Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Laba XLSmart (EXCL) Turun 29 Persen, Sahamnya Masih Atraktif

XLSmart Telecom (EXCL) mencatatkan penurunan laba kuartalan sebesar 29 persen, namun valuasi sahamnya dinilai tetap menarik setelah merger dengan Smartfren.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 07 May 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Laba XLSmart (EXCL) Turun 29 Persen, Sahamnya Masih Atraktif XLSmart Telecom (EXCL) mencatatkan penurunan laba kuartalan sebesar 29 persen. (Foto: AI untuk KabarBursa)

KABARBURSA.COM - PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 29 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I 2025 menjadi Rp385 miliar. Secara kuartalan (quarter on quarter/qoq), laba juga turun 23 persen. 

Capaian ini jauh di bawah ekspektasi analis karena hanya memenuhi 17 persen dari estimasi konsensus untuk tahun penuh 2025. Angka tersebut merupakan kinerja XL Axiata sebelum merger dengan Smartfren Telecom yang resmi rampung pada 16 April 2025.

Di sisi operasional, EXCL membukukan jumlah pelanggan mobile sebanyak 58,9 juta, tumbuh 2,3 persen yoy dan 0,2 persen qoq. Namun demikian, average revenue per user (ARPU) terus mengalami tekanan dan turun ke level Rp40.000, melemah 9 persen yoy dan 2 persen qoq. 

Dalam paparan publik pada Selasa, 6 Mei 2025, manajemen mengungkapkan bahwa tanpa mempertimbangkan kontribusi pendapatan dari First Media yang baru dikonsolidasikan sejak akhir 2024, pendapatan inti EXCL justru tercatat turun 5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Manajemen menjelaskan bahwa pelemahan daya beli masyarakat dan strategi harga agresif dari kompetitor menjadi penyebab utama turunnya ARPU. Meski demikian, EXCL melihat indikasi bahwa tekanan kompetitif mulai mereda dan diproyeksikan memberi dampak positif pada paruh kedua 2025. Hal ini juga diamini oleh operator lain seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT) dalam sesi earnings call masing-masing.

EXCL masih dalam tahap integrasi operasional pasca-merger dan belum memberikan panduan resmi untuk 2025. Namun, perusahaan menargetkan sinergi efisiensi biaya senilai USD100 juta selama tahun ini. Manajemen mengantisipasi adanya peningkatan beban dan belanja modal pada awal proses integrasi, yang diyakini akan turun dalam jangka panjang seiring tercapainya efisiensi.

Dengan ARPU EXCL telah menyentuh level psikologis Rp40.000, dan ARPU TLKM terus turun hingga Rp42.400 pada kuartal I 2025, pelaku industri memperkirakan bahwa persaingan tarif yang berkepanjangan akan segera mereda. Hal ini menjadi sinyal penting bahwa industri telekomunikasi mulai memasuki fase konsolidasi yang dapat memperbaiki profitabilitas. 

Laporan keuangan EXCL pada kuartal II 2025 akan menjadi basis baru (new base) dalam mengevaluasi performa entitas gabungan hasil merger ke depan.

Valuasi Saham EXCL Setelah Merger

Harga saham EXCL yang stagnan di level Rp2.180 per Rabu, 7 Mei 2025 mencerminkan valuasi pasar yang saat ini masih mencermati proses integrasi pasca-merger dengan Smartfren. 

Dengan price to earnings ratio (P/E) trailing sebesar 23,84 kali, EXCL diperdagangkan jauh di atas median P/E IHSG sebesar 7,79 kali, menandakan adanya premium yang diasosiasikan dengan ekspektasi sinergi dan potensi konsolidasi industri.

Secara forward, P/E EXCL berada di level 16,98 kali, menunjukkan penurunan valuasi apabila laba bersih mampu tumbuh sesuai ekspektasi pasar setelah integrasi berjalan optimal. Dengan earnings yield saat ini di 4,20 persen, EXCL masih menawarkan imbal hasil yang cukup kompetitif dibanding obligasi korporasi dengan tenor menengah, namun tetap di bawah rerata sektor telekomunikasi ASEAN.

Jika menilik indikator efisiensi lain, price to sales ratio (TTM) EXCL berada di level 1,15 kali, yang masih relatif wajar untuk emiten sektor utilitas digital. Sementara itu, price to book value (PBV) tercatat 1,57 kali, mencerminkan bahwa pasar menghargai nilai buku EXCL secara moderat. 

Yang menarik, rasio EV/EBITDA saat ini berada di level 2,11 kali, jauh di bawah rata-rata regional, menandakan valuasi enterprise value yang murah secara relatif terhadap kapasitas EBITDA.

Dari sisi pertumbuhan, PEG ratio EXCL saat ini berada di 0,51, mengindikasikan bahwa valuasi harga saham belum sepenuhnya mencerminkan potensi pertumbuhan laba. Namun dalam jangka tiga tahun, PEG ratio 3 tahun melonjak ke 4,46, menunjukkan ekspektasi pasar yang lebih konservatif terhadap pertumbuhan menengah-panjang. Proyeksi PEG forward sebesar 1,91 menjadi patokan realistis dalam membaca valuasi dengan pendekatan pertumbuhan earnings.

Di sisi bottom line, EPS tahunan (TTM) EXCL saat ini sebesar Rp91,46 per saham, turun dari posisi annualised sebesar Rp84,52, seiring pelemahan laba pada kuartal pertama. 

Untuk konteks lebih luas, EXCL mencatatkan revenue per share sebesar Rp1.898,61, sementara free cash flow per share mencapai Rp941,23, mencerminkan rasio konversi arus kas yang sehat. 

Nilai book value per share berada di kisaran Rp1.391,53, menjadikan harga saham EXCL saat ini masih cukup atraktif secara aset bersih.

Dengan EV/EBIT (TTM) di level 4,97 dan price to free cash flow hanya 2,32 kali, EXCL saat ini tergolong undervalued dari sisi arus kas, terutama jika efisiensi operasional mulai terealisasi di semester II 2025. 

Investor berorientasi jangka menengah dapat mempertimbangkan momentum ini sebagai peluang akumulasi, sambil tetap memantau keberhasilan manajemen dalam mengeksekusi sinergi operasional dan menahan tekanan margin akibat kompetisi harga. (*)