KABARBURSA.COM - Pengamat energi Fahmy Radhi mengungkap penyebab biaya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sangat mahal.
"Jadi selama ini, itu semua komponen yang digunakan untuk menghasilkan listrik dari PLTS Atap itu kan hampir semuanya diimpor pemerintah," kata Fahmy ketika dikonfirmasi Kabar Bursa, Kamis, 7 Maret 2024.
Pemerintah masif mengimpor komponen tersebut, lanjut dia, karena belum dapat memproduksinya sendiri. Ini berimbas terhadap biaya pemasangan yang sangat mahal.
"Seperti sekarang ini, hampir semua komponen yang digunakan untuk menghasilkan PLTS Atap diimpor dari luar sehingga harganya mahal, biayanya pemasangannya mahal," ungkapnya.
Menurut Fahmy, ketika pemerintah berupaya dan berkomitmen memproduksinya sendiri, ini berpotensi menurunkan harga.
"Kecuali pada suatu saat gitu ya semua, maka barangkali itu di satu sisi akan lebih murah," ucapnya.
Sementara itu, Pembina Sustainable Development Indonesia (SDI) Drajad Wibowo mengatakan PLTS Atap karena regulasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Drajad mengacu pada Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 2 Tahun 2024.
"Masyarakat diminta memaksimalkan PLTS Atap tapi prosedurnya dipersulit dan harganya dipermahal melalui Permen," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa sebaiknya Kementeriam ESDM merevisi peraturan tersebut demi meningkatkan partisipasi masyarakat yang ingin membeli PLTS Atap yang terjangkau.
"Saya berharap Menteri ESDM merevisi dulu permennya," pungkas dia.
Sebelumnya, melalui penelusuran Kabar Bursa, biaya pemasangan PLTS Atap berada di kisaran harga Rp20 juta sampai dengan Rp200 juta.
Terdapat dua jenis PLTS Atap, yaitu off-grid dan on-grid. Jenis off-grid merupakan kategori pembangkit listrik berdaya besar yang memiliki penyimpanan baterai. Sementara jenis on-grid dari segi daya cocok untuk kebutuhan listrik rumah tangga. (ari/prm)