KABARBURSA.COM - Pada perdagangan bursa Kamis, 8 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diramal masih berada pada tren penguatan. Saham-saham energi dan konsumer perlu mendapat perhatian investor, karena diprediksi menjadi penopang IHSG.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari Rabu, 7 Mei 2025, dengan penguatan 0,41 persen ke level 6.926. Arah pasar masih positif, terlihat dari volume pembelian yang cukup dominan.
Untuk hari ini, tim riset MNC Sekuritas memperkirakan IHSG saat ini berada di akhir fase wave [a] dari wave B. Jika skenario ini bertahan, potensi penguatan jangka pendek menuju area 6.986 hingga 7.034 masih terbuka.
Namun, koreksi teknikal bisa saja terjadi dalam waktu dekat, terutama jika pasar mulai membentuk wave [b] yang diperkirakan akan menguji level 6.762–6.868. Level support kunci berada di 6.831 dan 6.759, sedangkan resistance kuat ada di 6.986 dan 7.075.
Saham Energi dan Konsumer Jadi Sorotan
Di tengah tren positif indeks, beberapa saham mencuri perhatian investor karena pola teknikalnya yang menarik. Salah satunya adalah ELSA (PT Elnusa Tbk), yang menguat tipis 0,85 persen ke level 474. Penguatan ini disertai dengan lonjakan volume beli.
Dari sisi teknikal, ELSA dinilai tengah bergerak dalam fase akhir wave (v) dari wave [c]. Untuk investor jangka pendek, peluang buy on weakness bisa dimanfaatkan di kisaran harga 460–470, dengan target harga berada di 482 dan 490. Risiko tetap perlu dijaga, dengan stoploss ideal di bawah 456.
MAPA (PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk) juga mencatat lonjakan signifikan sebesar 7,09 persen dan ditutup di 755. Saham ini berhasil menembus garis rata-rata pergerakan 60 hari (MA60), menandakan momentum beli yang solid.
Dari sudut pandang teknikal, MAPA diperkirakan berada pada bagian wave (iii) dari wave [c], yang umumnya menandakan akselerasi tren naik. Bagi yang ingin masuk, level ideal berada di kisaran 710–745, dengan potensi target di 790 dan 815. Stoploss disarankan di bawah 695 sebagai langkah antisipasi.
PGAS (Perusahaan Gas Negara) turut mencatatkan kenaikan 0,93 persen ke 1.635. Meskipun penguatan masih tertahan oleh resistance MA20, munculnya volume beli menjadi sinyal bahwa tekanan jual mulai mereda.
Saat ini, PGAS berada di fase awal wave (c) dari wave [b] versi label hitam. Selama harga masih bertahan di atas 1.610, saham ini menarik untuk dikoleksi di kisaran 1.615–1.630. Target jangka pendek dipatok di 1.655 hingga 1.700, sementara stoploss sebaiknya dijaga di bawah 1.610.
SMGA (PT Sumber Global Energy Tbk) justru menjadi satu dari sedikit saham yang terkoreksi tajam, turun 6,85 persen ke harga 68. Meski begitu, secara teknikal, pelemahan ini diperkirakan sebagai bagian dari wave [iv] dari wave 1 dalam struktur wave (C), yang berarti ruang koreksinya relatif terbatas.
Peluang masuk bisa dipertimbangkan di kisaran 64–67, dengan target teknikal di level 74 hingga 81. Stoploss konservatif dapat dipasang di bawah 56 untuk mengantisipasi pelemahan lanjutan.
Secara keseluruhan, arah pasar tetap condong positif, namun disertai kewaspadaan tinggi. Banyak saham bergerak dalam pola teknikal yang menarik, tetapi ruang koreksi tetap terbuka.
Strategi beli saat harga melemah (buy on weakness) dan speculative buy bisa menjadi pendekatan yang relevan saat ini, dengan catatan manajemen risiko tetap dijaga ketat.
Untuk investor ritel maupun institusi, konsistensi dalam membaca tren teknikal dan mengelola risiko akan menjadi kunci, terutama menjelang sentimen global yang bisa berubah cepat.
Berbeda dengan MNC Sekuritas, tim riset Phintraco Sekuritas justru melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak cenderung terbatas pada perdagangan Kamis, 8 Mei 2025.
Menurut riset terbarunya, IHSG secara teknikal berpotensi bergerak dalam rentang 6.850 hingga 6.970. Meski tren penguatan masih bertahan, beberapa sinyal teknikal mulai mengindikasikan potensi konsolidasi atau bahkan koreksi jangka pendek.
Memang, pada perdagangan Rabu, 7 Mei 2025, IHSG ditutup menguat sebesar 0,41 persen di level 6.926 setelah sempat dibuka di 6.898,19. Namun di balik kenaikan tersebut, muncul pola candlestick shooting star yang biasanya menjadi sinyal awal pembalikan arah, terutama bila terjadi setelah reli.
Ditambah lagi, indikator stochastic menunjukkan kondisi overbought, yang memperkuat kemungkinan pasar akan mengalami tekanan jual dalam waktu dekat.
Dari sisi global, sentimen pasar tampak masih cukup konstruktif. Investor menyambut positif rencana pertemuan antara pejabat tinggi Amerika Serikat dan Tiongkok yang akan digelar di Swiss akhir pekan ini.
Harapan mulai tumbuh bahwa diskusi tersebut bisa mengarah pada pelonggaran ketegangan dagang kedua negara, terutama soal tarif yang selama ini membebani aktivitas ekonomi global. Optimisme ini sedikit banyak mendukung pasar di tengah ketidakpastian lainnya.
Selain itu, perhatian pelaku pasar juga akan tertuju pada hasil pertemuan Federal Reserve yang dijadwalkan pada Kamis waktu setempat.
Meskipun pasar secara umum memperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan di level 4,5 persen, pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell tetap dinanti. Pasar akan mencermati nada kebijakan moneter yang diambil, apakah tetap netral atau mulai mengarah lebih hawkish seiring dengan prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi Amerika ke depan.
Dari kawasan Asia, mayoritas indeks bursa regional menguat, terutama dipicu oleh langkah stimulus yang diumumkan oleh pemerintah Tiongkok. Bank Sentral China menurunkan suku bunga reverse repo tujuh hari menjadi 1,4 persen dari sebelumnya 1,5 persen, serta memangkas rasio cadangan wajib perbankan sebesar 50 basis poin, yang membawa rata-rata rasio cadangan ke level 6,2 persen.
Langkah ini dinilai sebagai sinyal dukungan aktif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang berpotensi mengerek kembali permintaan domestik dan menjadi angin segar bagi bursa Asia, termasuk Indonesia.
Melihat situasi saat ini, Phintraco Sekuritas menyarankan agar investor lebih selektif dalam memilih saham, sembari mewaspadai kemungkinan koreksi jangka pendek.
Beberapa saham yang direkomendasikan untuk diperhatikan antara lain Summarecon Agung (SMRA), Ciputra Development (CTRA), serta Pakuwon Jati (PWON). Ketiganya adalah emiten properti yang berpotensi mendapat sentimen positif dari turunnya suku bunga dan potensi pemulihan sektor residensial.
Sementara itu, sektor konsumsi dan infrastruktur juga layak dipantau. Aspirasi Hidup Indonesia (ACES) diperkirakan bisa mendapat dorongan jika daya beli masyarakat kembali menguat, dan Sarana Menara Nusantara (TOWR) berpeluang mencuri perhatian seiring optimisme terhadap penguatan jaringan digital dan telekomunikasi.
Dengan IHSG berada di kisaran psikologis yang cukup krusial, pelaku pasar disarankan tetap berhati-hati dan menunggu konfirmasi arah tren berikutnya.
Koreksi teknikal dalam beberapa sesi ke depan bisa menjadi peluang bagi investor jangka menengah untuk melakukan akumulasi secara bertahap, terutama di saham-saham berfundamental baik yang masih undervalued.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.