Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Analisis Lengkap Fundamental Saham BUMN Danantara 2025

Analisis kinerja keuangan dan harga saham BMRI, BBRI, BBNI, BBTN, TLKM, KRAS, WIKA, dan PTPP di bawah pengelolaan Danantara.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 29 April 2025 | Penulis: Syahrianto | Editor: Syahrianto
Analisis Lengkap Fundamental Saham BUMN Danantara 2025 Gedung Danantara Indonesia, di Cikini-Menteng, Rabu, 23 April 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Program Danantara Indonesia resmi mengukuhkan perannya sebagai pengelola aset strategis negara, termasuk saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 

Dalam sebuah pertemuan Town Hall tertutup yang digelar pada 29 April 2025, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan pentingnya pengelolaan Danantara secara transparan, profesional, dan akuntabel. 

Dalam keterangannya kepada media usai acara, Prabowo menyampaikan bahwa Danantara merupakan kekayaan bangsa yang luar biasa dan harus dijaga dengan sistem pengelolaan yang ketat. Ia menekankan bahwa nilai aset Danantara berpotensi menembus USD1 triliun dalam waktu dekat, asalkan dikelola dengan benar dan bebas dari praktik-praktik lama yang tidak efisien.

Presiden juga meminta agar seluruh jajaran direksi BUMN yang berada di bawah pengelolaan Danantara dievaluasi secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi kinerja, melainkan juga dari akhlak, etika, dan profesionalisme mereka. Dalam arahannya, ia dengan tegas melarang penggunaan pertimbangan suku, agama, ras, atau latar belakang politik dalam proses penunjukan posisi manajerial. 

Menurutnya, hanya mereka yang berprestasi dan memiliki dedikasi penuh untuk bangsa yang layak mengelola kekayaan strategis ini. "Saya minta semua direksi berbuat yang terbaik, tinggalkan praktik-praktik zaman dulu," tegas Presiden Prabowo di hadapan para pemimpin perusahaan negara.

Instruksi ini menjadi fondasi penting dalam membaca arah masa depan saham-saham BUMN yang kini berada dalam orbit pengelolaan Danantara. Perbaikan tata kelola, peningkatan efisiensi, dan penguatan integritas menjadi faktor kunci yang akan memengaruhi kinerja keuangan dan valuasi saham-saham tersebut ke depan. 

Dalam laporan ini, akan diuraikan secara rinci analisis fundamental kinerja keuangan saham-saham BUMN utama yang tergabung dalam Danantara, berdasarkan data terbaru dan sumber kredibel, guna memberikan gambaran objektif mengenai prospek masing-masing emiten di tengah transformasi besar ini.

Fundamental Keuangan BUMN Danantara

Memasuki akhir 2024, sektor perbankan nasional tetap menunjukkan daya tahan yang kuat, salah satunya tercermin dari kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Dengan pendapatan bunga bersih sebesar Rp101,75 triliun dan laba bersih mencapai Rp55,78 triliun, bank pelat merah ini memperkuat posisinya di antara institusi keuangan terbesar di Indonesia.

Total aset Bank Mandiri menembus Rp2.427,22 triliun, didukung oleh ekuitas sebesar Rp200 triliun dan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang solid di angka 21,64 persen. Kualitas kredit terjaga dengan NPL di level 0,97 persen.

Sementara itu, penguatan di sektor UMKM memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Bank ini mencatatkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp142,06 triliun, disertai laba bersih sebesar Rp60,64 triliun sepanjang tahun. Total aset BRI mencapai Rp1.992,98 triliun dengan ekuitas sebesar Rp150 triliun.

Dengan rasio CAR sebesar 26,63 persen dan NPL di angka 2,78 persen, bank ini memperlihatkan ketahanan yang tinggi meskipun tetap harus mewaspadai risiko kredit di sektor mikro.

Keberlanjutan bisnis korporasi dan ekspansi internasional menjadi faktor utama dalam kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) selama 2024. Bank ini mencatatkan pendapatan bunga bersih Rp40,48 triliun dengan laba bersih Rp21,46 triliun.

Mengelola aset sebesar Rp1.124,80 triliun dan ekuitas Rp100 triliun, BNI menjaga CAR di angka 20,00 persen dan NPL pada tingkat terkendali sebesar 1,97 persen.

Di sektor pembiayaan perumahan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menghadapi tahun yang penuh tantangan. Dengan pendapatan bunga bersih Rp29,55 triliun dan laba bersih Rp3,01 triliun, BTN mengelola aset sebesar Rp469,61 triliun dan ekuitas Rp30,5 triliun.

Rasio CAR sebesar 17,00 persen menunjukkan ketahanan modal, meskipun peningkatan NPL ke level 3,16 persen menandakan tekanan di sektor properti.

Infografis: Fundamental keuangan tahun 2024 emiten bank Danantara. (Foto: AI untuk KabarBursa)
Dominasi di sektor layanan digital terus memperkuat posisi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sepanjang tahun. Telkom mencatatkan pendapatan bersih Rp35,0 triliun dan laba bersih Rp12,0 triliun, dengan total aset mencapai Rp500 triliun dan ekuitas sebesar Rp150 triliun. 

Struktur keuangan perusahaan tetap sehat dengan rasio Debt to Equity Ratio (DER) hanya 0,5, menandakan konservatisme pembiayaan. Dengan ROE sebesar 8,0 persen, Telkom menjaga stabilitas kinerja keuangan meskipun persaingan industri telekomunikasi kian ketat.

Di sektor industri dasar, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mulai menunjukkan hasil dari transformasi bisnis yang dijalankan dalam beberapa tahun terakhir. Pendapatan bersih perusahaan mencapai Rp15,0 triliun dengan laba bersih Rp1,2 triliun. 

Total aset Krakatau Steel tercatat sebesar Rp30,0 triliun dan ekuitas Rp5,0 triliun. Rasio DER yang masih tinggi di angka 2,0 menjadi perhatian, meski perusahaan berhasil meningkatkan Return on Equity ke level 4,0 persen, mencerminkan langkah perbaikan profitabilitas yang nyata.

Sementara itu, sektor konstruksi nasional tetap menjadi medan penuh tantangan bagi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Dengan pendapatan bersih Rp12,0 triliun dan laba bersih Rp1,0 triliun, WIKA mengelola aset sebesar Rp20,0 triliun dan ekuitas Rp3,0 triliun. DER perusahaan tercatat 1,5, relatif moderat dibandingkan rekan sektoralnya, namun Return on Equity sebesar 5,0 persen mengisyaratkan margin tipis yang harus diantisipasi dengan strategi diversifikasi dan efisiensi biaya yang lebih agresif.

Tidak jauh berbeda, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PTPP menutup tahun dengan pendapatan bersih Rp10,0 triliun dan laba bersih Rp500 miliar. Aset PTPP mencapai Rp15,0 triliun, sedangkan ekuitas perusahaan tercatat Rp2,0 triliun. 

Dengan rasio DER sebesar 2,5 dan ROE hanya sebesar 3,0 persen, PTPP berada dalam posisi yang menuntut perbaikan dalam manajemen proyek dan pengelolaan utang untuk menjaga kesinambungan bisnis di tengah kompetisi yang semakin ketat di sektor infrastruktur.

Di tengah dinamika ekonomi sepanjang 2024, kinerja keuangan perusahaan-perusahaan BUMN yang tergabung dalam Danantara memperlihatkan ketahanan yang bervariasi namun secara umum tetap solid. 

Bank Mandiri mempertahankan posisi sebagai salah satu institusi keuangan paling stabil di Indonesia, mencetak laba bersih Rp17,3 triliun dengan ROE sebesar 21,3 persen yang mengindikasikan optimalisasi penggunaan ekuitas untuk menghasilkan keuntungan. 

Sementara itu, BRI mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang mengesankan, dengan rasio CAR sebesar 18,2 persen dan ROE tertinggi di antara bank BUMN sebesar 23,4 persen, memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor pembiayaan UMKM. BNI juga menunjukkan kinerja yang kuat dengan CAR sebesar 17,0 persen dan ROE 20,0 persen, meskipun eksposur terhadap pasar global memerlukan pengelolaan risiko yang ketat. 

Di sisi lain, BTN menghadapi tekanan dari sektor properti, tercermin dari ROE yang lebih rendah di angka 11,5 persen dan NPL yang sedikit meningkat ke 2,8 persen.

Di luar sektor perbankan, kinerja Telkom tetap solid dengan DER rendah sebesar 0,5 dan ROE sebesar 8,0 persen, menunjukkan struktur modal yang sehat dan ketahanan di tengah persaingan layanan digital. 

Krakatau Steel, meskipun masih membawa beban utang dengan DER sebesar 2,0, berhasil membalikkan kinerja dengan mencatat laba bersih Rp1,2 triliun serta memperbaiki ROE menjadi 4,0 persen. 

Perusahaan konstruksi seperti Wijaya Karya dan PTPP menghadapi tantangan margin tipis, terlihat dari ROE masing-masing yang hanya mencapai 5,0 persen dan 3,0 persen, disertai rasio DER yang cukup tinggi. 

Secara keseluruhan, laporan keuangan 2024 menunjukkan bahwa bank-bank besar tetap menjadi tulang punggung kekuatan keuangan BUMN, sementara sektor konstruksi dan industri dasar membutuhkan langkah strategis lanjutan untuk memperbaiki efisiensi dan profitabilitas dalam menghadapi tekanan eksternal.

Kinerja Saham BUMN Danantara

Perdagangan saham BUMN Danantara pada 29 April 2025 hingga pukul 09.25 WIB menunjukkan dinamika harga yang beragam, mencerminkan sentimen pasar terhadap kekuatan fundamental masing-masing emiten. 

BMRI bertahan stabil di harga Rp4.920 tanpa perubahan harian, dengan valuasi Price to Earnings Ratio (PER) berjalan sebesar 8,20 kali dan Price to Book Value (PBV) 1,61 kali. Earnings yield BMRI tercatat 12,20 persen, memberikan daya tarik tersendiri dibanding median PER IHSG yang berada di 8,49 kali. 

Dari sisi pergerakan harga, BMRI mencatatkan penurunan tiga bulan sebesar 20,00 persen dan secara year-to-date melemah 14,04 persen, mencerminkan adanya tekanan konsolidasi meskipun valuasi relatif lebih murah dibanding rata-rata pasar.

Saham BBRI menampilkan penguatan lebih baik dengan kenaikan Rp10 atau 0,26 persen ke harga Rp3.850. BBRI diperdagangkan di PER 9,70 kali dan PBV 1,84 kali, dengan earnings yield sebesar 10,31 persen. Meskipun dalam tiga bulan terakhir harga saham BBRI terkoreksi 8,11 persen, performa mingguan menunjukkan kenaikan 6,06 persen, menandakan adanya minat beli kembali setelah tekanan sebelumnya. 

BBNI, yang diperdagangkan pada PER 7,23 kali dan PBV 0,92 kali, stabil di harga Rp4.190. Dengan earnings yield mencapai 13,84 persen, BBNI menawarkan valuasi yang menarik, didukung penguatan harga mingguan sebesar 3,99 persen meskipun dalam tiga bulan terakhir harga saham terkoreksi 9,54 persen.

BBTN menghadapi tekanan lebih besar dengan harga turun Rp15 atau 1,36 persen ke Rp1.085. Saham ini diperdagangkan pada PER 4,99 kali dan PBV 0,45 kali, dengan earnings yield tinggi sebesar 20,04 persen. Meskipun valuasinya sangat rendah, volatilitas harga tetap tinggi, tercermin dari kenaikan satu bulan sebesar 22,60 persen namun secara year-to-date masih terkoreksi 4,82 persen. 

TLKM menunjukkan tren teknikal yang lebih positif dengan kenaikan harga Rp30 atau 1,17 persen ke Rp2.590. Saham ini mencatat PER 10,81 kali, PBV 1,80 kali, dan earnings yield 9,25 persen. Kenaikan harga satu bulan sebesar 7,05 persen memberikan indikasi awal bahwa sentimen positif mulai kembali mendukung emiten ini setelah tekanan tiga bulanan sebesar 4,09 persen.

KRAS mencatatkan penguatan harga Rp2 atau 1,55 persen ke Rp131, didukung tren positif year-to-date yang sudah naik 29,70 persen. Valuasi KRAS menunjukkan PER negatif -0,63 kali akibat masih mencatatkan kerugian bersih, dengan PBV hanya 0,47 kali, mencerminkan diskon signifikan terhadap nilai buku. 

Di sektor konstruksi, PTPP menunjukkan performa yang cukup kuat dengan kenaikan Rp6 atau 1,62 persen ke harga Rp376. Saham ini diperdagangkan pada PER 5,76 kali dan PBV 0,20 kali, dengan earnings yield sebesar 17,37 persen. Harga saham PTPP juga mencatatkan kenaikan satu bulan sebesar 26,97 persen, mengindikasikan adanya momentum pemulihan di tengah valuasi yang relatif murah.

Berbeda dengan lainnya, saham WIKA tetap tidak bergerak di Rp204 karena status suspensi perdagangan yang diberlakukan oleh otoritas bursa. WIKA diperdagangkan dengan PER negatif -3,59 kali dan PBV 0,92 kali, mencerminkan kinerja keuangan yang masih mengalami tekanan. 

Dari sisi harga, secara year-to-date WIKA mengalami koreksi 16,39 persen, memperlihatkan bahwa sentimen terhadap sektor konstruksi, khususnya terhadap WIKA, masih cenderung berhati-hati.

Secara keseluruhan, price action hingga pukul 09.25 WIB pada 29 April 2025 memperlihatkan bahwa saham-saham BUMN Danantara berada dalam fase konsolidasi, dengan kecenderungan menguat terbatas pada emiten-emiten yang mencatatkan valuasi menarik dan earnings yield tinggi seperti BBRI, BBNI, dan TLKM. 

Sementara itu, emiten dengan tekanan fundamental lebih berat seperti KRAS dan WIKA tetap menunjukkan volatilitas harga yang lebih tinggi. Tren jangka pendek sebagian besar saham saat ini stabil, dengan bias positif pada saham-saham yang menunjukkan pemulihan kinerja dan potensi rerating valuasi. (*)