KABARBURSA.COM — Harga emas dunia melompat ke level tertinggi dalam dua pekan pada Selasa, didorong oleh gelombang pembelian pasca-libur dari China dan kekhawatiran soal rencana Amerika Serikat mengenakan tarif baru atas impor produk farmasi. Sementara itu, para investor juga menanti keputusan kebijakan terbaru dari Federal Reserve.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025, harga emas spot naik 2,4 persen menjadi USD3.413,29 per ons. Level ini menandai posisi tertinggi sejak 22 April lalu, ketika sempat mencetak rekor USD3.500,05 per ons. Di samping itu, emas berjangka AS ditutup naik lebih tajam atau melompat 3 persen ke USD3.422,80.
Pasar China, konsumen emas terbesar di dunia, baru kembali buka setelah libur Hari Buruh yang berlangsung dari 1–5 Mei. “Pasar bull ini digerakkan oleh lonjakan minat investasi emas di China, ditambah pembelian berkelanjutan dari bank-bank sentral yang ingin mengurangi eksposur mereka terhadap aset AS, terutama dolar,” tulis Adrian Ash, direktur riset BullionVault, dalam catatan analisanya.
Dolar sendiri tengah melemah, lantaran pasar mulai kehilangan kesabaran menunggu kabar soal kesepakatan dagang AS yang dinanti-nanti. Pelemahan dolar otomatis membuat emas yang dihargakan dalam greenback jadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.
Sebagai aset lindung nilai, emas memang berkali-kali mencetak rekor tahun ini, seiring kegelisahan pasar yang dipicu perkembangan tarif terbaru. Pada Senin, Presiden AS Donald Trump menyatakan bakal mengumumkan tarif baru untuk produk farmasi dalam dua pekan ke depan. Sehari sebelumnya, Trump sudah lebih dulu mengguncang pasar dengan pengumuman tarif 100 persen untuk film-film produksi luar negeri.
“Kami melihat semakin banyak spekulan dari China ikut bermain. Sementara di pasar Barat, meski harga sudah terlihat overbought, emas sebenarnya masih sangat kurang dimiliki. Kedua faktor ini bisa menopang penguatan harga lebih jauh,” ujar Daniel Ghali, analis komoditas TD Securities. Menurutnya, harga emas tahun ini bisa saja menembus USD4.000 per ons.
Pasar juga tengah mencermati rapat kebijakan The Fed yang dijadwalkan selesai Rabu hari ini. Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell akan diawasi ketat untuk mencari petunjuk soal kemungkinan dan waktu pemangkasan suku bunga.
Sebagai catatan, suku bunga yang lebih tinggi biasanya mengurangi daya tarik emas yang tidak menawarkan imbal hasil.
Tak hanya emas, logam mulia lain juga ikut menanjak. Harga perak spot naik 1,9 persen menjadi USD33,10 per ons, platinum menguat sekitar 2,4 persen ke USD982,52, dan paladium melonjak 3,1 persen ke USD971,27.
Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga emas untuk akhir 2025 menjadi USD3.700 per ons, dari sebelumnya USD3.300, dengan rentang proyeksi di kisaran USD3.650–USD3.950 per ons. Kenaikan proyeksi ini didorong oleh permintaan bank sentral yang lebih kuat dari perkiraan, serta aliran dana yang lebih besar ke produk emas berbasis bursa (exchange-traded fund/ETF) akibat meningkatnya risiko resesi.
“Jika resesi benar-benar terjadi, aliran dana ke ETF bisa makin cepat dan mendorong harga emas hingga USD3.880 per ons pada akhir tahun,” tulis Goldman Sachs dalam catatan yang diterbitkan beberapa waktu lalu, dikutip dari Yahoo Finance.
Meski begitu, bank investasi itu juga mengingatkan, jika pertumbuhan ekonomi justru mengejutkan ke arah positif berkat berkurangnya ketidakpastian kebijakan, maka aliran dana ke ETF kemungkinan akan kembali ke pola prediksi berbasis suku bunga, dengan harga akhir tahun mendekati USD3.550 per ons.
Sementara itu, Gedung Putih mengumumkan bahwa smartphone dan komputer dikecualikan dari tarif “resiprokal” Amerika Serikat. Namun, Presiden Donald Trump tetap memperingatkan bahwa bea masuk untuk produk-produk tersebut tetap mungkin diberlakukan di masa mendatang.
Harga emas spot mencetak rekor baru pada Senin di level USD3.245,42 per ons, meski pergerakannya masih tanpa arah jelas seiring pasar terus mencerna perkembangan berita tarif yang bergulir. Goldman Sachs juga merevisi naik asumsi permintaan emas dari bank sentral, dari sebelumnya 70 metrik ton per bulan menjadi 80 metrik ton per bulan.
Sementara itu, J.P. Morgan memperkirakan harga emas bakal berada di angka USD3.000 per ons selama 2025 dengan rata-rata kuartal empat tahun itu di kisaran USD2.950 per ons.
“Kami tetap memegang pandangan bullish untuk jangka panjang terhadap emas,” ujar Natasha Kaneva, kepala strategi komoditas global di J.P. Morgan, dikutip dari laman JP Morgan.
Menurutnya, kalau skenario tarif Donald Trump menyeluruh benar terjadi, itu bisa “memacu efek harga yang sangat besar” bagi logam mulia. Kekhawatiran soal pertumbuhan ekonomi dan risiko inflasi yang makin tinggi pun akan terus mendorong permintaan investor terhadap emas.(*)