Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Analisis Saham GOTO Kuartal I: Beli Sekarang atau Tunggu?

Saham GOTO kembali jadi sorotan usai laporan kuartal I 2025. Ini kata analis soal potensi jangka pendek dan risiko valuasinya.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 03 May 2025 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Syahrianto
Analisis Saham GOTO Kuartal I: Beli Sekarang atau Tunggu? Ilustrasi: Saham GOTO usai cetak perbaikan kinerja keuangan di kuartal I, layak dikoleksi? (Foto: AI untuk KabarBursa)

KABARBURSA.COM - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) diproyeksikan bakal meneruskan tren kinerja positif pada kuartal II 2025. Meski prospeknya menjanjikan, emiten teknologi ini tetap menghadapi sejumlah tantangan fundamental. 

Pengamat pasar modal Muhammad Thoriq Fadilla menilai bahwa GOTO berpotensi tersandung oleh kompetisi ketat di layanan on-demand.

"Grab dan ShopeeFood jelas jadi rival kuat yang bisa menekan margin GOTO, terutama di sektor transportasi dan pengantaran makanan," ujarnya kepada Kabarbursa.com, Sabtu, 3 Mei 2025.

Selain itu, Thoriq menyoroti ketergantungan GOTO terhadap kerja sama dengan TikTok melalui Tokopedia. Menurutnya, kolaborasi ini memang memberikan kontribusi signifikan, namun dapat menjadi risiko apabila terjadi perubahan kebijakan atau dinamika regulasi. 

Faktor eksternal lain yang turut membayangi adalah kondisi makroekonomi, terutama lemahnya daya beli masyarakat. Hal ini, kata Thoriq, berpotensi menekan volume transaksi dan bisa menahan laju pendapatan GOTO. 

"Kalau ini terjadi, bukan tidak mungkin rugi bersih kembali melebar, apalagi jika efisiensi biaya tak bisa dijaga sebaik kuartal I 2025," ujarnya. 

Pertumbuhan Fundamental GOTO di Kuartal I 2025

Mengacu pada keterangan resmi perusahaan, GOTO mencatat pertumbuhan total nilai transaksi (GTV) mencapai Rp83,2 triliun pada kuartal I 2025, naik 54 persen yoy. Pendapatan bersih juga meningkat menjadi Rp4,2 triliun, tumbuh 37 persen yoy.

Dari lini financial technology, GOTO membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,2 triliun, melesat 90 persen yoy, berkat peningkatan skala portofolio pinjaman dan transaksi pembayaran konsumen.

Sementara itu, unit layanan transportasi dan pesan-antar juga mencatat pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 33 persen yoy menjadi Rp3,0 triliun, dengan masing-masing kontribusi dari segmen mobility (naik 20 persen) dan delivery (naik 39 persen).

EBITDA unit on-demand pun naik signifikan, tumbuh 89 persen yoy menjadi Rp314 miliar. EBITDA yang disesuaikan untuk segmen mobility dan delivery masing-masing naik 33 persen dan 142 persen yoy .

Lebih lanjut, EBITDA yang disesuaikan secara keseluruhan mencapai Rp393 miliar, menjadi sinyal penting menuju profitabilitas. GOTO juga berhasil memangkas rugi bersih dari Rp954 miliar di kuartal I 2024 menjadi Rp367 miliar pada kuartal I 2025.

"Meskipun kita masih perlu menunggu hasil kuartal II, tren penurunan rugi bersih ini sudah menjadi sinyal awal yang kuat. Jika tren ini berlanjut hingga mencetak laba, keyakinan pasar jangka menengah bisa meningkat signifikan," kata Thoriq. 

Direktur Utama Grup GOTO, Patrick Walujo, menyatakan bahwa kinerja kuartal I mencerminkan keberhasilan eksekusi strategi dan kekuatan model ekosistem GOTO. 

Pihaknya akan terus mengoptimalkan basis pelanggan untuk mencakup segmen pengguna premium yang memiliki daya beli tinggi dengan tingkat keterlibatan yang tetap tangguh sehingga memberikan stabilitas lebih kuat bagi bisnis perusahaan. 

"Pada saat yang sama, kami terus meningkatkan penawaran kami di semua segmen yang didorong oleh inovasi produk berkelanjutan dan investasi di bidang teknologi untuk menghadirkan pengalaman yang lebih baik dan mendorong ekspansi yang lebih luas," ujar dia dalam keterangan tertulis dikutip, Kamis, 1 Mei 2025.

Menurutnya, seluruh upaya tersebut bisa memperluas jangkauan perusahaan, meningkatkan profitabilitas, dan memposisikan bisnis untuk pertumbuhan jangka panjang. 

Sementara itu Direktur Keuangan Grup GOTO, Simon Ho menambahkan pihaknya berhasil mencatatkan pertumbuhan berkelanjutan dan peningkatan profitabilitas di seluruh bisnis walaupun bulan Ramadan tahun ini jatuh pada kuartal pertama, biasanya terjadi perlambatan pertumbuhan di tingkat Grup.

"Bisnis pinjaman kami terus menjadi pendorong pertumbuhan, dengan portofolio pinjaman konsumen7 yang tumbuh 108 persen secara tahunan," ungkapnya. 

Untuk On-Demand Services, kata dia, pihaknya mencatatkan perbaikan margin tiga kuartal berturut-turut, dan GTV meningkat 17 persen dibandingkan kuartal pertama tahun lalu.  Dia menuturkan hal ini merefleksikan kekuatan bisnis dan kemampuan GOTO untuk menavigasi tantangan makroekonomi. 

"Kami memperkirakan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan di sisa tahun 2025 dan tetap yakin dapat mencapai pedoman EBITDA yang disesuaikan untuk tahun penuh sebesar Rp1,4 triliun hingga Rp1,6 triliun," jelasnya. 

Apakah Saham GOTO Masih Layak Dikoleksi?

Menjawab pertanyaan apakah saham GOTO masih menarik untuk dikoleksi, Thoriq menyebut bahwa untuk jangka pendek, saham ini masih cukup layak dipertimbangkan. Meski masih merugi, GOTO telah menunjukkan kemampuan bertahan dan mempersempit kerugian. 

"Dengan sentimen positif dari laporan kuartal I, ada peluang euforia pasar bisa dimanfaatkan oleh para trader," jelasnya. 

Namun, untuk jangka panjang, Thoriq menyarankan investor lebih berhati-hati. Ia menegaskan bahwa apabila pada kuartal II nanti GOTO belum juga membukukan laba bersih, kepercayaan investor jangka panjang bisa mulai terkikis. 

"Maka dari itu, saya lebih merekomendasikan GOTO untuk trading jangka pendek saja dulu, sambil menunggu konfirmasi kinerja berikutnya," ungkapnya. 

Sebelumnya, ia juga menyampaikan bahwa performa solid GOTO di kuartal I memberikan sinyal bahwa perusahaan mulai memasuki fase ekspansi yang lebih sehat. 

"Dan kalau melihat tren saat ini, saya rasa potensi keberlanjutan pertumbuhan ini di kuartal II cukup besar. Kunci utamanya ada pada dua lini bisnis yang performanya menonjol, yaitu fintech dan layanan on-demand," ujar dia.

Dari sisi teknikal, pergerakan harga saham GOTO pada Jumat, 2 Mei 2025 ditutup melemah di level Rp82 per saham, turun 3 poin atau 3,53 persen dibanding penutupan sebelumnya. Walau demikian, secara year-to-date (ytd), saham ini masih menguat 17,14 persen, menandakan bahwa minat pasar tetap ada. 

Volume transaksi tercatat sebesar 2,63 miliar saham, relatif mendekati rata-rata tiga bulanan sebesar 3,13 miliar saham, menunjukkan bahwa likuiditas GOTO tetap terjaga tinggi dan diminati pelaku pasar aktif.

Namun secara indikator teknikal, sinyal negatif mulai mendominasi. Ringkasan analisis menunjukkan status “Strong Sell” berdasarkan indikator seperti RSI (14) yang berada di 40,95, MACD negatif, ADX di atas 60 menandakan tren pelemahan yang kuat, dan Williams %R pada -100 yang mengindikasikan kondisi oversold ekstrem. Indikator stochastic, stochastic RSI, dan Ultimate Oscillator juga menunjukkan kondisi jenuh jual (oversold), memperkuat sinyal tekanan teknikal jangka pendek. 

Sinyal penurunan juga tercermin pada CCI (-145) dan Bull/Bear Power (-2,73), memperlihatkan dominasi tekanan jual dibanding pembelian.

Pada sisi moving average, mayoritas garis rata-rata jangka pendek seperti MA5, MA10, MA20, dan MA50 berada di posisi jual (sell), baik untuk metode simple maupun exponential. 

Hanya MA100 dan MA200 yang masih berada di posisi beli (buy), yang artinya tren jangka menengah-panjang belum sepenuhnya terkonfirmasi memburuk. Namun dalam jangka pendek, kecenderungan harga cenderung melemah jika tidak ada katalis positif baru.

Dengan kondisi teknikal yang condong negatif, namun diiringi likuiditas tinggi dan potensi euforia pasca laporan kuartal I, maka posisi GOTO saat ini lebih tepat ditujukan bagi trader jangka pendek yang siap menghadapi volatilitas. 

Bagi investor jangka panjang, posisi beli sebaiknya ditunda hingga ada konfirmasi lebih kuat terkait laba bersih, perbaikan arus kas, serta pembalikan tren harga yang terkonfirmasi secara teknikal. (*)