Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kinerja Cipta Sarana Medika Naik, Saham DKHH Layak Dipantau?

PT Cipta Sarana Medika Tbk atau dalam kode saham DKHH membukukan pendapatan Rp36,5 miliar pada kuartal I/2025, naik 1,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja tersebut juga diikuti kenaikan EBITDA sebesar 15,6 persen menjadi Rp2,1 milia

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 08 May 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Syahrianto
Kinerja Cipta Sarana Medika Naik, Saham DKHH Layak Dipantau? PT Cipta Sarana Medika Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham DKHH di Main Hall BEI, Jakarta pada Kamis, 8 Mei 2025. Desty Luthfiania/KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - PT Cipta Sarana Medika Tbk atau dalam kode saham DKHH membukukan pendapatan Rp36,5 miliar pada kuartal I/2025, naik 1,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Direktur DKHH, Octen Suhadi, mengatakan kinerja tersebut juga diikuti kenaikan EBITDA sebesar 15,6 persen menjadi Rp2,1 miliar serta laba bersih Rp400 juta yang melonjak 46 persen secara tahunan.

“Pendapatan didorong oleh peningkatan jumlah pasien dan efisiensi pelayanan. Memang kuartal I biasanya lebih sepi karena masyarakat cenderung menunda rawat inap hingga setelah Lebaran. Tapi kami tetap optimalkan operasional dan kendalikan pengeluaran,” ujar Octen di Gedung BEI pada Kamis, 8 Mei 2025.

Octen menjelaskan, awal tahun ini perseroan juga melakukan renovasi kamar untuk memenuhi standar KRIS sesuai regulasi pemerintah. Renovasi tersebut ditargetkan rampung pada 15 Mei 2025 sehingga fasilitas rumah sakit bisa siap menyambut lonjakan pasien pascalibur lebaran.

Standar rumah sakit KRIS atau Kelas Rawat Inap Standar merupakan regulasi yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2023 guna menyamakan standar pelayanan dasar di seluruh rumah sakit, khususnya bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 

KRIS bertujuan untuk memastikan kesetaraan layanan di kamar rawat inap kelas 3 dengan memenuhi 12 komponen standar, seperti jumlah tempat tidur dalam satu ruangan, ventilasi, pencahayaan, suhu ruangan, kelengkapan tempat tidur termasuk tirai privasi, serta fasilitas kamar mandi yang memadai. 

Program ini ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien, sekaligus memperkuat kualitas pelayanan kesehatan. Implementasi KRIS dilakukan secara bertahap dan ditargetkan diterapkan penuh di semua rumah sakit mitra BPJS Kesehatan pada 2025 sebagai bagian dari reformasi sistem JKN.

Dalam kesempatan yang sama, Octen memaparkan strategi pengembangan bisnis DKHH melalui konsep klasterisasi rumah sakit yang dinilai lebih efisien dan terukur. “Satu region akan kita kelola tiga rumah sakit. Di Cibadak sudah ada satu, nanti kita kembangkan lagi di Bogor dan Ciawi,” ungkapnya.

Saat ini DKHH memiliki kapasitas 387 tempat tidur dengan tingkat hunian 94–95 persen. Perseroan menargetkan penambahan 25 tempat tidur hingga Agustus 2025 untuk mencapai kapasitas 400 bed. Selain itu, ada rencana ekspansi rumah sakit baru di klaster Bogor-Ciawi-Sukabumi tahun ini.

IPO DKHH, Himpun Dana Rp69 Miliar


Hari ini DKHH resmi melantai ke pasar modal dengan dana IPO yang dihimpun sebesar Rp69 miliar. Dana hasil IPO yang mencapai Rp69 miliar akan digunakan secara optimal untuk pembangunan gedung baru di RS DKH Cibadak, Sukabumi, yang ditargetkan menjadi Center of Excellence pertama dalam jaringan rumah sakit perseroan.

Octen menegaskan pendanaan proyek baru pengadaan bed tersebut tidak bersumber dari dana IPO, melainkan dari opsi pendanaan lain yang sedang dikaji bersama komisaris. 

Valuasi Saham DKHH Layak Dipantau?

Dilansir dari laporan keuangannya dari Stockbit, laporan keuangan tahun buku 2024 dengan performa yang cenderung stagnan. Pendapatan tahunan tercatat sebesar Rp103 miliar, meningkat sekitar 37,3 persen dibandingkan Rp75 miliar pada tahun 2022. Namun, laba bersih justru tergerus signifikan menjadi Rp3 miliar dari Rp75 miliar pada tahun sebelumnya.

Dari sisi profitabilitas, marjin laba kotor pada kuartal terakhir tercatat sebesar 31,27 persen, marjin laba operasional sebesar 7,20 persen, dan marjin laba bersih hanya 1,72 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendapatan tumbuh, DKHH menghadapi tekanan di level laba bersih akibat tingginya beban operasional dan efisiensi yang belum optimal.

Dari sisi solvabilitas, DKHH memiliki rasio utang terhadap ekuitas sebesar 0,49 kali dan rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas sebesar 0,36 kali. Rasio lancar berada di level 0,98 kali dan quick ratio di 0,85 kali, mencerminkan kemampuan yang cukup ketat dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Valuasi saham DKHH saat ini diperdagangkan dengan price to book value (PBV) sebesar 3,52 kali, jauh di atas rata-rata sektor kesehatan yang biasanya berkisar antara 1 sampai 2 kali. Price to earnings ratio (PE) annualised tercatat di level sangat tinggi yakni 156,72 kali, jauh di atas median PE IHSG yang sekitar 7,92 kali. Sementara itu, price to cashflow (TTM) negatif di -24,67 kali, menandakan lemahnya arus kas operasional perusahaan.

Melihat indikator tersebut, analis menilai bahwa saham DKHH tergolong mahal secara valuasi. Dengan PE ratio di atas 150 kali dan PBV di atas 3 kali, saham ini masuk kategori overvalued meskipun fundamental perusahaan belum mencerminkan pemulihan yang solid. 

Dari sisi leverage, total aset DKHH per kuartal terakhir tercatat sebesar Rp269 miliar dengan total ekuitas Rp129 miliar. Rasio Altman Z-Score berada di angka 1,25 yang mengindikasikan adanya risiko finansial yang masih cukup tinggi. Arus kas operasional dalam 12 bulan terakhir negatif Rp18 miliar, memperkuat tanda bahwa perusahaan perlu meningkatkan efisiensi bisnisnya.

Piotroski F-Score DKHH berada di level 2, memberikan sinyal fundamental yang lemah. Dalam 52 minggu terakhir, harga saham stagnan di level Rp132 tanpa pergerakan signifikan, dan hingga kini perusahaan belum membagikan dividen, dengan payout ratio serta dividend yield yang masih nol persen.

Secara fundamental, PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) menunjukkan pertumbuhan pendapatan namun tertekan di laba bersih dan arus kas. Dengan valuasi yang jauh melampaui rata-rata sektor, saham ini saat ini masuk kategori mahal dan layak diwaspadai, terutama bagi investor yang mengincar fundamental kuat dan valuasi yang lebih rasional.(*)