KABARBURSA.COM-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan drastis dalam nilai impor pupuk pada bulan Januari 2024 jika dibandingkan dengan bulan Desember 2023. Nilai impor pupuk pada awal tahun ini hanya mencapai US$ 131,1 juta, sedangkan pada Desember 2023 mencapai US$ 160,9 juta. Bahkan, pada Januari 2023, impor pupuk mencapai US$ 286 juta. Ini menunjukkan penurunan bulanan sebesar 18,52{ebdbbc6e6776edee5015c7a1b8b6f85fb1398462916d4269298bb0b7121d79da} dan penurunan tahunan sebesar 54,16{ebdbbc6e6776edee5015c7a1b8b6f85fb1398462916d4269298bb0b7121d79da}.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa penurunan impor pupuk ini memiliki implikasi pada industri pertanian, terutama dalam produksi beras. "Panel Harga Badan Pangan mencatat bahwa harga beras premium terus naik, sementara harga beras medium mengalami penurunan. Harga beras premium saat ini mencapai Rp15.900 per kg, sementara harga beras medium turun menjadi Rp13.950 per kg," katanya Kamis 15 Februari 2024.
Kenaikan harga beras ini dipengaruhi oleh mundurnya musim tanam, menurut keterangan Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto.
Haryo menyebutkan bahwa produksi beras baru diprediksi mencapai 5,8 juta ton pada Maret 2024, turun sekitar 37{ebdbbc6e6776edee5015c7a1b8b6f85fb1398462916d4269298bb0b7121d79da} dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 akibat mundurnya musim tanam. "Selain itu, impor pupuk juga terkendala akibat perang antara Rusia dan Ukraina, serta konflik di Terusan Suez yang mempengaruhi rantai pasok global," jelas dia.
Hal ini menyebabkan gangguan dalam distribusi pupuk dan harga bahan baku pupuk yang meningkat, berdampak pada produksi beras dan kestabilan pasokan pangan di Asia. "Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya koordinasi dalam mengatasi tantangan terkait impor pupuk dan produksi beras untuk menjaga ketahanan pangan nasional," terang Haryo.