Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham SIDO Anjlok, Dividen Jumbo Bikin Tergiur!

Harga saham SIDO terkoreksi lebih dari 7 persen sepanjang tahun, tapi dividen tunainya tetap tinggi dan jadi incaran investor.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 05 May 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Saham SIDO Anjlok, Dividen Jumbo Bikin Tergiur! PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk atau SIDO. (Foto: Dok. Sido Muncul)

KABARBURSA.COM -  Di tengah pelemahan kinerja operasional, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) tetap agresif membagikan dividen tunai final sebesar Rp630 miliar atau Rp21 per saham untuk tahun buku 2024.

Dengan imbal hasil (yield) dividen mencapai 10,46 persen, salah satu yang tertinggi di pasar, emiten sektor herbal ini tampaknya mengandalkan kekuatan neraca untuk menjaga daya tarik investor, meski laba bersih kuartal I 2025 terkoreksi tajam 40,4 persen secara tahunan menjadi Rp232,94 miliar. 

Kondisi neraca yang tetap solid inilah yang menjadi dasar bagi manajemen untuk tetap percaya diri dalam menjaga kebijakan distribusi laba. Meskipun tekanan terhadap kinerja operasional masih terasa, SIDO memilih mempertahankan posisinya sebagai emiten berdividen tinggi di pasar. Keputusan strategis ini tercermin dalam langkah perseroan untuk kembali membagikan dividen final yang besar pada tahun ini. 

Fundamental Sido Muncul Tetap Solid di Tengah Penurunan Laba 

Sido Muncul memulai tahun 2025 dengan tantangan kinerja yang cukup signifikan. Laporan keuangan konsolidasian menunjukkan bahwa laba bersih perusahaan pada kuartal I 2025 turun 40,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp232,94 miliar, dari Rp390,49 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini didorong oleh merosotnya penjualan bersih menjadi Rp789,1 miliar, turun dari Rp1,05 triliun, serta pelemahan margin laba kotor dari 59 persen menjadi 52 persen.

Tekanan pada sisi operasional juga tercermin dalam laba usaha yang turun drastis dari Rp491,43 miliar menjadi Rp286,08 miliar. Kenaikan beban umum dan penjualan yang relatif stabil di tengah pendapatan menurun mempersempit ruang profitabilitas. 

Laba per saham (EPS) ikut terkoreksi dari Rp13,02 menjadi Rp7,77 per lembar. Koreksi ini menjadi sinyal tantangan awal tahun bagi SIDO, meskipun perusahaan menutup tahun buku 2024 dengan kinerja dan distribusi laba yang solid.

Meski dari sisi laba operasional mengalami tekanan, neraca keuangan SIDO tetap menunjukkan kekuatan. Total aset naik dari Rp3,93 triliun pada akhir 2024 menjadi Rp4,10 triliun per akhir Maret 2025. Peningkatan tersebut didorong terutama oleh lonjakan kas dan setara kas sebesar 37,6 persen menjadi Rp1,17 triliun. 

Di sisi lain, total liabilitas justru mengalami penurunan signifikan menjadi Rp388,07 miliar dari Rp451,78 miliar, terutama dari sisi utang dagang dan beban akrual. Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pun naik menjadi Rp3,71 triliun, ditopang oleh laba ditahan serta adanya saham treasuri sebesar Rp7,83 miliar yang mengindikasikan kemungkinan buyback terbatas sebagai strategi menjaga harga saham.

Dividen SIDO Final Jadi Andalan Investor?

Di tengah tekanan laba, SIDO tetap konsisten menjaga reputasinya sebagai emiten berdividen tinggi. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS) pada 2 Mei 2025, perusahaan menyetujui pembagian dividen final sebesar Rp21 per saham. 

Dividen ini akan dibayarkan pada 26 Mei 2025 kepada pemegang saham yang tercatat dalam daftar pada 16 Mei 2025. Pembayaran ini melengkapi dividen interim sebesar Rp18 per saham yang telah dibagikan pada November 2024, menjadikan total dividen tahun buku 2024 sebesar Rp39 per saham atau setara Rp1,17 triliun.

Dengan harga saham saat ini di level Rp545, imbal hasil dividen atau dividend yield SIDO tercatat impresif di angka 10,46 persen. Angka ini jauh di atas rata-rata industri konsumer dan menjadi magnet tersendiri bagi investor yang mengincar pendapatan pasif. 

Menurut Corporate Secretary SIDO, Tiur Simamora, komitmen terhadap distribusi dividen merupakan bagian dari strategi menjaga kepercayaan investor. 

“Kami berterima kasih atas kepercayaan para pemegang saham. Meskipun ada tantangan eksternal dan tekanan kinerja, kami tetap memprioritaskan distribusi laba yang optimal dan berkelanjutan,” ungkap Tiur dalam keterbukaan informasi, 5 Mei 2025.

Track record dividen SIDO dalam lima tahun terakhir mendukung reputasi tersebut. Pada 2023, SIDO membagikan total dividen Rp30,6 per saham, pada 2022 sebesar Rp36,5, dan pada 2021 sebesar Rp38. Konsistensi ini menjadikan SIDO sebagai salah satu dividend champion di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan payout ratio yang secara historis berada di atas 100 persen, bahkan mencapai 183,52 persen untuk tahun buku 2024. 

Namun, keberlanjutan strategi ini tentu akan sangat bergantung pada pemulihan kinerja operasional dalam beberapa kuartal ke depan.

Bagi investor ritel, besaran dividen ini memberikan potensi pendapatan pasif yang cukup menarik. Dengan asumsi kepemilikan sebesar 100 lot atau 10.000 saham SIDO, investor akan menerima dividen final sebesar Rp210.000 dari pembagian Rp21 per saham. 

Jika digabungkan dengan dividen interim sebesar Rp18 per saham yang telah dibayarkan pada November 2024, total dividen yang diterima mencapai Rp390.000 untuk tahun buku 2024. Nilai ini mencerminkan imbal hasil efektif 10,46 persen dari modal jika mengacu pada harga saham terkini di Rp545, jauh melampaui bunga deposito perbankan maupun rata-rata dividen saham sektor konsumer lainnya. 

Kinerja Saham SIDO Tertekan saat Valuasi Masih Premium

Meski menawarkan imbal hasil dividen tinggi dan memiliki fundamental neraca yang solid, pergerakan saham SIDO belum mampu mencerminkan kekuatan tersebut di pasar. 

Hingga penutupan perdagangan 5 Mei 2025, harga saham SIDO turun 7,63 persen secara year-to-date (ytd) ke level Rp545 per saham. Penurunan ini memperpanjang tren koreksi yang sudah dimulai sejak akhir tahun lalu, di tengah kekhawatiran investor terhadap pelemahan margin dan potensi perlambatan pertumbuhan.

Secara valuasi, saham SIDO tergolong premium. Price-to-earnings ratio (P/E) trailing 12 bulan tercatat 16,13 kali dan forward P/E 13 kali, angka yang jauh di atas median P/E IHSG yang berada di kisaran 7,85 kali. 

Selain itu, price-to-book value (PBV) SIDO berada di level 4,41 kali, dengan PEG ratio sebesar 0,72. Kombinasi ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan jangka panjang perusahaan, meskipun secara jangka pendek menghadapi tantangan pada sisi profitabilitas.

Rasio EV/EBITDA sebesar 10 kali dan EV/EBIT sebesar 12,4 kali juga menegaskan posisi SIDO sebagai saham berkualitas tinggi di sektor konsumer berbasis herbal. Namun, koreksi harga yang terus berlanjut menandakan pasar mulai bersikap realistis terhadap valuasi yang tinggi tersebut. 

Dalam kondisi saat ini, saham SIDO tetap menarik bagi investor defensif yang mencari stabilitas dividen, meskipun prospek pertumbuhan jangka pendek masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Dari sisi teknikal, tekanan jual terhadap saham SIDO tampak dominan. Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di 30,2 dan Williams %R di -91,6, mengindikasikan kondisi jenuh jual (oversold) yang cukup ekstrem. 

Stochastic RSI bahkan mencatat level 0, yang menunjukkan potensi terjadinya pantulan teknikal (technical rebound) jika disertai volume beli yang menguat. 

Meski begitu, indikator tren seperti MACD, ADX, hingga seluruh Moving Average dari MA5 hingga MA200 masih mengeluarkan sinyal strong sell, mengindikasikan bahwa tren penurunan belum sepenuhnya berbalik.

Dalam konteks ini, level support terdekat berada di rentang Rp536–Rp538, sementara resisten teknikal jangka pendek ada di Rp546–Rp548. Bagi investor jangka menengah hingga panjang, area Rp530–Rp540 bisa dipertimbangkan sebagai entry point konservatif apabila muncul konfirmasi pola pembalikan (reversal) pada grafik harian. 

Adapun bagi trader harian, peluang baru layak dipantau jika harga mampu menembus dan bertahan di atas Rp550, disertai sinyal RSI >40 dan MACD crossover. Hingga sinyal tersebut muncul, pendekatan wait and see atau akumulasi bertahap dinilai lebih bijak dalam merespons tekanan teknikal saat ini. (*)