KABARBURSA.COM – Hari ini, Selasa, 6 Mei 2025, menjadi hari yang penuh semangat bagi para investor yang memantau pergerakan saham Vale Indonesia Tbk (INCO). Saham emiten nikel ini meroket 6 persen hanya dalam kurang waktu sehari dan kini bertengger ke level Rp2.650. Tidak berhenti di situ, sepekan terakhir saham INCO sudah melesat lebih dari 13 persen karena didorong sentimen positif dari kenaikan harga nikel global yang kini tercatat naik 2,40 persen sejak awal tahun.
Pertanyaannya, apakah saham INCO ini sudah siap melanjutkan reli (breakout)? Atau justru sedang menggoda trader untuk buru-buru masuk lalu terjebak di zona overbought? Mari kita kupas satu per satu level teknis dan data pendukungnya.
Melihat data orderbook Stockbit, INCO mencatat harga tertinggi harian di Rp2.660 dengan volume perdagangan nyaris 294 ribu lot. Angka rata-rata harian sudah di level Rp2.597. Itu artinya harga saat ini bukan sekadar lonjakan tipis, tetapi berdiri di atas fondasi rata-rata yang kuat.
Secara pivot point, level penting yang wajib dipantau adalah Rp2.610. Bila harga mampu bertahan di atas titik ini, potensi kenaikan ke resistance berikutnya di Rp2.620–Rp2.640 cukup terbuka. Namun, kalau justru turun dan menembus ke bawah support Rp2.580–Rp2.590, investor harus siap menghadapi potensi koreksi.
Dengan posisi bid dan ask yang ramai di rentang Rp2.650–Rp2.660, pasar saat ini sedang diwarnai pertarungan ketat antara pembeli dan penjual. Artinya, keputusan investor dalam 1–2 hari ke depan akan sangat memengaruhi arah harga.
Masuk ke indikator teknikal, ringkasan dari data Investing memberikan sinyal Strong Buy dengan 7 indikator beli dan nihil sinyal jual. Relative Strength Index (RSI) berada di level 72,34 yang sudah masuk wilayah overbought. Biasanya, ini jadi alarm kewaspadaan. Namun kalau momentum kuat, harga tetap bisa terdorong naik sebelum akhirnya terkoreksi.
Indikator lain seperti MACD (29,85) dan ADX (31,33) juga menunjukkan sinyal beli yang solid. Tidak kalah penting, semua moving average dari MA5 hingga MA200 kini sudah berada di posisi “Buy”. Hal ini mengindikasikan tren jangka pendek maupun panjang sedang positif.
Namun, perlu dicatat, Average True Range (ATR) sebesar 35 menunjukkan volatilitas tinggi. Ini berarti, pergerakan harga bisa melompat cepat, baik naik maupun turun. Buat trader pemula, volatilitas seperti ini bisa terasa seperti pedang bermata dua, antara menggiurkan, tapi juga berisiko.
Melihat data aktivitas asing, data perdagangan Stockbit menunjukkan pembelian asing (foreign buy) mencapai Rp4,81 miliar, sedikit unggul dari penjualan asing (foreign sell) di Rp4,37 miliar, yang kemudian menghasilkan net buy Rp445 juta. Namun, jangan lupakan dominasi investor domestik yang menyumbang lebih dari 78 persen dari total transaksi. Ini berarti, walaupun asing terlibat, sentimen lokal tetap memegang peran utama dalam menggerakkan harga.
Jumlah saham yang diborong asing tercatat sekitar 1,91 juta lembar, sementara domestik membeli lebih dari 6,55 juta lembar. Artinya, kalau mau memprediksi arah pergerakan besok, kita perlu lebih banyak membaca perilaku lokal ketimbang hanya bergantung pada aliran modal asing.
Menguatnya harga nikel global juga menjadi angin segar bagi INCO. Per 6 Mei 2025, harga nikel tercatat naik USD367,25/MT atau 2,40 persen sejak awal tahun. Ini memberi sentimen positif tambahan karena bisnis utama Vale Indonesia memang sangat bergantung pada pasar nikel dunia.
Secara historis, nikel pernah mencapai rekor tertinggi USD54.050 per metrik ton pada Mei 2007. Meski jaraknya masih jauh, potensi kenaikan harga komoditas tetap menjadi bahan bakar bagi pergerakan saham INCO di lantai bursa.
Melihat semua data di atas, saham INCO memang sedang dalam posisi menarik. Sinyal teknikal menunjukkan peluang breakout, volume perdagangan mendukung, dan sentimen komoditas juga positif. Namun, posisi overbought serta volatilitas tinggi tetap harus jadi catatan penting.
Bagi trader harian, waspada di resistance Rp2.660–Rp2.680 dan siapkan strategi take profit kalau momentum melemah. Bagi investor jangka menengah, pantau terus pergerakan di atas pivot point Rp2.610 sambil memasang trailing stop untuk mengamankan cuan.
Tak cuma teknikal yang bikin saham INCO menarik dilirik. Dari sisi fundamental, data kuartal I 2025 mencatat laba bersih sebesar Rp357 miliar atau melonjak tajam dibanding periode sama tahun lalu yang hanya Rp97 miliar. Kalau tren ini terus berlanjut, estimasi laba tahunan (annualised) bisa tembus Rp1,4 triliun, jauh lebih tinggi dari capaian tahunan Rp916 miliar di 2024.
Memang, kalau dibandingkan dengan 2023 yang mencatat laba spektakuler Rp4,18 triliun, angkanya masih lebih kecil. Namun, jangan lupa, 2023 adalah tahun luar biasa bagi nikel karena harga komoditasnya mencatat reli besar. Kenaikan laba tahun ini menunjukkan Vale mulai kembali pulih setelah tertekan penurunan harga global pada 2024.
Kapitalisasi pasar atau market cap saat ini sebesar Rp27,93 triliun dan jumlah saham beredar 10,54 miliar lembar.
Kalau bicara valuasi, angka-angka INCO bikin banyak investor geleng-geleng. Per hari ini, price-to-earnings (PER) tahunan tercatat di 19,58 kali, sementara PER trailing twelve months (TTM) tembus 23,77 kali. Sekilas, ini bikin INCO kelihatan agak premium dibanding rerata emiten tambang lain yang sering nongkrong di kisaran belasan kali. Namun, ada yang menarik: forward PER alias proyeksi tahun depan hanya 14,09 kali. Artinya, pasar sebenarnya memperkirakan laba INCO bakal melonjak signifikan sehingga valuasinya akan tampak lebih murah dalam waktu dekat.
Sementara itu, price-to-book value (PBV) INCO ada di level 0,61 kali. Ini jelas sangat murah untuk emiten pertambangan besar karena pada dasarnya investor sama saja membeli aset perusahaan cuma setengah dari nilai bukunya. Angka ini bikin saham INCO jadi incaran value investor yang senang cari saham dengan diskon aset.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.