KABARBURSA.COM - Kepala Departemen Serikat Petani Kelapa Sawit Marselinus Andri menyoroti soal PT Pertamina Patra Niaga menjadi penerima utama dari alokasi biodiesel pemerintah Indonesia.
“Terdapat 685 perusahaan pengolah TBS (Tandan Buah Segar) dengan jumlah pabrik kelapa sawit mencapai 792 unit yang dilaporkan telah memasok minyak sawit ke lima kelompok korporasi tersebut. Pemasok bahan baku BU BBN (Badan Usaha Bahan Bakar Nabati) ini tersebar hampir di seluruh pulau besar,” kata Andri dalam siaran persnya, Senin, 25 Maret 2024.
Lebih lanjut Andri mengatakan bahwa ada peluang bagi pemerintah dan pelaku usaha BU BBM, khususnya PT Pertamina (Persero) untuk mewujudkan rantai pasok biodiesel yang lebih baik.
Adapun fakta bahwa 79 persen alokasi biodiesel diserap oleh PT Pertamina Patra Niaga dan pemasok bahan baku BU BBN lima grup biodiesel relatif tersebar, menunjukkan bahwa komitmen keberlanjutan (sustainability commitment) yang diwujudkan pada tingkat BU BBM atau produsen biosolar berpotensi memberikan dampak yang besar dengan mempengaruhi perilaku pemasok midstream dan hulu, baik dari tingkat produsen biodiesel, minyak sawit, dan TBS.
Ditambah lagi dengan adanya riwayat deforestasi dari pemasok TBS dari pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS) tersebut, seluruh grup biodiesel telah terekspose dengan perusahaan-perusahaan yang pernah melakukan deforestasi semakin meyakinkan kita bahwa biosolar yang di produksi oleh kita, tidak lepas dari praktek perusakan lingkungan.
“Dalam laporan kami terdapat fakta yang menunjukkan bahwa 80 persen pelaku deforestasi itu adalah perkebunan skala besar, maka pertanyaannya, mengapa sawit rakyat tidak menjadi prioritas dalam pengembangan bahan baku biodiesel ini?” tutur Andri.
Padahal, menurutnya, dengan memasukkan petani sawit swadaya ke dalam rantai pasok biodiesel, dapat meningkatkan kesejahteraan petani mendorong tercapainya pemerataan ekonomi.
Artinya, ujar Andri, manfaat kebijakan biodiesel ini tidak hanya dirasakan oleh segelintir perusahaan besar saja melainkan petani sawit. Karena selama ini, petani mendapat potongan harga karena dampak pungutan dan rantai pasok yang panjang.
Lebih lanjut, Andri mengatakan bahwa perlu ada perbaikan yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampak buruk dari sawit dan biodiesel. Selain itu, pembenahan pada rantai pasok biodiesel diperlukan dengan memprioritaskan petani sawit swadaya sebagai pemasok bahan baku.
"Serta perlu menyusun konsep model kemitraan usaha yang setara dan adil antara kelompok tani/koperasi dan pelaku usaha biodiesel dalam melakukan kerjasama pengembangan industri biodiesel berbasis perkebunan sawit swadaya," pungkasnya. (ari/adi)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.