Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ganti Pola Bisnis: Bukalapak Catat Pendapatan Naik 37 Persen

Bukalapak atau BUKA baru saja merilis laporan keuangan kuartal I 2025 yang alami kenaikan laba bersih setelah sebelumnya mengubah pola bisnisnya.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 May 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Pramirvan Datu
Ganti Pola Bisnis: Bukalapak Catat Pendapatan Naik 37 Persen Aplikasi Bukalapak.com. Foto: Dok. BUKA

KABARBURSA.COM – PT Bukalapak.com Tbk atau dalam kode saham BUKA memulai tahun 2025 mencatatkan lonjakan pendapatan dan berhasil kembali mencetak laba bersih setelah sebelumnya merugi hampir Rp1 triliun. 

Keuntungan yang diraup setelah BUKA melakukan perubahan dalam struktur bisnisnya yang mulai diterapkan pada awal tahun 2025. Hal ini terbukti membawa dampak positif terhadap efisiensi dan profitabilitas perusahaan teknologi berbasis platform digital tersebut.

Dalam laporan keuangan tidak diaudit untuk kuartal pertama 2025 (1Q25), Bukalapak membukukan pendapatan sebesar Rp1,5 triliun, tumbuh 37 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatatkan Rp1,1 triliun. 

CEO Bukalapak, Willix Halim melalui keterangan resminya yang diterima KabarBursa.com pada Kamis, 1 Mei 2025 menyebut pertumbuhan  ditopang oleh kinerja kuat dari segmen Gaming dan Retail yang kini menjadi bagian dari pilar strategis perusahaan.

Mengawali tahun ini, Bukalapak mengubah pendekatan segmentasi bisnisnya dari dua lini besar—Marketplace dan Online-to-Offline (O2O)—menjadi empat segmen strategis: Mitra Bukalapak, Gaming, Retail, dan Investment. 

Langkah tersebut dilakukan untuk mencerminkan fokus yang lebih tajam terhadap unit-unit bisnis dengan kontribusi pertumbuhan jangka panjang yang lebih besar. Inisiatif itu merupakan bagian dari upaya menyelaraskan arah strategis perusahaan dengan dinamika kebutuhan pasar digital di Indonesia.

"Seiring dengan restrukturisasi tersebut, margin kontribusi meningkat hampir dua kali lipat menjadi Rp80 miliar dibandingkan Rp41 miliar pada 4Q24," kata Willix.

Menurut dia hal itu menandakan peningkatan kualitas pendapatan serta efisiensi operasional di seluruh lini bisnis. Margin kontribusi yang sehat ini juga menjadi landasan penting bagi pencapaian profitabilitas yang lebih stabil ke depannya.

Sementara, EBITDA Bukalapak mengalami perbaikan signifikan, naik 86 persen secara kuartalan dari minus Rp147 miliar menjadi hanya minus Rp20 miliar. Ketika digabungkan dengan pendapatan bunga bersih, Adjusted EBITDA plus Net Interest Income melonjak menjadi Rp212 miliar dari Rp105 miliar pada kuartal sebelumnya. Capaian itu diklaim menjadi indikator penting bahwa langkah-langkah optimalisasi struktur biaya dan alokasi sumber daya telah berjalan sesuai rencana.

Lebih lanjut, BUKA sukses mencetak laba bersih sebesar Rp112 miliar, berbalik dari kerugian Rp955 miliar pada 4Q24. Capaian ini ditopang oleh efisiensi operasional, kenaikan margin kontribusi, serta tidak adanya beban non-recurring seperti biaya hukum dan restrukturisasi yang cukup besar pada kuartal sebelumnya. Selain itu, nilai investasi yang dikelola juga mengalami penguatan dari segmen Investment terhadap total bottom line perusahaan.

“Kami sangat antusias oleh kinerja kami di kuartal pertama 2025. Peningkatan margin kontribusi, efisiensi operasional, dan kembalinya profitabilitas menunjukkan bahwa transformasi kami mulai membuahkan hasil nyata,” ujar Willix.

Dia mengatakan seiring dengan restrukturisasi yang diharapkan rampung pada paruh pertama tahun ini, mereka yakin momentum dari 1Q25 akan terus berlanjut dan memungkinkan  untuk mencapai profitabilitas yang berkelanjutan di kuartal-kuartal mendatang.

Dari sisi pengeluaran, beban General & Administrative (G&A) juga menunjukkan tren positif. Jika mengecualikan biaya hukum dan biaya restrukturisasi satu kali (one-off), beban G&A tercatat turun sebesar 6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, mencerminkan disiplin operasional yang semakin kuat.

Sementara itu, neraca keuangan Bukalapak tetap kokoh dengan posisi kas, setara kas, dan investasi likuid sebesar Rp18,8 triliun. Likuiditas ini memberi perusahaan fleksibilitas tinggi dalam mendukung berbagai inisiatif strategis, baik untuk pengembangan teknologi, ekspansi layanan digital, maupun peluang akuisisi yang sejalan dengan strategi pertumbuhan jangka panjang.

Pencapaian di 1Q25 memberikan sinyal bahwa Bukalapak berhasil membalikkan arah setelah masa transisi yang cukup menantang di tahun sebelumnya. Dengan fokus baru pada segmen-segmen bernilai tambah dan strategi berbasis efisiensi, perusahaan dinilai siap melanjutkan tren pertumbuhan yang lebih berkualitas serta menegaskan kembali posisinya sebagai pemain penting dalam ekosistem digital nasional.

Kinerja Keuangan Positif di 1Q25

 

Pertumbuhan Pendapatan

 

  • Pendapatan BUKA naik signifikan menjadi Rp1,5 triliun, tumbuh 37% QoQ (dari Rp1,1 triliun di 4Q24).
  • Pertumbuhan didorong terutama oleh segmen Gaming dan Retail, yang kini menjadi pilar strategis perusahaan.


Laba Bersih dan EBITDA

 

  • Laba bersih tercatat Rp112 miliar, berbalik dari kerugian Rp955 miliar di kuartal sebelumnya.
  • EBITDA membaik signifikan: dari minus Rp147 miliar menjadi hanya minus Rp20 miliar.
  • Adjusted EBITDA + Net Interest Income melonjak menjadi Rp212 miliar (sebelumnya Rp105 miliar), menandakan pengelolaan beban dan alokasi modal yang lebih efisien.


 Restrukturisasi Strategis Bukalapak

 Perubahan Struktur Bisnis

 

  • Bukalapak mengubah pendekatan segmentasi dari 2 menjadi 4 segmen strategis:
    • Mitra Bukalapak
    • Gaming
    • Retail
    • Investment


Langkah ini mencerminkan pendekatan yang lebih fokus terhadap unit-unit bisnis dengan potensi pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan visibilitas profitabilitas tiap segmen.
 

Efisiensi dan Margin

 

  • Margin kontribusi meningkat hampir 2 kali lipat: dari Rp41 miliar ke Rp80 miliar, mencerminkan peningkatan kualitas pendapatan.
  • Beban G&A (jika dikurangi biaya hukum dan restrukturisasi) turun 6%, mencerminkan penguatan disiplin operasional.


 Kekuatan Neraca dan Likuiditas

 

  • Posisi kas, setara kas, dan investasi likuid mencapai Rp18,8 triliun.
  • Likuiditas ini memberi BUKA fleksibilitas tinggi untuk ekspansi, inovasi teknologi, dan potensi akuisisi strategis, menjadikan perusahaan tangguh dalam menghadapi ketidakpastian pasar.

Impresi Investor dan Potensi Saham

 

Prospek Saham

 

  • Rebound laba dan efisiensi memberi sinyal kuat bahwa BUKA telah melewati masa transisi.
  • Dengan margin yang meningkat, EBITDA yang hampir positif, dan arus kas kuat, saham BUKA berpotensi menarik perhatian investor institusi dan ritel yang mengincar tech stocks dengan fundamental membaik.
  • Segmentasi baru juga membuka peluang revaluasi nilai saham, terutama jika Gaming dan Retail terus menunjukkan pertumbuhan.


Risiko yang Perlu Diwaspadai

 

  • Keberlanjutan profitabilitas masih bergantung pada keberhasilan implementasi restrukturisasi penuh (target paruh pertama 2025).
  • Persaingan di sektor digital dan e-commerce Indonesia masih ketat, sehingga eksekusi strategi sangat krusial.

 Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Investor

Memasuki tahun 2025, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menunjukkan sinyal pemulihan yang kuat dan transformasi bisnis yang mulai membuahkan hasil nyata. Kinerja keuangan kuartal pertama tahun ini menandai titik balik penting dalam perjalanan perusahaan, terutama setelah melalui masa-masa sulit dengan kerugian hampir Rp1 triliun pada akhir tahun 2024.

Lonjakan pendapatan sebesar 37% secara kuartalan menjadi Rp1,5 triliun mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam merespons kebutuhan pasar digital Indonesia melalui pendekatan baru yang lebih fokus. Tidak hanya itu, kembalinya Bukalapak mencetak laba bersih sebesar Rp112 miliar menunjukkan bahwa inisiatif efisiensi dan restrukturisasi yang dilakukan sejak awal tahun telah efektif dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.

Restrukturisasi strategi bisnis menjadi empat pilar utama—Mitra Bukalapak, Gaming, Retail, dan Investment—menjadi fondasi baru bagi arah pertumbuhan yang lebih berkelanjutan. Langkah ini memberikan fokus yang lebih tajam pada segmen-segmen bernilai tambah tinggi dan membuka jalan bagi diversifikasi pendapatan yang lebih seimbang dan resilien.

Peningkatan margin kontribusi dan efisiensi beban operasional juga mencerminkan adanya peningkatan disiplin dan tata kelola internal yang lebih baik. EBITDA yang membaik secara signifikan dan penguatan posisi kas sebesar Rp18,8 triliun menempatkan Bukalapak dalam posisi keuangan yang solid, memberikan fleksibilitas tinggi untuk berinvestasi dalam inovasi, ekspansi layanan, hingga potensi akuisisi strategis ke depan.

Dari sudut pandang investor, saham BUKA kini telah berubah profil: dari sebelumnya sebagai perusahaan teknologi dengan tekanan profitabilitas, menjadi entitas yang menunjukkan arah profit jangka panjang yang lebih pasti. Dengan fundamental yang semakin membaik, BUKA kini menjadi kandidat saham teknologi yang lebih “bankable” untuk dikoleksi di portofolio jangka menengah hingga panjang.

Rekomendasi Investasi

 Untuk Investor Jangka Menengah dan Panjang:

  • Rekomendasi: BUY / ACCUMULATE
  • Saham BUKA direkomendasikan untuk mulai dikoleksi secara bertahap (accumulative buy), terutama pada fase konsolidasi harga, mengingat potensi pertumbuhan yang lebih stabil di tengah transformasi bisnis yang tengah berlangsung.
  • Kinerja kuartal mendatang, khususnya 2Q25, akan menjadi validasi penting atas keberlanjutan strategi ini. Jika tren pertumbuhan dan profitabilitas berlanjut, potensi revaluasi saham akan semakin terbuka.

 Catatan Risiko:

  • Perlu diwaspadai risiko eksternal seperti intensitas persaingan di sektor teknologi dan e-commerce, serta kemampuan manajemen dalam mempertahankan disiplin efisiensi dan inovasi.
  • Investor dengan profil risiko rendah atau yang menghindari sektor teknologi sebaiknya mempertimbangkan pendekatan wait-and-see sambil memantau hasil kinerja semester pertama 2025.

Dengan latar belakang yang kini lebih kokoh secara fundamental dan strategis, Bukalapak memiliki potensi menjadi salah satu pemimpin baru dalam lanskap digital Indonesia—bukan hanya sebagai marketplace, melainkan sebagai ekosistem digital multisegmen yang menciptakan nilai jangka panjang.

(*)