahkan mata uangnya dari tahun ke tahun. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah, setiap 1 GNF setara dengan Rp1,85.
8. Guarani Paraguay (PYG)
Paraguay mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan inflasi tinggi, korupsi, pengangguran, dan kemiskinan meningkat. Hal ini berdampak buruk pada nilai mata uang Guarani Paraguay. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah Indonesia, setiap 1 PYG setara dengan Rp2,16.
9. Shilling Uganda (USH)
Shilling Uganda adalah salah satu mata uang paling tidak bernilai di dunia saat ini. Uganda mengalami kemunduran signifikan di bawah pemerintahan Idi Amin dan kebijakan yang merugikan perekonomian negara. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah Indonesia, setiap 1 USH setara dengan Rp4,18.
10. Dinar Irak (IQD)
Di urutan kesepuluh, dinar Irak adalah salah satu mata uang terendah di dunia. Peningkatan inflasi dan kerusuhan politik telah merusak nilai tukar mata uang Irak. Apabila dikonversikan ke mata uang rupiah Indonesia, setiap 1 IQD setara dengan Rp12,17.
Penyebab nilai mata uang rendah
Mata uang yang rendah dalam nilai tidak selalu mencerminkan keburukan perekonomian suatu negara. Meskipun Rupiah termasuk salah satu mata uang terendah di dunia, ekonomi Indonesia tetap relatif stabil dengan pertumbuhan yang terus berlanjut.
Berikut adalah beberapa aspek yang mungkin terkait dengan mata uang suatu negara yang memiliki nilai rendah:
1. Inflasi Tinggi
Mata uang rendah sering terkait dengan tingkat inflasi tinggi, yang dapat mengurangi daya beli masyarakat dan nilai tukar mata uang.
2. Ketidakstabilan Ekonomi
Nilai rendah mata uang bisa mencerminkan ketidakstabilan ekonomi, disebabkan oleh faktor seperti ketidakstabilan politik, kebijakan ekonomi yang tidak konsisten, atau lemahnya institusi keuangan.
3. Defisit Neraca Perdagangan
Negara dengan defisit neraca perdagangan besar dapat mengalami tekanan pada nilai mata uangnya karena impor yang lebih besar dari ekspor, yang dapat menurunkan permintaan terhadap mata uang domestik.
4. Ketergantungan pada Komoditas
Negara yang sangat bergantung pada ekspor komoditas tertentu, terutama jika harga komoditas tersebut turun, dapat mengalami penurunan nilai mata uang karena pendapatan ekspor yang menurun dan devaluasi mata uang.
5. Utang Luar Negeri Tinggi
Negara dengan utang luar negeri tinggi atau kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran utangnya dapat mengalami tekanan pada nilai mata uangnya.
Informasi di atas menggambarkan bahwa nilai rendah mata uang tidak selalu mencerminkan keadaan ekonomi yang buruk secara keseluruhan.