KABARBURSA.COM - Dalam dunia investasi saham, pasar bearish menjadi tantangan sekaligus peluang bagi investor. Salah satu strategi yang cukup populer di kalangan investor berpengalaman adalah averaging down, yaitu menambah kepemilikan saham saat harga turun untuk menurunkan harga rata-rata beli.
Khusus untuk saham TINS (PT Timah Tbk), strategi ini menjadi menarik untuk dibahas mengingat karakteristik bisnisnya yang berbasis komoditas, volatilitas harga timah global, serta fundamental perusahaan yang relatif solid sebagai bagian dari BUMN Indonesia.
Apa Itu Averaging Down?
Averaging down adalah strategi menambah jumlah saham yang dimiliki ketika harga saham tersebut mengalami penurunan, dengan tujuan menurunkan harga rata-rata pembelian. Misalnya, jika investor membeli saham TINS di harga Rp1.200 per lembar, dan harga turun menjadi Rp1.000, lalu membeli lagi, maka harga rata-rata kepemilikan menjadi lebih rendah.
Keuntungan utama averaging down adalah potensi balik modal yang lebih cepat saat harga kembali naik. Namun, strategi ini juga memiliki risiko, terutama jika dilakukan pada saham dengan fundamental yang memburuk.
Ada beberapa alasan mengapa saham TINS menjadi kandidat menarik untuk strategi averaging down saat pasar bearish:
1. Fundamental yang kuat:
Sebagai produsen timah terbesar di Indonesia, TINS memiliki peran penting dalam ekspor nasional. Sepanjang tahun 2024, ekspor timah Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup positif. Hingga bulan November 2024, Indonesia berhasil mengekspor sekitar 41.310,7 metrik ton timah, atau hampir mencapai kuota tahunan yang ditetapkan sebesar 44.600 ton.
Dari sisi nilai, ekspor timah tercatat menyumbangkan devisa sekitar USD1,44 miliar, memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama di pasar timah dunia. Kontribusi terbesar berasal dari ekspor ke beberapa negara utama di Asia dan Amerika.
Sepanjang tahun 2024, ekspor timah Indonesia didistribusikan ke berbagai negara tujuan, dengan proporsi terbesar antara lain:
Negara-negara ini menjadi konsumen utama timah Indonesia, yang digunakan untuk berbagai kebutuhan industri seperti elektronik, soldering, dan kemasan.
2. Potensi rebound harga komoditas: Harga timah dunia sangat fluktuatif dan berpotensi kembali menguat, yang biasanya diikuti rebound saham TINS.
3. Dividen rutin
PT Timah Tbk (TINS) memiliki sejarah pembagian dividen yang fluktuatif, sejalan dengan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun. Berikut ini rangkuman riwayat pembagian dividennya:
Pada tahun buku 2018, TINS membagikan dividen sebesar Rp24,97 per saham. Dividen ini setara dengan 35 persen dari laba bersih perusahaan yang mencapai Rp531,35 miliar. Pembayaran dilakukan pada 24 Mei 2019.
Karena mencatatkan kinerja negatif, TINS tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2019.
Sama seperti tahun sebelumnya, tidak ada pembagian dividen pada tahun buku 2020 akibat dampak pandemi dan tekanan berat terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Dengan kinerja yang membaik, TINS kembali membagikan dividen. Pada tahun buku 2021, TINS menetapkan dividen sebesar Rp61,22 per saham, yang merupakan 35 persen dari laba bersih tahun itu sebesar Rp1,3 triliun. Dividen ini dibayarkan pada 24 Juni 2022.
Untuk tahun buku 2022, TINS membagikan dividen sebesar Rp41,95 per saham dengan Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 30 persen dari laba bersih Rp1,04 triliun. Pembayaran dilakukan pada 14 Juli 2023.
Karena mencatatkan rugi bersih sebesar Rp449,7 miliar di tahun 2023, PT Timah tidak membagikan dividen untuk tahun tersebut. Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) sebagai langkah untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan.
Seiring dengan pemulihan kinerja perusahaan di tahun 2024, PT Timah Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp1,19 triliun. Manajemen perusahaan telah memberikan sinyal positif terkait pembagian dividen untuk tahun buku 2024.
Diperkirakan, Dividend Payout Ratio akan berada di kisaran 30 persen hingga 35 persen dari laba bersih, mengikuti kebijakan pembagian dividen dari tahun-tahun sebelumnya.
Namun, keputusan resmi mengenai besaran dividen akan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat.
Jika skema pembagian 30–35 persen diterapkan, maka estimasi dividen tunai yang akan dibagikan berkisar antara Rp357 miliar hingga Rp416 miliar, atau sekitar Rp60–Rp70 per saham (perkiraan kasar).
4. Keterkaitan dengan kebijakan pemerintah: Sebagai BUMN, TINS sering mendapat dukungan kebijakan strategis.
Lantas bagaimana langkah-langkah strategi averaging down saham TINS?
Yang pertama perlu dilakukan adalah mengecek fundamental terbaru. Pastikan kinerja fundamental TINS masih terjaga.
PT Timah Tbk (TINS) berhasil mencetak kinerja keuangan yang impresif sepanjang tahun 2024. Perusahaan ini membukukan laba bersih sebesar Rp1,19 triliun, melonjak sebesar 364 persen dibandingkan tahun 2023 yang sebelumnya mengalami kerugian sebesar Rp449,67 miliar.
Peningkatan laba bersih ini didukung oleh kenaikan pendapatan sebesar 29,37 persen menjadi Rp10,86 triliun, naik dari Rp8,39 triliun pada tahun sebelumnya. Dengan pencapaian tersebut, margin laba bersih TINS tercatat di kisaran 12,83 persen, menandakan profitabilitas yang sehat dan efisien dalam pengelolaan operasional perusahaan.
2. Tentukan Batas Modal Averaging Down
Atur alokasi modal maksimal yang siap digunakan untuk strategi ini. Misalnya, Anda bisa membagi alokasi menjadi 40 persen saat penurunan 5–10 persen dari harga beli awal. Atau 30 persen saat penurunan 10–20 persen. Bisa juga 30 persen sisanya saat penurunan lebih dalam.
Intinya, money management sangat penting untuk menghindari overexposure.
3. Gunakan Analisa Teknikal
Manfaatkan indikator teknikal seperti:
- Support dan resistance historis
- RSI (Relative Strength Index) untuk mendeteksi kondisi oversold
- Volume transaksi sebagai konfirmasi momentum
Contohnya seperti ini: Jika harga TINS mendekati support kuat di Rp850 dan RSI <30, itu bisa menjadi sinyal untuk averaging down.
4. Fokus Pada Jangka Menengah hingga Panjang
Setelah melakukan averaging down, bersiaplah untuk menahan saham setidaknya 6–18 bulan. Pemulihan harga komoditas dan sentimen pasar biasanya membutuhkan waktu.
Risiko dan Tantangan Averaging Down Saham TINS
Meskipun strategi ini menjanjikan, ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai:
Jika hal-hal tersebut terjadi, solusinya adalah lakukan evaluasi portofolio berkala dan jangan ragu menghentikan averaging down jika ada perubahan fundamental negatif yang signifikan.
Studi Kasus Mini: Simulasi Averaging
Strategi averaging down saham TINS saat pasar bearish dapat menjadi pilihan cerdas untuk menurunkan harga rata-rata kepemilikan dan mempercepat potensi profit, asalkan dilakukan dengan perencanaan matang dan analisa menyeluruh.
Ingat selalu untuk mengutamakan saham dengan fundamental solid, mengelola risiko dengan bijak, dan bersabar menghadapi fluktuasi harga pasar.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.