Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

JIIPE Jadi Mesin Baru, Saham AKRA Dinilai Masih Murah

Pendapatan AKRA kuartal I 2025 naik 4,5 persen secara tahunan, didukung lonjakan utilitas JIIPE dan distribusi stabil. Analis menilai saham masih undervalued.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 06 May 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
JIIPE Jadi Mesin Baru, Saham AKRA Dinilai Masih Murah Ilustrasi: Truk tangki bahan bakar dan kontainer logistik dengan branding AKRA melintasi kawasan distribusi. (Foto: AI untuk KabarBursa)

KABARBURSA.COM - PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), emiten logistik dan distribusi energi yang juga menjadi pengelola kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), membukukan pertumbuhan pendapatan yang stabil pada kuartal I 2025 meskipun laba bersih mengalami tekanan. 

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, total pendapatan mencapai Rp10,26 triliun atau tumbuh 4,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sementara laba bersih justru terkoreksi 5,0 persen yoy menjadi Rp565,2 miliar. 

Penurunan laba tersebut utamanya disebabkan oleh kenaikan beban pajak dan menurunnya kontribusi pendapatan dari entitas asosiasi, yang berdampak pada penyusutan margin laba bersih dari 5,9 persen menjadi 5,5 persen.

Kinerja solid tetap terlihat dari sisi laba kotor, yang tercatat naik 3,6 persen yoy menjadi Rp926,6 miliar. Pendorong utama adalah peningkatan volume perdagangan, khususnya untuk distribusi bahan kimia dan BBM yang menyuplai sektor pertambangan. 

Di sisi lain, unit bisnis utilitas di JIIPE menunjukkan kinerja yang luar biasa dengan lonjakan pendapatan mencapai 497 persen yoy. Lonjakan ini terjadi seiring mulai beroperasinya beberapa penyewa besar di kawasan tersebut, yang turut meningkatkan permintaan atas jasa utilitas seperti listrik, air, dan pengelolaan limbah.

AKRA juga menunjukkan posisi neraca yang kuat dengan total kas sebesar Rp5,07 triliun, setara dengan 15 persen dari total aset perusahaan. Dengan rasio net gearing sebesar -0,02 kali, perusahaan berada dalam posisi net cash yang sangat likuid. 

Struktur keuangan seperti ini memberikan ruang manuver yang luas bagi AKRA untuk melanjutkan ekspansi bisnis dan memperkuat posisi pasarnya di sektor logistik dan kawasan industri.

Sukarno Alatas, analis riset ekuitas dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa tekanan terhadap laba bersih AKRA pada kuartal I bersifat temporer. "Kenaikan pajak dan penurunan pendapatan asosiasi memang membebani laba bersih, tapi operasional inti perusahaan tetap ekspansif. Distribusi tetap kuat dan JIIPE mulai menghasilkan recurring income yang signifikan," ujarnya dalam catatan riset yang diterima, Selasa, 6 Mei 2025.

Saham AKRA Dinilai Masih Menarik, Target Harga Segini

Di tengah tekanan laba bersih jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang saham AKRA dinilai tetap atraktif. Sukarno menilai bahwa kinerja distribusi dan utilitas yang tumbuh positif akan menjadi katalis utama bagi pertumbuhan laba sepanjang tahun. 

Dalam proyeksi tahun buku 2025, Sukarno memperkirakan laba bersih AKRA akan mencapai Rp2,5 triliun, tumbuh 13,3 persen yoy. Kontributor utamanya adalah volume perdagangan yang lebih tinggi, penjualan lahan industri JIIPE seluas 80–110 hektare, serta kenaikan pendapatan utilitas dari penyewa aktif yang terus bertambah.

Sukarno juga menyebut bahwa strategi ekspansi jaringan ritel BBM yang dilakukan AKRA akan menambah diversifikasi pendapatan yang stabil. 

"AKRA juga memperluas jaringan SPBU-nya, dan ini memberi mereka keunggulan logistik karena sudah punya infrastruktur distribusi sendiri. Ini bukan hanya soal volume, tapi juga efisiensi distribusi bahan bakar," kata Sukarno dalam laporan yang sama.

Dari sisi valuasi, Sukarno menilai saham AKRA saat ini berada dalam kondisi undervalued. Dengan harga terakhir di Rp1.245 per saham, saham AKRA diperdagangkan pada rasio price-to-earnings (P/E) sebesar 9,7 kali, di bawah rata-rata P/E sektor yang berada di sekitar 11 kali. 

"Target harga 12 bulan kami untuk AKRA adalah Rp1.500 per saham, yang merefleksikan P/E forward 11,7 kali dan EV/EBITDA 8,7 kali. Dengan struktur kas yang kuat, valuasi seperti ini tergolong menarik secara fundamental," jelasnya.

Secara price-to-book value (PBV), AKRA juga berada di level 2,1 kali, sedikit di atas rata-rata sektor sebesar 1,9 kali, namun jauh lebih rendah dari batas atas historis sektor distribusi dan logistik yang bisa mencapai PBV 10 kali. Kombinasi antara valuasi menarik dan proyeksi pertumbuhan membuat Sukarno tetap merekomendasikan saham AKRA dengan rating "Buy".

Meski demikian, ia juga mengingatkan sejumlah potensi risiko yang perlu diperhatikan investor. "Volatilitas harga komoditas, gangguan logistik, fluktuasi nilai tukar, serta tekanan dari regulasi ESG dan transisi energi bisa mempengaruhi margin dan strategi ekspansi AKRA. Namun, dengan diversifikasi bisnis dan kekuatan neraca keuangan, risiko-risiko tersebut relatif bisa dikelola," tutur Sukarno.

Dengan landasan fundamental yang kuat, strategi ekspansi yang agresif namun terukur, serta kinerja kawasan industri JIIPE yang mulai menunjukkan kontribusi positif secara berkelanjutan, AKRA dinilai masih menjadi salah satu pilihan utama di sektor logistik dan kawasan industri Indonesia untuk investor yang mencari pertumbuhan jangka menengah.