KABARBURSA.COM – Harga emas dunia turun tipis pada Sabtu, 3 Mei 2025, dan tercatat menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut. Penyebabnya adalah mencairnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, plus laporan ketenagakerjaan AS yang solid—semua ikut menekan harga logam mulia ini.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, harga spot emas melemah 0,4 persen di USD3.228,50 per ons. Sepanjang pekan, harga emas sudah turun 2,6 persen, setelah sebelumnya mencetak rekor USD3.500,05 pada 22 April. Bahkan, pada Kamis, harga sempat menyentuh level terendah sejak 14 April.
Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup menguat 0,6 persen ke USD3.243,30 per ons.
Dari sisi sentimen, Kementerian Perdagangan China menyatakan AS berulang kali menunjukkan kesediaan untuk bernegosiasi soal tarif dan Beijing siap membuka pintu untuk dialog.
Menurut Daniel Pavilonis, senior market strategist di RJO Futures, level USD3.500 tampaknya akan menjadi titik tertinggi emas dalam waktu dekat jika kesepakatan dagang mulai tercapai dan selera risiko pasar berangsur pulih dari euforia negatif akibat pembicaraan tarif.
Dari sisi data, laporan nonfarm payrolls menunjukkan kenaikan 177.000 pekerjaan bulan lalu, jauh melampaui ekspektasi jajak pendapat Reuters yang memperkirakan 130.000 pekerjaan. Namun, laporan ini masih bersifat retrospektif alias belum mencerminkan dampak nyata dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang maju-mundur.
Pasca laporan ketenagakerjaan, para trader pun mulai mengurangi taruhan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga secepatnya pada Juni.
Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun juga naik, dan suku bunga yang lebih tinggi biasanya membuat daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil menjadi berkurang.
Menurut Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, dengan permintaan safe haven yang mulai melemah, harga emas berpotensi turun lebih jauh dan bahkan bisa menembus level support pekan ini di kisaran USD3.200.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot turun 1,3 persen ke USD31,98 per ons, platinum naik tipis 0,1 persen ke USD959,20, dan paladium menguat 0,6 persen ke USD946,18. Meski begitu, ketiganya masih berada di jalur pelemahan mingguan.
Dalam catatan risetnya, bank investasi raksasa asal Amerika Serikat, Golsdman Sachs, memperkirakan harga emas bisa mencapai USD3.700 (Rp61.790.000) per ons troi tahun ini—naik dari prediksi sebelumnya sebesar USD3.300. Bahkan, mereka mematok kisaran perdagangan antara USD3.650 hingga USD3.950 per ons troi.
Goldman menyebutkan, revisi ini didorong oleh permintaan yang lebih kuat dari bank-bank sentral dunia serta arus masuk dana ke produk Exchange Traded Fund (ETF) emas yang meningkat akibat kekhawatiran resesi global. “Jika resesi benar-benar terjadi, arus masuk ke ETF bisa semakin deras dan mendorong harga emas menembus USD3.880 per ons troi pada akhir tahun,” tulis Goldman Sachs dalam laporannya, dikutip dari Yahoo Finance.
Namun, bank itu juga memberikan catatan. Jika pertumbuhan ekonomi ternyata lebih kuat dari perkiraan akibat berkurangnya ketidakpastian kebijakan, maka aliran dana ke ETF bisa kembali melambat. Dengan begitu, harga emas diprediksi lebih mendekati kisaran USD3.550 per ons troi.
Di sisi lain, Gedung Putih baru-baru ini mengumumkan pengecualian tarif untuk produk-produk seperti ponsel pintar dan komputer dalam skema tarif “resiprokal” Amerika Serikat. Meski demikian, Presiden Donald Trump tetap memperingatkan kemungkinan pemberlakuan tarif di kemudian hari tetap terbuka.
Sementara itu, harga emas di pasar spot sempat mencetak rekor baru lagi pada awal pekan ini, mencapai USD3.245,42 per ons troi. Namun, arah pergerakan harga masih cenderung tidak pasti lantaran pasar tengah mencerna perkembangan cerita perang tarif AS-China.
Goldman Sachs juga merevisi asumsi permintaan dari bank sentral. Mereka memperkirakan pembelian emas oleh bank sentral kini mencapai 80 ton per bulan, naik dari estimasi sebelumnya sebesar 70 ton.
Sementara itu, JP Morgan memproyeksikan harga emas mencapai rata-rata USD3.675 (sekitar Rp61.372.500) per ons troi pada kuartal keempat 2025, dan terus bergerak naik hingga menembus USD4.000 (sekitar Rp66.800.000) per ons troi pada kuartal kedua 2026. Lonjakan ini seiring meningkatnya potensi resesi akibat lonjakan tarif AS dan memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
JP Morgan juga mengingatkan ada peluang harga emas melampaui proyeksi tersebut lebih cepat dari perkiraan, apabila permintaan investor dan bank sentral melebihi ekspektasi pasar. “Yang menopang proyeksi harga emas menembus USD4.000 per ons tahun depan adalah permintaan kuat dari investor dan bank sentral, dengan rata-rata net demand sekitar 710 ton per kuartal sepanjang tahun ini,” tulis analis JP Morgan dalam riset tersebut, dikutip dari Reuters.
Sepanjang tahun ini, harga spot emas sudah melonjak 29 persen dan menorehkan 28 rekor harga baru, termasuk saat pertama kalinya menembus level USD3.500 (sekitar Rp58.450.000) per ons troi pada Selasa, 8 April 2025 lalu.
Sebelumnya, Goldman Sachs juga menaikkan proyeksi harga emas akhir 2025 dari USD3.300 menjadi USD3.700 (sekitar Rp61.790.000) per ons troi. Bahkan dalam skenario ekstrem, Goldman membuka kemungkinan harga emas bisa menyentuh kisaran USD4.500 (sekitar Rp75.150.000) per ons troi pada akhir tahun depan.(*)