Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Waspada Inflasi di Ramadan dan Lebaran

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 March 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Waspada Inflasi di Ramadan dan Lebaran

KABARBURSA.COM - Sejumlah ekonom mewanti-wanti pemerintah untuk mewaspadai lonjakan inflasi pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Ramadan dan Lebaran. Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, biasanya menjelang Ramadan, akan ada peningkatan permintaan komoditas pangan, seperti cabai merah dan daging ayam.

Dengan lonjakan harga pangan pada momen tersebut, ia memperkirakan inflasi umum akan mendekati 3,0{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12} year on year (YoY) dalam dua bulan ke depan. "Kami memperkirakan pengaruh musiman akan mendominasi dua bulan ke depan selama Ramadhan dan Lebaran, yang menyebabkan puncak kenaikan harga pangan di bulan Maret-April," ujar Faiz dalam keterangannya, Jumat 1 Maret 2024.

Informasi yang diberikan menunjukkan bahwa inflasi pada Februari 2024 mengalami kenaikan yang signifikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan naik dari 0,04{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12} menjadi 0,37{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12}, sementara tingkat inflasi tahunan juga meningkat menjadi 2,75{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12} dibandingkan dengan bulan Januari 2024.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengamati bahwa risiko inflasi dalam jangka pendek masih akan berlanjut. Kenaikan harga beras sejak Juli 2023, yang disebabkan oleh masalah pasokan, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi umum tahunan pada bulan Februari 2024. Penurunan produksi beras yang disebabkan oleh efek El-Nino menjadi faktor utama di balik kelangkaan pasokan tersebut, dengan penurunan produksi sebesar 1,40{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12} pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022.

Hal ini menunjukkan bahwa masalah pasokan, terutama dalam hal bahan makanan seperti beras, dapat menjadi penyebab utama dari inflasi yang bergejolak, yang pada gilirannya dapat berdampak pada ekonomi secara keseluruhan.

"Mengantisipasi tantangan pasokan yang sedang berlangsung, terutama pada paruh pertama tahun 2024, mengingat kenaikan indeks El-Nino yang terus berlanjut, diperparah dengan peningkatan permintaan selama bulan Ramadan dan Idul Fitri, kami mengantisipasi tekanan inflasi yang meningkat," ujar Josua, Jumat 1 Maret 2024. Terlepas dari risiko inflasi jangka pendek, Josua memperkirakan inflasi secara keseluruhan pada tahun 2024 akan berada di kisaran 3{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12}, berada dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12} - 3,5{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12}.

"Ekspektasi ini didasarkan pada antisipasi bahwa inflasi akan mulai menurun pada paruh kedua tahun 2024," katanya. Mempertimbangkan adanya risiko inflasi yang tinggi pada paruh pertama tahun 2024, Josua memproyeksikan BI akan mempertahankan BI-rate dalam jangka pendek, sebelum mempertimbangkan penurunan suku bunga kebijakan pada paruh kedua tahun 2024. Sesuai dengan pernyataan terbaru dari BI, perubahan arah kebijakan moneter akan bergantung pada risiko inflasi yang terkendali baik secara domestik maupun global.  "Oleh karena itu, kami mempertahankan perkiraan kami untuk BI menurunkan BI-rate sebesar 50bps menjadi 5,50{8cdba62bfb50754487d4178c8d496a33eb803d8113a90f0f8a83093564b6ce12} pada paruh kedua tahun 2024," terangnya.