KABARBURSA.COM - PT Vale Indonesia Tbk (IDX: INCO) mencatatkan kinerja bervariasi pada kuartal pertama tahun 2025. Laba bersih perusahaan memang berhasil memenuhi ekspektasi pasar, tetapi tekanan pada sisi operasional menyebabkan hasil usaha inti berada di bawah target analis.
Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis oleh analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani, Rabu, 30 April 2025, laba bersih INCO 1Q25 mencapai USD22 juta, meningkat signifikan sebesar 228 persen secara kuartalan (QoQ) dan 252 persen secara tahunan (YoY).
Angka ini setara dengan 26 persen dari estimasi FY25 Stockbit dan 25 persen dari konsensus pasar, menandakan bahwa dari sisi profitabilitas akhir, INCO masih berada di jalur yang sesuai harapan.
Namun, laba usaha perseroan hanya mencapai USD12 juta, naik tipis 2,1 persen QoQ tetapi menurun 16 persen YoY. Angka ini berada di bawah estimasi analis (12 persen dari proyeksi FY25 Stockbit dan 13 persen dari konsensus). Penurunan terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan yang cukup tajam, yakni -15 persen secara kuartalan.
Penurunan Pendapatan: Dampak Gangguan Produksi dan Harga Jual
Penurunan pendapatan INCO disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu turunnya harga jual rata-rata (ASP) sebesar -5,3 persen QoQ. Dan volume produksi turun 11 persen QoQ, akibat gangguan sistem elektroda pada salah satu tanur listrik.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan di sisi hulu operasional masih menjadi tantangan utama INCO, meskipun strategi efisiensi terus dijalankan.
Yang menjadi sorotan positif adalah komponen pendapatan lain-lain. INCO mencatatkan keuntungan sebesar USD20 juta, berbalik dari kerugian USD4 juta pada 4Q24. Pendorong utamanya adalah:
Penjualan Bijih Nikel Perdana: Peluang Baru INCO
Untuk pertama kalinya dalam sejarah operasionalnya, INCO berhasil menjual 80.000 ton bijih nikel saprolit senilai USD3 juta pada 1Q25. Ini menjadi langkah strategis penting yang membuka jalur diversifikasi pendapatan baru.
Perseroan juga telah mengumumkan target penjualan bijih nikel sebanyak 290.000 ton selama semester I 2025, yang jika terealisasi, dapat memberikan tambahan signifikan terhadap pendapatan dan margin dalam beberapa kuartal mendatang.
Secara keseluruhan, kinerja Vale Indonesia Tbk pada kuartal I 2025 mencerminkan stabilitas laba bersih namun juga memperlihatkan tantangan operasional yang perlu diwaspadai investor. Sorotan utama tetap pada potensi pertumbuhan dari penjualan bijih nikel saprolit dan kontribusi investasi di proyek HPAL.
Untuk investor yang mengikuti saham INCO, fokus selanjutnya adalah pemulihan produksi dan penguatan realisasi target penjualan bijih nikel, terutama jelang semester kedua 2025.
Apakah Saham INCO Layak Dikoleksi Saat Ini?
Harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada akhir April 2025 tercatat di level Rp2.520 per saham. Namun secara keseluruhan, performa saham INCO sepanjang tahun ini masih tertekan. Berdasarkan data year-to-date (YTD), INCO sudah terkoreksi sekitar 37,66 persen, menandakan adanya tekanan jual yang cukup kuat dari pasar sejak awal tahun.
Dari sisi valuasi saham, INCO memiliki Price to Earnings Ratio (PER) sebesar 28,20 kali dan Price to Book Value (PBV) sebesar 1,04 kali. Angka ini cukup menarik untuk dibandingkan dengan beberapa emiten tambang lain di sektor nikel.
Misalnya, ANTM saat ini memiliki PER sekitar 13,66 kali dan PBV 1,19 kali, sementara MDKA diperdagangkan jauh lebih tinggi dengan PER 81 kali dan PBV 7,39 kali.
Bagaimana dengan rekomendasi analis?
Sejumlah sekuritas telah memberikan proyeksi dan pandangan terbaru untuk saham Vale Indonesia.
Untuk urusan sentimen pasar, saham INCO mendapatkan perhatian dari analis dan investor institusional. Berdasarkan data terbaru, terdapat 13 analis merekomendasikan beli, 16 menyarankan tahan, dan hanya 2 yang merekomendasikan jual.
Sementara itu, volume transaksi saham INCO harian mencapai rata-rata 16,5 juta saham, menandakan likuiditas yang tetap aktif di pasar. Di sisi lain, aksi beli bersih (net buy) oleh investor asing pernah tercatat mencapai Rp62,7 miliar, menandakan ketertarikan jangka panjang dari institusi luar terhadap saham tambang nikel ini.
Saham INCO 2025 menjadi salah satu saham nikel Indonesia yang patut dicermati. Dengan harga yang sudah terkoreksi tajam, valuasi moderat, target harga analis yang masih di atas harga pasar, serta prospek jangka panjang dari proyek HPAL dan ekspansi penjualan bijih nikel, saham Vale Indonesia menawarkan peluang yang menarik.
Namun, investor tetap perlu memperhatikan risiko dari fluktuasi harga nikel global dan dinamika kebijakan sektor pertambangan di Indonesia.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.