KABARBURSA.COM - PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) menatap tahun 2025 dengan optimisme tinggi meski kinerja keuangannya masih dibayangi tantangan.
Direktur Utama CENT, Yan Raymond Jafri, menegaskan kesiapan perseroan memperkuat fundamental bisnis sekaligus membuka peluang pendanaan baru guna mendukung ekspansi jangka panjang.
Raymond menyampaikan bahwa opsi penggalangan dana, termasuk penerbitan obligasi atau efek bersifat utang, memang masuk dalam radar perusahaan. "Tentu opsi-opsi yang disebutkan terkait obligasi atau efek bersifat utang itu masuk dalam option yang kami pertimbangkan," kata Raymond dalam sesi tanya jawab dalam acara public expose yang digelar secara daring pada Senin, 28 April 2025.
"Tentu sekarang kita masih melihat sesuai dengan pertumbuhan dan kebutuhan dana dan tentu saja itu akan masuk dalam salah satu opsi yang akan kami pertimbangkan untuk jangka panjang," ujarnya, menambahkan.
CENT saat ini tengah mengandalkan lima pilar pengembangan bisnis yang diyakini dapat mendongkrak pendapatan (revenue) dan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). Fokus utama perseroan adalah memperkuat arus kas dari pertumbuhan top line.
"Tentu itu akan membuat pertumbuhan top line dulu, revenue, kemudian EBITDA itu adalah dua hal yang paling utama sehingga cash flow dapat kami terus pastikan pertumbuhannya," ujar Raymond.
Kendati demikian, ia juga mengakui bahwa upaya untuk memulihkan kerugian tahun lalu tidak hanya bergantung pada operasional internal, melainkan juga faktor eksternal, seperti fluktuasi nilai tukar. "Dalam hal net loss atau kerugian yang disampaikan tentu itu kita juga bergantung dengan kondisi makro ekonomi yang ada, terutama forex exchange," tutur Raymond.
Lebih jauh, CENT juga mempersiapkan ekspansi baru dengan menambahkan bidang usaha melalui revisi Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), khususnya dalam penyediaan layanan kelistrikan atau power as a service. Layanan ini merupakan pengembangan dari infrastruktur pasif yang sudah disediakan perusahaan, mencakup pengelolaan listrik, rectifier, hingga baterai yang diperlukan oleh operator untuk mengoperasikan menara.
"Yang dimaksud dengan power as a service ini adalah instead of hanya menara, kami juga akan cover energi yang dibutuhkan ke listrik, rectifier, baterai yang diperlukan oleh operator untuk beroperasi di site kami," ungkap Raymond.
Melalui strategi ini, CENT berharap bisa menjadi penyedia infrastruktur terintegrasi bagi operator telekomunikasi, memperkuat posisi di pasar menara, in-building coverage, fiber optic, hingga persiapan menyambut ekspansi 5G di Indonesia. "Bisnis utama dari perseroan akan tetap di menara, kemudian in-building coverage dan fiber optic. Ini yang sekarang sedang kita fokuskan." kata dia.
Dengan konsumsi data yang terus melonjak dan rencana pemerintah mendorong adopsi 5G, CENT menilai permintaan terhadap infrastruktur baru akan meningkat signifikan. "Pertumbuhan setiap tahun akan terus ada. Dengan rencana pemerintah juga ke depannya akan menentukan spektrum 5G secara massive commercial akan membantu teman-teman operator di dalam menggelar 5G infrastruktur mereka, dan in the long run tentu mereka membutuhkan lebih banyak infrastruktur pool ataupun menara," papar Raymond.
Strategi lima pilar, ekspansi bisnis baru, dan opsi pendanaan strategis, perusahaan berada di jalur yang tepat untuk memperkuat performa finansial sekaligus menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi pemegang saham.
CENT adalah emiten yang di bidang infrastruktur telekomunikasi. Perusahaan ini terlah berdiri sejak 1987 lalu dengan nama yang berbeda. Kemudian resmi menggunakan identitas Centratama pada 2013.
Saat ini CENT memiliki empat anak entitas usaha yakni PT EPID Menara Assetco (EMA) di bidang infrastruktur menara, PT Max Sarana Jaya (MSJ) untuk layanan in-building distributed antenna system (IBS/IBC), serta PT Fastel Sarana Indonesia (FSI) untuk jaringan kabel serat optik.
Kinerja Saham CENT
Pada perdagangan hari ini, harga saham CENT turun 7,75 persen atau 10 poin ke Rp119 per lembar. Berdasarkan laporan keuangan terbaru yang dikutip dari Stockbit, CENT membukukan rugi bersih sebesar Rp1,77 triliun, memburuk dibandingkan rugi Rp844 miliar pada tahun 2023. Earnings Per Share (EPS) terkini tercatat negatif sebesar Rp56,79. CENT belum membagikan dividen dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di tahun 2025.
Dari sisi profitabilitas, margin laba kotor CENT pada kuartal terakhir mencapai 54,85 persen. Namun, margin laba operasional dan margin laba bersih masing-masing berada pada level negatif, yakni minus 86,17 persen dan minus 162,00 persen. Pendapatan juga tercatat menurun 5,91 persen secara tahunan.
Secara valuasi, saham CENT diperdagangkan dengan Price to Book Value (PBV) sebesar 0,84 kali, lebih rendah dari nilai buku per saham sebesar Rp141,84. Price to Sales (P/S) ratio berada di angka 1,51 kali, sedangkan Price to Cashflow ratio tercatat 1,94 kali. Meskipun valuasi berbasis PBV menarik, tingkat utang menjadi perhatian serius. Debt to Equity Ratio CENT tercatat sebesar 2,72 kali, dengan Total Liabilities to Equity mencapai 5,31 kali. Financial leverage berada di level tinggi, yakni 6,31 kali.
Dengan valuasi PBV di bawah 1 kali, saham murah CENT ini menjadi salah satu opsi menarik bagi investor bertoleransi risiko tinggi.
Dari aspek solvabilitas jangka pendek, current ratio dan quick ratio masing-masing tercatat 0,58 kali. Altman Z-Score (Modified) sebesar -0,73 mengindikasikan adanya potensi tekanan finansial signifikan. Meskipun demikian, cash conversion cycle CENT yang negatif sebesar 40,04 hari menunjukkan perputaran kas yang cukup cepat. Free cash flow pada kuartal terakhir tercatat sebesar Rp222 miliar.
Di pasar saham, CENT memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp3,71 triliun dengan relative strength rating sebesar 98 persen. Namun, earnings yield yang negatif sebesar 47,72 persen mengindikasikan bahwa saham ini belum menghasilkan laba bagi investornya.
Secara keseluruhan, saham CENT tergolong murah secara valuasi aset, namun risiko tetap tinggi terkait profitabilitas negatif, tingginya leverage, dan absennya dividen. (*)