KABARBURSA.COM - Harga minyak mengalami kenaikan pada pagi Kamis, 4 April 2024, dipicu oleh sentimen dari konfirmasi OPEC+ untuk melanjutkan pembatasan output hingga bulan Juni mendatang. Meskipun begitu, sikap hati-hati dari Federal Reserve dalam memangkas suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dan laporan EIA membatasi pergerakan harga lebih lanjut.
Tim Research and Development ICDX menyatakan bahwa dalam pertemuan peninjauan tingkat menteri (JMMC) yang dilakukan secara daring pada hari Rabu, OPEC dan sekutunya sepakat untuk mempertahankan target produksi mereka saat ini sekitar 2 juta barel per hari dan akan diberlakukan setidaknya hingga akhir Juni untuk mendukung pasar.
Selain itu, JMMC juga menjadwalkan pertemuan berikutnya pada tanggal 1 Juni, yang sama dengan pertemuan penuh OPEC+ berikutnya untuk memutuskan kebijakan.
Pasca pertemuan, pemimpin dari sekutu OPEC, Rusia, menyatakan sepenuhnya mematuhi komitmennya untuk mengurangi pasokan minyak sebagai bagian dari kesepakatan aliansi kelompok tersebut, kata Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, pada hari Rabu.
“Komentar Novak tersebut sekaligus memberikan tekanan pada beberapa negara anggota aliansi yang masih belum mematuhi komitmen seperti Irak, Gabon dan Kazakhstan untuk mengkompensasi kelebihan produksi mereka,” papar Tim Research and Development ICDX.
Tidak hanya itu, Tim Research and Development ICDX menambahkan bahwa Novak juga menyatakan bahwa meskipun Rusia memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi bahan bakar untuk mengimbangi dampak serangan drone dan gangguan teknis dari Ukraina, Rusia akan tetap memegang komitmen untuk mengurangi output di kuartal kedua berdasarkan produksi, bukan ekspor.
Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Rabu mengatakan bahwa masih diperlukan lebih banyak perdebatan dan data sebelum suku bunga AS diturunkan. Oleh karena itu, Powell memilih untuk tetap berpegang pada strategi penurunan suku bunga Fed yang hati-hati.
“Komentar Powell tersebut mengisyaratkan bahwa masih terdapat keraguan akan pemulihan ekonomi AS, meskipun data terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, sehingga menahan ekspektasi permintaan AS dalam jangka pendek, termasuk permintaan minyak mentah,” papar Tim Research and Development ICDX.
Masih dari AS, badan statistik Energy Information Administration (EIA) pada Rabu malam melaporkan bahwa stok minyak mentah AS dalam sepekan secara tak terduga naik sebesar 3,2 juta barel, di luar prediksi awal yang memperkirakan stok akan turun sebesar 1,5 juta barel. "Laporan EIA tersebut mengindikasikan permintaan yang melemah di pasar energi AS," tambah Tim Research and Development ICDX.
Melihat dari sudut pandang teknis, Tim Research and Development ICDX memprediksi harga minyak menemui posisi resistance terdekat di level USD88 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif, maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level USD84 per barel.