KABARBURSA.COM - Dua pemilik kios di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur mengatakan tidak memiliki stok beras Perum Bulog. Kenihilan ini membuat mereka menceritakan kondisi dagangannya.
Rudi, 41, salah satu pemilik kios beras di pasar tersebut mengatakan tidak pernah dipasok beras oleh Bulog. Alasannya, tokonya tidak pernah didata oleh Bulog.
"(Beras) Bulog? Enggak ada. (Orang) yang langsung dari Bulog enggak ada juga," kata Rudi kepada KabarBursa, Selasa, 5 Maret 2024.
Rudi pun menceritakan faktanya. Semua beras yang ada di kiosnya merupakan beras yang dibeli dari Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tetapi berkarung Bulog.
Ia menjual beras dengan beragam harga dalam liter mulai dari Rp12.500, Rp13.500, Rp14.000, Rp15.000. Artinya tidak ada beras yang dijual di harga eceran tertinggi (HET).
"Kita kan beli dari Pasar Induk juga, dari agen beras juga, bukan Bulog. Tapi katanya berasnya ya beras Bulog, enggak tahu deh," ujar dia.
"Kita (belanja) di Pasar Induk ada dibikin harganya itu beras Bulog tapi ada barangnya? Enggak ada barangnya. Itu pajangan doang tapi enggak ada barangnya, sama aja bohong," sambungnya dengan tegas.
Pedagang yang telah berjualan puluhan tahun di Pasar Kramat Jati itu mengaku memang beberapa kali pernah didata soal beras. Sayangnya, tidak ada hasil yang diterima.
"Data-data doang ah dari dulu itu. Saya ditanya-tanya doang begitu. Tapi dari Bulog langsung sih enggak ada," tutur dia.
Pihak yang pernah datang ke tokonya, ucap Rudi, mendata dengan sejumlah permintaan yang cukup meribetkan. Ia akhirnya merelakan bantuan itu karena tidak sebanding.
"Pernah itu minta ini, minta itu, ribet banget lah difoto segala macam berasnya cuma lima karung, kata saya, ya sudahlah bawa aja sana," sambung Rudi.
"Harus pakai ini, pakai itu, ini pajangan beras saya minta diturunin diganti beras Bulog semua dipajang, kan kurang kerjaan," imbuhnya.
Anehnya, Rudi mengaku polisi pernah mendatangi kiosnya alih-alih pendata dari Bulog. Kondisi tersebut menurutnya tidak memiliki korelasi.
"Yang ada malah dari kepolisian malah nanya-nanya enggak tahu apa hubungannya, pakai seragam datangnya nanya ini, nanya itu, enggak tahu itu," jelasnya.
Dalam pengalamannya, ia menceritakan bahwa beras Bulog akan mengikuti harga pasar. Beras perusahaan pelat merah itu kini lebih mahal dibandingkan beras panen lokal.
"Beras Bulog mah kalau harganya mahal baru Bulog laku, kalau berasnya murah mah mahalan Bulog, enggak jalan itu. Sekarang kalau kita beli di pasar induk kan berasnya lebih mahal Bulognya sekarang," terang dia.
Haekal, 25, pedagang beras di pasar yang sama juga menceritakan bahwa tidak pernah ada Bulog datang menyalurkan beras cadangan pemerintah ke kiosnya. Ia menyebut hanya sempat didata.
"Didata doang itu tapi enggak pernah dapat (beras). Itu saya tanya dari mana, jawabnya dari Bulog, jadi kayaknya itu cuma survei doang," akunya.
"Setiap hari orangnya ini ke sini, sampai sekarang enggak datang itu," imbuhnya.
Ia mengharapkan mendapat pasokan beras dari Bulog mengingat puasa Ramadan tinggal tujuh hari lagi.
"Apalagi mau puasa kan. Berapa dikasih (Bulog) ya kita ambil gitu," pungkas Haekal. (ari/prm)