KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup menguat sebesar 0,26 persen atau meningkat 17 poin ke level 6.766 pada perdagangan Rabu, 30 April 2025.
Mengutip data perdagangan RTI Business, sepanjang sesi, IHSG bergerak fluktuatif di kisaran 6.725 hingga level tertinggi 6.791.
Meski indeks menghijau, saham terkoreksi lebih banyak daripada yang menguat dengan jumlah 318 berbanding 308. Sementara, 180 saham mengalami stagnan.
Adapun volume perdagangan pada sore ini mencapai 24,587 miliar lembar saham dengan nilai transaksi yang menunjukkan Rp14.479 triliun.
Sementara itu merujuk data Stockbit, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi tiga emiten dengan total nilai transaksi tertinggi.
BBCA mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp1.453,37 triliun, disusul oleh BMRI dengan Rp1.356,28 triliun, dan BBRI sebesar Rp866,74 miliar.
Sahan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga sukses tergabung dalam lima besar transaksi terbesar hari dengan jumlah Rp704,02 miliar.
Sementara, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) tercatat sebagai saham teknologi dengan nilai transaksi terbesar kelima senilai Rp437,46 miliar.
Selain itu, GOTO juga menduduki posisi teratas dalam kategori top volume dengan transaksi mencapai 5,13 miliar saham.
Ada pula PT MNC Land Tbk. (KPIG) dengan volume 844,93 juta saham, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) sebesar 625,08 juta saham, serta PT MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP) sebesar 562,14 juta saham.
Dari sisi sektoral, sektor keuangan hanya mengalami koreksi -0,15 pesen, jauh lebih rendah dibandingkan sektor infrastruktur yang turun -1,51 persen dan sektor teknologi -0,53 persen.
Adapun sektor kesehatan mengalami penguatan signifikan sebesar +2,84 pesen, diikuti transportasi +1,32 persen dan sektor barang non-siklikal +0,93 persen.
IHSG diperkirakan bakal mendapat dampak positif dari musim pembagian dividen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah emiten telah mengumumkan jadwal pembagian dividen yang menarik perhatian pasar.
Menurut pengamat pasar modal dan Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, musim dividen bisa menjadi katalis positif untuk IHSG menuju kuartal II 2025. Namun ia memperingatkan bahwa penguatan ini kemungkinan hanya bersifat sementara.
"Secara historis, pembagian dividen memang kerap menjadi katalis positif, meningkatkan likuiditas dan mendorong technical rebound. Akan tetapi, daya dorong tersebut diprediksi terbatas mengingat tekanan global belum menunjukkan tanda-tanda mereda," ujarnya kepada KabarBursa.com, Selasa, 29 April 2025.
Hendra mencatat bahwa hingga 25 April 2025 IHSG masih melemah 5,66 persen secara year-to-date (ytd), dan hanya menempati peringkat keempat dari enam indeks utama di ASEAN, serta kesembilan dari 13 indeks Asia Pasifik.
Menurutnya, beberapa faktor yang membayangi kinerja IHSG antara lain perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang belum mereda, perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pertumbuhan di China. Selain itu, tingkat suku bunga tinggi di AS yang berpotensi memengaruhi pasar saham domestik.
"Serta suku bunga tinggi di Amerika Serikat menjadi faktor eksternal yang terus membayangi kinerja pasar," katanya.
Meskipun IHSG masih dibayangi tantangan eksternal, Hendra melihat musim dividen tahun ini diharapkan bukan sekadar menjadi pelipur lara di tengah tekanan, tetapi juga menjadi momentum pemulihan IHSG yang lebih berkelanjutan.
Menurut Hendra, rotasi sektor akan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan investor setelah musim dividen berakhir. Beberapa sektor yang diperkirakan akan mencatatkan penguatan antara lain sektor energi, yang sudah mencatat penguatan 1,30 persen pada perdagangan 28 April 2025, sehingga diperkirakan tetap menjadi sektor primadona seiring stabilnya harga minyak dan gas.
"Sektor perbankan besar berpotensi kembali menjadi motor penggerak utama, didukung stabilisasi pasar keuangan domestik. Sementara itu, sektor konsumer primer dan kesehatan, yang cenderung defensif terhadap ketidakpastian global, diprediksi menjadi tujuan utama akumulasi selanjutnya," terangnya.
Tidak ketinggalan, lanjut dia, sektor konstruksi dan infrastruktur mulai mendapat perhatian lebih, seiring ekspektasi stimulus besar dari pemerintahan baru yang ingin mempercepat pembangunan nasional.
Selain musim dividen, perhatian pasar domestik kini juga tertuju pada langkah strategis Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang tengah menjajaki peran sebagai penyedia likuiditas di pasar modal.
"Kehadiran Danantara dinilai Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat memperkuat likuiditas dan stabilitas pasar, seiring rencana Danantara untuk mengalokasikan sebagian dana dividen BUMN ke investasi di saham," jelasnya.
Hendra melihat meskipun Danantara tidak diwajibkan berizin formal sebagai liquidity provider, mereka dapat menjadi penopang penting pasar domestik.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.