KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan di zona hijau pada Jumat, 9 Mei 2025, meskipun kenaikannya relatif tipis. Penguatan IHSG sebesar 0,07 persen ke level 6.832,80 ditopang oleh sektor kesehatan yang mencatat kenaikan tertinggi sebesar 1,63 persen. Kinerja sektor kesehatan menjadi motor utama yang menjaga pergerakan IHSG tetap positif di tengah tekanan jual asing dan fluktuasi pasar menjelang akhir pekan.
Sepanjang sesi, indeks sempat mencatatkan level tertinggi di 6.882,32 sebelum bergerak melemah ke posisi terendah di 6.811,77, menunjukkan pola pergerakan yang cenderung sideways di akhir pekan.
Total volume transaksi di seluruh pasar tercatat sebanyak 182,02 juta lot dengan nilai perdagangan mencapai Rp8,70 triliun dari 1,09 juta kali transaksi. Pada pasar reguler, volume mencapai 166,56 juta lot dengan nilai Rp8,22 triliun.
Aktivitas investor asing masih menunjukkan tekanan jual, dengan total foreign buy di pasar reguler sebesar Rp4,42 triliun dan foreign sell mencapai Rp5,33 triliun. Hal ini menghasilkan net foreign sell sebesar Rp906 miliar di sesi hari ini.
Ada setidaknya 247 saham naik, 341 saham terkoreksi dab 217 saham melemah.
Pada penutupan perdagangan sore ini, sejumlah saham mencatat kenaikan. Mereka masuk jajaran top gainers. Saham PT Jaya Swarasa Agung Tbk. (TAYS), yang bergerak di sektor consumer non-cyclical atau makanan dan minuman, memimpin daftar top gainers setelah melonjak 34,62 persen ke harga Rp70 per saham.
Disusul PT Megapower Makmur Tbk. (MPOW), emiten sektor energi, yang naik 34,23 persen ke Rp149, serta PT Sekar Bumi Tbk. (SKBM) dari sektor consumer non-cyclical (makanan beku) yang melesat 24,84 persen ke posisi Rp402. Saham PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk. (JATI), sektor teknologi, turut menguat 20 persen ke Rp180, dan PT Trimegah Karya Pratama Tbk. (UVCR) dari sektor teknologi naik 19,64 persen ke harga Rp67.
Sementara itu, ada sejumlah saham yang mengalami penurunan harga dan masuk jajaran top losers. Tekanan jual mendominasi saham PT Paperocks Indonesia Tbk. (PPRI), yang bergerak di sektor basic materials (produk kertas), melemah 14,78 persen ke Rp196 per saham. PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) kemarin baru saja melantai di pasar modal, perusahaan rumah sakit swasta ini berasal dari sektor healthcare. Hari kedua pasca pencatatan saham perdananya, harga saham emiten ini terkoreksi 14,61 persen ke Rp152, diikuti PT Panin Financial Tbk (PNLF) yang berada di sektor keuangan turun 14,44 persen ke Rp308.
PT Teguk Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK), sektor consumer non-cyclical atau minuman, juga tertekan 13,33 persen ke Rp78, serta PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN), sektor keuangan (perbankan), melemah 12,08 persen ke harga Rp1.310.
Harga IHSG sore ini dipengaruhi oleh fluktuasi beberapa sektor. Di sisi indeks sektoral, sektor kesehatan mencatat kenaikan tertinggi sebesar 1,63 persen. Sektor properti naik 0,33 persen, diikuti sektor teknologi yang menguat tipis 0,08 persen dan sektor energi 0,01 persen.
Sementara itu, sektor transportasi tertekan 0,73 persen, disusul sektor industri yang turun 0,53 persen, serta sektor siklikal yang melemah 0,90 persen. Sektor infrastruktur dan sektor bahan baku masing-masing terkoreksi 0,06 persen dan 0,46 persen.
Penguatan sektor kesehatan pada perdagangan akhir pekan ini ditopang oleh kinerja positif sejumlah emiten besar. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) memimpin dengan kenaikan 3,53 persen ke harga Rp2.640 per saham. Saham PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) juga mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 6,77 persen ke Rp1.340. Kalbe Farma Tbk. (KLBF), salah satu saham unggulan di sektor kesehatan, turut naik 0,69 persen ke Rp1.450, sementara Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) menguat 0,40 persen ke Rp2.480.
Di sisi lain, beberapa saham sektor kesehatan mencatat koreksi, seperti PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) yang turun 0,93 persen dan PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) yang melemah 0,83 persen. Meski ada tekanan di beberapa emiten, penguatan saham rumah sakit dan farmasi tetap menjadi motor utama penggerak sektor kesehatan, menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah pasar yang cenderung moderat. Kinerja sektor kesehatan ini semakin menegaskan peran strategisnya dalam mendukung stabilitas IHSG, seiring meningkatnya minat investor terhadap saham-saham di sektor defensif.
Meski pergerakan pasar hari ini cenderung moderat, IHSG tetap mampu menjaga posisi di zona hijau hingga penutupan. Investor akan mencermati sentimen global dan regional pada pekan depan yang berpotensi memberikan arah baru bagi pergerakan indeks.
Berdasarkan data seasonality dari Stockbit, pergerakan IHSGsepanjang Januari hingga April 2025 menunjukkan pola yang menarik jika dibandingkan dengan rata-rata 10 tahun terakhir. Pada Januari 2025, IHSG tercatat menguat 0,41 persen—sedikit lebih tinggi dari rata-rata historis 0,23 persen. Namun, Februari menjadi bulan dengan tekanan paling tajam, di mana IHSG anjlok hingga 11,80 persen, jauh di bawah rata-rata penurunan historis yang hanya minus 0,45 persen.
Memasuki Maret dan April, IHSG mulai bangkit. Pada Maret 2025, indeks berhasil rebound dengan kenaikan 3,83 persen, membalikkan tren negatif yang biasanya terjadi—rata-rata historis Maret justru minus 1,62 persen. Tren positif berlanjut di April, di mana IHSG naik signifikan 3,93 persen, lebih kuat dari rata-rata 10 tahun terakhir yang mencatatkan kenaikan 0,97 persen. Pola seasonality ini menandakan bahwa meskipun awal tahun sempat tertekan, pasar mulai menunjukkan sinyal pemulihan yang solid menjelang kuartal kedua.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.