Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Melemah, Ketegangan Dagang Mulai Surut

Harga emas turun hampir 1 persen setelah muncul sinyal meredanya perang dagang AS-Tiongkok. Investor kini menanti data inflasi PCE dan ketenagakerjaan AS pekan ini.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 April 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Melemah, Ketegangan Dagang Mulai Surut Harga emas terkoreksi akibat meredanya ketegangan dagang AS-China: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM – Harga emas dunia terpantau turun hampir 1 persen pada Rabu, 30 April 2025, dini hari WIB, seiring mulai meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Fenomena ini membuat permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas ikut melunak. Para investor kini mengalihkan fokus pada data ekonomi penting pekan ini untuk memantau arah kebijakan The Fed selanjutnya.

Berdasarkan data pasar global, harga spot emas turun 0,8 persen ke level USD3.315,84 per ons troi per pukul 14.22 waktu New York. Sementara kontrak berjangka emas AS ditutup melemah 0,4 persen ke level USD3.333,60 per ons troi.

Direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, David Meger, mengatakan bahwa pasar mulai menunjukkan optimisme soal potensi meredanya perang dagang antara AS dan Tiongkok. “Ada sedikit harapan bahwa akan terjadi de-eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok,” ujarnya, dikutip dari Reuters di Jakarta, Rabu 30 April 2025.

Pemerintahan Presiden Donald Trump dilaporkan tengah menyiapkan langkah pelonggaran kebijakan tarif mobil, termasuk penurunan pajak atas suku cadang impor yang digunakan dalam mobil buatan AS serta memastikan agar mobil impor tidak dikenakan pajak berlapis.

Sinyal pelunakan ketegangan ini memicu aksi jual di pasar emas, yang sebelumnya sempat melonjak tajam hingga menyentuh rekor tertinggi USD3.500,05 per ons troi karena perannya sebagai aset aman saat gejolak global meningkat.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut beberapa mitra dagang utama telah mengajukan proposal “sangat baik” untuk menghindari tarif AS. Ia juga menyoroti langkah Tiongkok yang mulai mengecualikan sebagian produk asal AS dari tarif balasan sebagai sinyal kesediaan untuk menurunkan tensi dagang.

Kini, sorotan investor mengarah pada sederet data ekonomi penting yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan. Termasuk di antaranya adalah data inflasi PCE (Personal Consumption Expenditures) pada Rabu dan laporan ketenagakerjaan (non-farm payrolls) yang dijadwalkan pada Jumat waktu setempat.

Kepala trader di U.S. Global Investors, Michael Matousek, menilai level USD3.500 per ons troi akan menjadi titik psikologis penting. “Di level itu, orang-orang mulai masuk untuk mencairkan posisi. Itu hal yang wajar dalam ritme naik-turun pasar,” ujarnya.

Matousek memperkirakan harga emas bisa kembali naik ke USD3.590 pada akhir kuartal ini. Sedangkan untuk penutupan tahun, ia memperkirakan harga bisa menembus USD3.800 per ons troi.

Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot turun 0,4 persen ke USD33,02 per ons troi. Harga platinum melemah 1 persen ke USD976,50 dan palladium terkoreksi 1,3 persen ke level USD936,41 per ons troi.

Goldman Sachs Prediksi Harga Emas Tembus USD3.700 Tahun ini

Goldman Sachs kembali menaikkan proyeksi harga emas di akhir tahun 2025. Dalam catatan riset terbarunya, bank investasi raksasa asal Amerika Serikat ini memperkirakan harga emas bisa mencapai USD3.700 (Rp61.790.000) per ons troi, naik dari prediksi sebelumnya sebesar USD3.300. Bahkan, mereka mematok kisaran perdagangan antara USD3.650 hingga USD3.950 per ons troi.

Goldman menyebutkan, revisi ini didorong oleh permintaan yang lebih kuat dari bank-bank sentral dunia serta arus masuk dana ke produk Exchange Traded Fund (ETF) emas yang meningkat akibat kekhawatiran resesi global. “Jika resesi benar-benar terjadi, arus masuk ke ETF bisa semakin deras dan mendorong harga emas menembus USD3.880 per ons troi pada akhir tahun,” tulis Goldman Sachs dalam laporannya, dikutip dari Yahoo Finance.

Namun, bank itu juga memberikan catatan. Jika pertumbuhan ekonomi ternyata lebih kuat dari perkiraan akibat berkurangnya ketidakpastian kebijakan, maka aliran dana ke ETF bisa kembali melambat. Dengan begitu, harga emas diprediksi lebih mendekati kisaran USD3.550 per ons troi.

Di sisi lain, Gedung Putih baru-baru ini mengumumkan pengecualian tarif untuk produk-produk seperti ponsel pintar dan komputer dalam skema tarif “resiprokal” Amerika Serikat. Meski demikian, Presiden Donald Trump tetap memperingatkan kemungkinan pemberlakuan tarif di kemudian hari tetap terbuka.

Sementara itu, harga emas di pasar spot sempat mencetak rekor baru lagi pada awal pekan ini, mencapai USD3.245,42 per ons troi. Namun, arah pergerakan harga masih cenderung tidak pasti lantaran pasar tengah mencerna perkembangan cerita perang tarif AS-China.

Goldman Sachs juga merevisi asumsi permintaan dari bank sentral. Mereka memperkirakan pembelian emas oleh bank sentral kini mencapai 80 ton per bulan, naik dari estimasi sebelumnya sebesar 70 ton.

Sementara itu, JP Morgan memproyeksikan harga emas mencapai rata-rata USD3.675 (sekitar Rp61.372.500) per ons troi pada kuartal keempat 2025, dan terus bergerak naik hingga menembus USD4.000 (sekitar Rp66.800.000) per ons troi pada kuartal kedua 2026. Lonjakan ini seiring meningkatnya potensi resesi akibat lonjakan tarif AS dan memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

JP Morgan juga mengingatkan ada peluang harga emas melampaui proyeksi tersebut lebih cepat dari perkiraan, apabila permintaan investor dan bank sentral melebihi ekspektasi pasar. “Yang menopang proyeksi harga emas menembus USD4.000 per ons tahun depan adalah permintaan kuat dari investor dan bank sentral, dengan rata-rata net demand sekitar 710 ton per kuartal sepanjang tahun ini,” tulis analis JP Morgan dalam riset tersebut, dikutip dari Reuters.

Sepanjang tahun ini, harga spot emas sudah melonjak 29 persen dan menorehkan 28 rekor harga baru, termasuk saat pertama kalinya menembus level USD3.500 (sekitar Rp58.450.000) per ons troi pada Selasa, 8 April 2025 lalu. Sebelumnya, Goldman Sachs juga menaikkan proyeksi harga emas akhir 2025 dari USD3.300 menjadi USD3.700 (sekitar Rp61.790.000) per ons troi. Bahkan dalam skenario ekstrem, Goldman membuka kemungkinan harga emas bisa menyentuh kisaran USD4.500 (sekitar Rp75.150.000) per ons troi pada akhir tahun depan.

Meski demikian, JP Morgan mengingatkan ada sejumlah risiko yang bisa membalikkan tren emas. Salah satu ancaman utamanya adalah penurunan drastis permintaan dari bank sentral, yang saat ini menjadi salah satu motor utama kenaikan harga emas.

“Risiko penurunan yang lebih serius akan muncul bila ekonomi AS ternyata tetap tangguh terhadap dampak tarif. Jika itu terjadi, Federal Reserve bisa menjadi lebih agresif dalam merespons potensi inflasi, sehingga pasar mulai memperkirakan kenaikan suku bunga bahkan sebelum inflasi betulan muncul,” jelas para analis JP Morgan.

Sementara untuk logam mulia lainnya, JP Morgan memperkirakan pergerakan harga perak akan menghadapi hambatan jangka pendek akibat ketidakpastian permintaan industri. Namun, bank tersebut melihat adanya peluang catch-up rally pada paruh kedua 2025, dengan target harga perak naik ke kisaran USD39 (sekitar Rp651.300) per ons troi pada akhir tahun depan.(*)