Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Wall Street Rayakan Kenaikan Beruntun Terpanjang Sejak 2004

Wall Street cetak rekor kenaikan sembilan hari beruntun, didorong data tenaga kerja AS dan harapan damai dagang China.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 03 May 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Wall Street Rayakan Kenaikan Beruntun Terpanjang Sejak 2004 Wall Street catat kemenangan beruntun terpanjang sejak 2004, didorong laporan tenaga kerja dan harapan damai dagang China. Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - Wall Street menutup pekan dengan euforia. Indeks saham AS mencatat kenaikan sembilan hari berturut-turut alias jadi streak kemenangan terpanjang sejak 2004! Bahkan, pasar berhasil merebut kembali posisi yang hilang sejak Presiden Donald Trump memanaskan perang dagang awal April lalu.

Apa pemicunya? Dua hal utama, yakni laporan pasar tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan dan harapan baru kalau drama dagang dengan China bakal sedikit melunak.

Dilansir dari AP di Jakarta, Sabtu, 3 Mei 2025, S&P 500 melesat 1,5 persen, Dow Jones Industrial Average naik 1,4 persen, dan Nasdaq melonjak 1,5 persen. Kenaikannya tak tanggung-tanggung, sekitar 90 persen saham dan seluruh sektor di S&P 500 ikut melaju.

Sektor teknologi jadi mesin utama penggerak. Microsoft menguat 2,3 persen, Nvidia naik 2,5 persen, meski Apple justru turun 3,7 persen karena menghitung dampak tarif yang bisa memakan biaya USD900 juta. Saham bank dan perusahaan keuangan juga ikut mencetak untung. JPMorgan Chase naik 2,3 persen, sedangkan Visa menguat 1,5 persen.

Kemarin, Microsoft dan Meta Platforms yang notabene berada dalam sektor teknologi juga memimpin penguatan Wall Street. Dua raksasa Big Tech itu melaporkan laba awal tahun yang melampaui ekspektasi analis.

Berkat keduanya, indeks S&P 500 naik 0,6 persen, mencetak kenaikan beruntun selama delapan hari—rangkaian terpanjang sejak Agustus. Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 83 poin atau 0,2 persen, sementara Nasdaq composite melesat 1,5 persen.

Saham Microsoft terbang 7,6 persen setelah raksasa perangkat lunak itu mengatakan pendapatan dari bisnis komputasi awan dan kecerdasan buatannya (AI) melonjak 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Meta melampaui target analis baik dari sisi pendapatan maupun laba kuartalan terbaru. Meta menyebutkan bahwa alat-alat AI mereka ikut mendorong kenaikan pendapatan iklan dan membuat sahamnya melonjak 4,2 persen.

Sementara itu, laporan ketenagakerjaan menunjukkan penambahan 177.000 pekerjaan di bulan April. Memang lebih lambat dibanding Maret, tapi masih di atas ekspektasi ekonom. Meski begitu, angka ini belum memperhitungkan dampak tarif Trump yang menyasar mitra dagang AS. Banyak tarif yang harusnya aktif sejak April malah ditunda tiga bulan, kecuali untuk China yang tetap jadi target utama.

Chief Investment Officer Northlight Asset Management, Chris Zaccarelli, mengingatkan bahwa kalau pemerintahan Trump tetap melanjutkan rencana tarif awalnya, pasar bisa kembali goyah seperti di awal April, ketika S&P 500 anjlok 9,1 persen karena eskalasi perang dagang.

Sekarang pasar memang sudah pulih, didorong laporan laba perusahaan yang solid, harapan meredanya ketegangan dagang, dan ekspektasi bahwa The Fed masih punya ruang untuk memangkas suku bunga tahun ini. Meski begitu, secara keseluruhan, S&P 500 masih turun 3,3 persen sejak awal tahun dan 7,4 persen di bawah rekor tertingginya Februari lalu.

Untuk detail angka, S&P 500 naik 82,53 poin ke 5.686,67; Dow Jones melonjak 564,47 poin ke 41.317,43; dan Nasdaq bertambah 266,99 poin ke 17.977,73.

Pasar tenaga kerja terus diawasi ketat sebagai indikator kesehatan ekonomi di tengah drama perang dagang. Selama ini, ketenagakerjaan yang kuat membantu menopang konsumsi dan pertumbuhan ekonomi AS. Tapi sekarang para ekonom mulai khawatir, apakah tarif impor akan membebani konsumen dan bisnis, lalu berdampak ke perekrutan dan belanja.

Ekonomi AS pun sudah menunjukkan tanda-tanda rapuh. Pada kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi AS minus 0,3 persen per tahun, terseret lonjakan impor karena perusahaan-perusahaan buru-buru mengamankan barang sebelum tarif Trump diberlakukan.

Rangkaian tarif ini, plus kebijakan Trump yang kadang maju-mundur, bikin rencana bisnis dan rumah tangga ketar-ketir. Banyak perusahaan bahkan memotong atau menarik mundur proyeksi keuangan mereka karena bingung seberapa besar biaya tambahan yang harus mereka tanggung dan seberapa keras dampaknya ke konsumen dan belanja nasional.

Harapan tetap ada bahwa Trump bakal melonggarkan sebagian tarifnya setelah merampungkan kesepakatan dagang dengan negara-negara lain. China masih jadi sasaran utama dengan tarif selangit mencapai 145 persen. Kementerian Perdagangan China bilang, Beijing sedang mengevaluasi pendekatan baru dari AS terkait tarif ini.

Sementara itu, laporan laba perusahaan di Wall Street relatif sepi hari ini, setelah seminggu penuh laporan besar. Exxon Mobil naik tipis 0,4 persen, berhasil pulih dari pelemahan awal meski membukukan laba kuartal I terendah dalam beberapa tahun terakhir. Rivalnya, Chevron, malah naik 1,6 persen meski laporannya juga menunjukkan profit kuartal I yang mini.

Harga minyak mentah yang terus melorot jadi beban besar bagi sektor energi. Harga minyak AS sudah turun sekitar 17 persen sepanjang tahun ini. Bahkan pekan ini sempat anjlok di bawah USD60 per barel, titik kritis di mana banyak produsen nggak bisa lagi mencetak untung.

Di sisi lain, Block jeblok parah, amblas 20,4 persen usai melaporkan laba kuartal I yang anjlok tajam dan nggak sesuai perkiraan analis. Perusahaan teknologi finansial di balik aplikasi Cash App ini menyebut penurunan belanja konsumen di sektor perjalanan dan barang-barang non-prioritas sebagai penyebab utama hasil jeblok itu.

Pasar obligasi pun bergerak. Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun naik ke 4,31 persen dari posisi 4,22 persen di akhir perdagangan Kamis.(*)