KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan performa impresif dalam sebulan terakhir dengan lonjakan sebesar 12,85 persen, dengan mengakhiri sesi perdagangan di level 6.766,80.
Angka ini menunjukkan penguatan yang solid dari posisi sebelumnya di 6.749,08, dan menandai momentum pemulihan pasar saham domestik yang semakin nyata menjelang pertengahan tahun 2025.
Sepanjang perdagangan, IHSG sempat menyentuh level tertinggi di 6.791,25 dan terendah di 6.725,97, mencerminkan fluktuasi moderat dengan kecenderungan bullish.
Kondisi ini menjadikan IHSG salah satu indeks regional dengan performa paling atraktif dibandingkan indeks utama Asia dan dunia lainnya. Meskipun belum menyentuh kembali level tertingginya dalam 52 minggu terakhir di angka 7.910,56, pergerakan positif yang konsisten menunjukkan bahwa pelaku pasar mulai melihat stabilisasi dalam faktor makroekonomi domestik.
Di sisi lain, IHSG masih cukup jauh dari titik terendah 52 minggu di 5.882,60, memperkuat keyakinan akan tren pemulihan yang sedang berlangsung.
Kinerja positif IHSG juga tercermin pada indeks-indeks domestik lainnya. Indeks LQ45, yang mewakili saham-saham unggulan dengan kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi, naik 0,57 persen ke level 761,52.
Sementara itu, indeks IDX30 tercatat menguat 0,63 persen ke posisi 395,36, dan indeks Sri-Kehati—yang mengacu pada saham-saham dengan kriteria keberlanjutan dan ESG—melonjak 0,97 persen ke level 352,75. Penguatan Sri-Kehati mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap saham-saham berwawasan lingkungan dan tata kelola yang baik.
Secara global, mayoritas bursa saham dunia juga bergerak di zona hijau. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,57 persen ke posisi 36.045,38, sementara indeks Hang Seng Hong Kong mencatat penguatan 0,51 persen ke 22.119,41.
Bursa saham Korea Selatan lewat indeks KOSPI menguat 0,34 persen ke 2.556,61, sedangkan indeks Shanghai Composite (SSE) naik tipis 0,23 persen ke level 3.279,03.
Sinyal positif juga datang dari bursa Amerika Serikat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup di level 40.669,36 atau naik 0,35 persen, sementara indeks S&P 500 bertambah 0,15 persen ke level 5.569,06. Di Eropa, indeks DAX Jerman turut menguat sebesar 0,32 persen ke angka 22.496,98.
Penguatan IHSG dan mayoritas indeks global ini tidak lepas dari ekspektasi penurunan suku bunga global, meredanya kekhawatiran inflasi, dan membaiknya outlook pertumbuhan ekonomi dunia.
Di sisi domestik, optimisme pasar juga didorong oleh musim pembagian dividen, ekspektasi kelanjutan reformasi fiskal pascapemilu, serta tren masuknya investor asing ke sektor-sektor strategis seperti perbankan, energi, dan infrastruktur.
Dengan sentimen positif ini, banyak analis memproyeksikan bahwa IHSG memiliki potensi untuk kembali menembus level psikologis 7.000 dalam waktu dekat, terlebih jika didukung oleh pemulihan ekonomi global dan kestabilan politik dalam negeri. Namun demikian, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai risiko eksternal seperti ketegangan geopolitik, fluktuasi harga komoditas, dan pergerakan suku bunga The Fed yang bisa mengganggu tren bullish di pasar saham global.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG dalam beberapa pekan terakhir memberikan sinyal yang menjanjikan bagi investor ritel dan institusi. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin IHSG 2025 bisa kembali mencatatkan rekor tertinggi baru, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pasar berkembang paling menarik di kawasan Asia Tenggara.
Pasar saham Indonesia menguat pada penutupan perdagangan Selasa, 29 April 2025, didorong oleh kenaikan signifikan di sektor infrastruktur, pertanian, dan industri dasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan sebesar 0,25 persen dan ditutup di level tertinggi dalam satu bulan terakhir, mencerminkan optimisme investor di tengah tekanan global terhadap harga komoditas.
Salah satu saham dengan performa terbaik dalam sesi perdagangan kali ini adalah PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (JK:KRYA), yang melesat 31,75 persen atau naik 20 poin menjadi Rp83, mencatatkan level tertinggi dalam 52 minggu terakhir. Lonjakan harga saham ini mengindikasikan minat pasar yang meningkat terhadap sektor konstruksi pasca meningkatnya belanja infrastruktur pemerintah.
Selain itu, PT Mandala Multifinance Tbk (JK:MFIN) juga mencatat kinerja impresif dengan kenaikan 25,10 persen ke posisi Rp3.350, seiring ekspektasi positif terhadap sektor pembiayaan multiguna di kuartal kedua tahun ini.
Pergerakan mencolok juga datang dari saham PT PAM Mineral Tbk (JK:NICL), yang melonjak 25,00 persen atau 120 poin hingga menyentuh Rp600. Saham emiten tambang mineral ini mencatat rekor sepanjang masa, di tengah sentimen positif terhadap ekspansi produksi dan meningkatnya permintaan komoditas logam domestik.
Di sisi lain, beberapa saham justru mengalami tekanan jual. Saham PT Sarana Mitra Luas Tbk (JK:SMIL) memimpin pelemahan dengan penurunan sebesar 14,95 persen ke posisi Rp330. Disusul oleh PT Modern Internasional Tbk (JK:MDRN) yang turun 12,50 persen menjadi Rp7, serta PT Bhakti Agung Propertindo (JK:BAPI) yang merosot 11,11 persen ke harga Rp8 per saham. Koreksi ini kemungkinan mencerminkan aksi ambil untung jangka pendek atau sentimen negatif terhadap sektor properti dan ritel.
Secara keseluruhan, pasar saham domestik menunjukkan kecenderungan menguat, dengan 374 saham mencatat kenaikan, mengungguli 261 saham yang mengalami penurunan, sementara 212 saham ditutup stagnan. Situasi ini mengisyaratkan arus masuk modal yang positif dan meningkatnya kepercayaan pelaku pasar terhadap prospek ekonomi nasional dalam jangka pendek.
Sementara itu, pasar komoditas global justru mencatatkan penurunan. Harga minyak mentah berjangka untuk pengiriman Juni turun sebesar 0,81 persen ke level USD61,55 per barel, sementara Brent untuk pengiriman Juli melemah 0,79 persen menjadi USD64,28 per barel.
Tidak hanya itu, harga emas berjangka kontrak Juni ikut terkoreksi sebesar 0,53 persen atau USD17,66 menjadi USD3.330,04 per troy ounce. Penurunan harga energi dan logam ini menunjukkan tekanan dari sentimen global yang belum stabil, meski bursa saham domestik mampu mencatatkan kinerja positif.
Momentum kenaikan IHSG di tengah penurunan harga komoditas menunjukkan bahwa sektor-sektor tertentu seperti konstruksi dan mineral masih memiliki ruang pertumbuhan yang kuat. Selain itu, dominasi saham unggulan dalam sektor multifinance dan eksplorasi mineral dapat menjadi indikator awal pergeseran fokus investor menuju saham-saham dengan prospek ekspansi konkret dan stabilitas fundamental yang terjaga.
Dengan tren yang sedang berlangsung, para pelaku pasar dan analis akan terus memantau pergerakan saham sektor strategis dan dinamika harga komoditas dunia yang dapat memengaruhi arah indeks dalam beberapa pekan mendatang.(*)