KABARBURSA.COM - Setelah sempat tertekan dalam sesi sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya bangkit dan ditutup di zona hijau pada sesi pertama akhir pekan ini.
Menguat sebesar 24,03 poin atau sekitar 0,35 persen, IHSG mengakhiri perdagangan di level 6.851,78. Sementara itu, indeks LQ45 turut naik 3,58 poin (0,47 persen) ke posisi 767,34.
Rebound ini terjadi di tengah suasana pasar yang masih berhati-hati menjelang libur panjang selama empat hari ke depan. Investor domestik tampaknya mulai melakukan penyesuaian posisi untuk mengantisipasi berbagai perkembangan eksternal, mulai dari negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China hingga meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan India-Pakistan.
Volume perdagangan pada hari Jumat, 9 Mei 2025, tercatat mencapai 9,915 miliar saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp4,75 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp295 miliar berasal dari transaksi negosiasi.
Meski indeks menguat, kondisi pasar masih cenderung beragam dengan 251 saham mencatat kenaikan, 321 melemah, dan 223 stagnan. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan positif belum merata di seluruh sektor dan mengindikasikan adanya selektivitas investor menjelang masa libur.
Di pasar mata uang, nilai tukar rupiah menunjukkan dinamika yang menarik. Referensi resmi Bank Indonesia, JISDOR, melemah sebesar 61 poin (0,37 persen) ke level Rp16.533 per dolar AS. Namun di sisi lain, kurs spot rupiah justru menguat 65 poin (0,39 persen) menjadi Rp16.465 per dolar.
Fluktuasi ini mencerminkan ketidakpastian jangka pendek yang masih membayangi pasar valas domestik, sekaligus menunjukkan reaksi positif terhadap perkembangan eksternal yang sejauh ini dianggap tidak terlalu membebani.
Dari sisi makroekonomi, kepercayaan konsumen Indonesia pada April 2025 sedikit meningkat menjadi 121,7 dari posisi 121,1 pada Maret, yang sebelumnya merupakan level terendah dalam lima bulan. Kenaikan ini memberi sinyal bahwa sentimen domestik masih relatif stabil, meski tekanan eksternal terus menghantui.
Ini menjadi sinyal penting bagi investor yang mengamati arah konsumsi rumah tangga sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Di panggung global, bursa Asia-Pasifik menunjukkan kecenderungan positif setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga acuan tanpa perubahan, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Dari China, data ekspor menunjukkan lonjakan mengejutkan sebesar 8,1 persen secara tahunan pada April, jauh di atas ekspektasi yang hanya 1,9 persen. Nilai ekspor China mencapai USD315,7 miliar dan surplus dagangnya juga meningkat signifikan ke USD96,18 miliar.
Angka ini menandakan bahwa permintaan global masih terjaga dan memberikan angin segar bagi pasar di kawasan Asia.
Ketegangan yang sempat meredup antara AS dan China juga membuka peluang bagi negosiasi lebih konstruktif. Dalam beberapa hari ke depan, pelaku pasar akan mencermati pertemuan penting antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan mitranya dari China yang dijadwalkan berlangsung di Swiss.
Ekspektasi terhadap arah kebijakan perdagangan dan kerja sama ekonomi menjadi penentu utama bagi sentimen pasar, terutama bagi negara-negara emerging markets seperti Indonesia.
Di pasar komoditas, harga minyak terlihat stabil setelah reli yang kuat dalam sesi sebelumnya. Hal ini ditopang oleh meredanya kekhawatiran atas tensi perdagangan serta kesepakatan dagang baru antara AS dan Inggris.
Sementara itu, harga emas menguat tipis karena para investor mulai melakukan reposisi menjelang pertemuan dagang akhir pekan ini. Komoditas tetap menjadi elemen penting dalam membaca arah pasar global karena berkaitan langsung dengan sentimen risiko.
Dari berbagai indeks global, sebagian besar pasar mencatat kinerja positif. Nikkei Jepang naik 1,44 persen, TAIEX Taiwan melonjak 1,73 persen, dan S&P/ASX 200 Australia menguat 0,51 persen. Di sisi lain, indeks seperti Shanghai Composite dan KOSPI Korea Selatan sedikit melemah.
Dari kawasan Asia Tenggara, STI Singapura naik 0,59 persen, sementara SENSEX India turun cukup dalam sebesar 0,97 persen—ditekan oleh ketegangan regional yang masih membayangi.
Di pasar berjangka Amerika Serikat, Dow Futures, S&P Futures, dan Nasdaq Futures masing-masing mencatat kenaikan tipis, menunjukkan bahwa Wall Street bersiap menyambut minggu baru dengan sentimen yang lebih konstruktif.
Secara keseluruhan, rebound IHSG menjelang libur panjang adalah respons pasar yang sehat terhadap stabilitas eksternal dan optimisme domestik yang perlahan kembali tumbuh. Meski tantangan jangka pendek tetap ada, pasar modal Indonesia menunjukkan ketahanan dan potensi pemulihan.
Dengan perkembangan global yang dinamis dan konsumsi domestik yang masih menjanjikan, prospek jangka menengah pasar saham Tanah Air masih patut untuk dicermati secara serius oleh para investor yang mengincar peluang strategis di tengah kondisi pasar yang terus berubah.(*)