KABARBURSA.COM - Microsoft dan Meta Platforms memimpin penguatan Wall Street pada Jumat, 2 Mei 2025, setelah dua raksasa Big Tech itu melaporkan laba awal tahun yang melampaui ekspektasi analis.
Dilansir dari AP di Jakarta, Jumat, Indeks S&P 500 naik 0,6 persen, mencetak kenaikan beruntun selama delapan hari—rangkaian terpanjang sejak Agustus. Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 83 poin atau 0,2 persen, sementara Nasdaq composite melesat 1,5 persen.
Saham Microsoft terbang 7,6 persen setelah raksasa perangkat lunak itu mengatakan pendapatan dari bisnis komputasi awan dan kecerdasan buatannya (AI) melonjak 13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Meta, induk dari Facebook dan Instagram, juga melampaui target analis baik dari sisi pendapatan maupun laba kuartalan terbaru. Meta menyebutkan bahwa alat-alat AI mereka ikut mendorong kenaikan pendapatan iklan, membuat sahamnya melonjak 4,2 persen.
Keduanya termasuk saham paling berpengaruh di S&P 500 dan indeks lainnya karena ukuran kapitalisasi pasarnya yang raksasa. Dan mereka bukan satu-satunya. CVS Health, Carrier Global, dan deretan perusahaan lain juga bergabung dalam arus laporan laba yang lebih baik dari perkiraan, membantu menopang Wall Street selama sepekan terakhir. Saat ini, S&P 500 hanya terpaut 9 persen dari rekor tertingginya yang tercatat awal tahun ini, setelah sebelumnya sempat turun hampir 20 persen dari level itu.
Namun, masih banyak ketidakpastian soal apakah perang dagang Presiden Donald Trump akan menyeret ekonomi menuju resesi. Meski perusahaan-perusahaan sejauh ini melaporkan laba kuartal pertama yang lebih kuat dari prediksi, banyak CEO yang tetap berhati-hati memandang sisa tahun ini.
General Motors, misalnya, justru memangkas proyeksi laba untuk 2025. Mereka memperkirakan akan terdampak biaya USD4 miliar sampai USD5 miliar akibat tarif, meskipun berupaya menekan setidaknya 30 persen dari beban itu. Saham GM turun tipis 0,4 persen.
Sementara itu, McDonald’s melemah 1,9 persen setelah melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih lemah dari ekspektasi analis, meskipun labanya sedikit di atas perkiraan. Ukuran penting kinerja di restoran McDonald’s di AS mencatatkan penurunan terburuk sejak 2020, saat pandemi COVID-19 melumpuhkan ekonomi global. CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, mengatakan bahwa konsumen saat ini “sedang bergulat dengan ketidakpastian.”
Bukan cuma Chipotle, McDonald’s pun ikut merasakan pelanggan makin hati-hati belanja gara-gara ekonomi yang penuh tanda tanya dan inflasi yang masih bikin banyak orang nggak nyaman.
Survei-survei konsumen sudah lama menangkap pesimisme yang makin naik soal arah ekonomi. Kamis kemarin, muncul dua laporan ekonomi yang hasilnya campur aduk, setelah sebelumnya ada beberapa data yang mengisyaratkan pelemahan.
Laporan pertama bilang bahwa lebih banyak pekerja AS yang mengajukan tunjangan pengangguran minggu lalu dibanding prediksi ekonom. Ini jadi pembuka menjelang rilis laporan pasar tenaga kerja yang lebih komprehensif hari Jumat.
Tapi laporan kedua datang membawa kabar sedikit lebih baik: aktivitas manufaktur AS bulan lalu ternyata lebih kuat dari yang dikhawatirkan, meskipun tetap saja mencatat kontraksi.
Yang paling ditakuti Wall Street saat ini adalah skenario terburuk bernama stagflasi, yaitu ketika ekonomi mandek tapi inflasi tetap tinggi. Repotnya, bank sentral AS (The Fed) nggak punya alat yang pas untuk membereskan dua masalah itu sekaligus. Soalnya, kalau The Fed coba menyelamatkan satu masalah dengan mengutak-atik suku bunga, biasanya masalah satunya justru makin parah.
Untungnya, ada sedikit kabar baik soal inflasi: laporan Rabu kemarin menyebut ukuran inflasi favorit The Fed melambat di bulan Maret.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bergerak liar mengikuti laporan-laporan ekonomi hari Kamis. Yield obligasi 10-tahun awalnya turun di bawah 4,13 persen setelah laporan pengangguran yang mengecewakan. Tapi kemudian berbalik naik ke 4,21 persen setelah laporan manufaktur yang lebih baik dari perkiraan. Angka itu naik dari 4,17 persen sehari sebelumnya.
Sementara di pasar saham, kondisi cenderung stabil. Indeks S&P 500 naik 35,08 poin ke 5.604,14. Dow Jones Industrial Average menguat 83,60 poin ke 40.752,96, dan Nasdaq melonjak 264,40 poin ke 17.710,74.
Di pasar internasional, banyak bursa tutup karena libur Hari Buruh (May Day). Tapi Tokyo mencuri perhatian: indeks Nikkei 225 naik 1,1 persen setelah Bank of Japan memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya, sesuai ekspektasi banyak investor.
Harapan bahwa Trump bakal mencabut sebagian tarifnya setelah menjalin kesepakatan dagang baru dengan negara lain juga ikut mengangkat sentimen pasar.
Bahkan, sebuah blog media sosial yang dikelola penyiar resmi China mengklaim bahwa pemerintahan Trump diam-diam sudah mencari kontak dengan ekonomi terbesar kedua dunia itu lewat berbagai saluran untuk memulai negosiasi soal tarif.(*)