KABARBURSA.COM - PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dengan kode saham JSMR di Bursa Efek Indonesia, merupakan pionir dan pemain utama dalam industri jalan tol nasional. Perusahaan ini berdiri pada 1 Maret 1978 atas prakarsa pemerintah Indonesia untuk menghadirkan infrastruktur jalan tol modern di tanah air.
Sejak awal berdirinya, Jasa Marga ditugaskan untuk merencanakan, membangun, mengoperasikan, hingga memelihara jaringan jalan tol dan seluruh fasilitas pendukungnya, termasuk rest area atau tempat istirahat. Proyek pertama yang menjadi tonggak sejarah perusahaan adalah Jalan Tol Jagorawi (Jakarta–Bogor–Ciawi), yang kini menjadi salah satu jalur paling vital dalam mobilitas masyarakat dan ekonomi kawasan Jabodetabek.
Seiring waktu, Jasa Marga terus memperluas jaringan tolnya dan mulai menggandeng mitra swasta dalam mengembangkan proyek-proyek strategis lainnya. Beberapa di antaranya mencakup Jalan Tol Jakarta–Cikampek, Semarang, Surabaya–Gempol, hingga Belawan–Medan–Tanjung Morawa di Pulau Sumatera. Langkah ini mempertegas posisi Jasa Marga sebagai pemain kunci dalam menopang konektivitas nasional.
Dalam perjalanannya menuju modernisasi dan penguatan struktur keuangan, Jasa Marga resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 November 2007. Penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) ini menawarkan 2,04 miliar saham kepada publik, dari total 6,8 miliar saham yang terdaftar. Dengan harga penawaran sebesar Rp1.700 per saham, Jasa Marga berhasil mengumpulkan dana sekitar Rp3,468 triliun.
Pada saat IPO, sekitar 30 persen dari saham perseroan dilepas ke publik, sementara sisanya masih dimiliki oleh pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas. Proses IPO ini didukung oleh tiga penjamin emisi utama, yakni PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Securities, dan PT Mandiri Sekuritas, dengan bantuan administrasi saham dari PT Datindo Entrycom. Sejak awal pencatatan, JSMR langsung masuk dalam Papan Utama di BEI, mencerminkan profil perusahaan dengan fundamental kuat dan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Kini, dengan pengalaman lebih dari empat dekade, rekam jejak yang solid, serta kontribusi besar dalam sektor infrastruktur strategis, Jasa Marga tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari eksposur di sektor pembangunan jalan tol Indonesia.
Tapi, bagaimana peluang harga JSMR pada kuartal II 2025?
Kinerja Keuangan JSMR
Dari sisi biaya operasional (operating expense), justru ada kabar yang lebih baik lagi. Total biaya operasional JSMR tercatat Rp672,85 miliar, turun 5,02 persen. Penurunan biaya ini tentu menjadi sinyal positif, artinya perusahaan semakin efisien dalam mengelola bisnis jalan tolnya.
Efisiensi itu terbukti berbuah manis. Laba bersih (net income) JSMR melesat ke Rp1,24 triliun, tumbuh 50,80 persen dibandingkan tahun lalu.
Net profit margin-nya juga makin mantap di 14,82 persen, meningkat 30,92 persen. Artinya, dari setiap Rp100 pendapatan yang diperoleh, hampir Rp15 berhasil dibukukan sebagai laba bersih — cukup sehat untuk sektor infrastruktur yang modal intensif.
Buat kamu yang fokus ke metrik investasi, Earnings Per Share (EPS) atau laba per saham JSMR juga naik signifikan, sekarang di level Rp170,18 per lembar saham, melonjak 50,79 persen. Kenaikan EPS ini penting karena mencerminkan potensi dividen dan pertumbuhan nilai investasi kamu di masa depan.
Sementara itu, EBITDA JSMR — yang menggambarkan kemampuan menghasilkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi — tercatat Rp3,21 triliun, naik 14,78 persen. Ini menunjukkan bahwa kinerja operasional perusahaan tetap kuat meski di tengah berbagai tantangan eksternal.
Dari sisi perpajakan, effective tax rate JSMR tercatat di angka 12,10 persen. Angka ini relatif wajar dan menunjukkan bahwa beban pajak perusahaan masih dalam koridor yang sehat dan tidak terlalu membebani profitabilitas.
JSMR menunjukkan kinerja yang makin ngebut: pendapatan naik, biaya turun, laba bersih melonjak, margin menguat, dan efisiensi operasional makin terasa.
Dividen JSMR: Stabil, Tapi Perlu Jeli
Tahun 2022, dividen JSMR sempat besar banget, Rp75,69 per saham. Ini terjadi karena laba bersih tahun itu cukup tinggi setelah lalu lintas kendaraan pulih pasca-pandemi.
Tahun 2023, jumlah dividen per saham turun jadi Rp37,86, hampir setengahnya dari tahun sebelumnya. Tapi jangan panik dulu — ini bukan karena performa JSMR jeblok, melainkan lebih ke strategi perusahaan untuk memperkuat modal, apalagi banyak proyek tol baru yang dibiayai.
Tahun 2019, sebelum pandemi, dividen JSMR ada di angka Rp15,20 per saham. Artinya, tren pembayaran dividen JSMR cenderung meningkat seiring membaiknya kondisi keuangan perusahaan.
Di RUPST tahun 2025, JSMR memutuskan membagikan dividen tunai sebesar Rp37,86 per saham dari laba bersih tahun 2024. Dividen ini dijadwalkan cair pada 7 Juni 2025.
Sementara itu, jika melihat pergerakan saham JSMR hari ini menutup perdagangan sesi pertama di level Rp4.500 per saham, naik tipis Rp50 atau 1,12 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Sepanjang sesi, harga saham JSMR bergerak dalam rentang Rp4.480 sebagai titik terendah dan Rp4.550 sebagai titik tertinggi, menandakan adanya pergerakan yang cukup stabil dalam kisaran sempit. Aktivitas perdagangan di pasar tampak cukup moderat, sejalan dengan pola konsolidasi saham-saham sektor infrastruktur belakangan ini.
Dari sisi valuasi, saat ini Price to Earnings (P/E) Ratio JSMR tercatat di level 7,20, yang berarti saham ini masih tergolong cukup murah jika dibandingkan dengan banyak saham di sektor lainnya. Sementara itu, dividen yield JSMR berada di kisaran 0,84 persen, memberikan tambahan potensi cuan bagi investor yang mencari dividen rutin meski nilainya tidak terlalu besar.
Kalau kita tarik mundur ke enam bulan ke belakang, saham JSMR memang mengalami tekanan. Dalam periode tersebut, harga saham JSMR turun sekitar 4,91 persen, setara dengan koreksi sebesar Rp230. Penurunan ini sebagian besar dipengaruhi oleh sentimen makro ekonomi global, tren suku bunga tinggi, serta faktor internal terkait proyek-proyek investasi besar JSMR yang masih dalam tahap pengembangan dan membutuhkan pembiayaan jangka panjang.
Di sisi lain, market cap JSMR saat ini berada di angka Rp32,66 triliun, menunjukkan bahwa Jasa Marga tetap menjadi salah satu perusahaan infrastruktur jalan tol terbesar dan terkuat di bursa. Dalam satu tahun terakhir, saham JSMR pernah mencapai level tertinggi di Rp5.600 dan terendah di Rp3.480, memperlihatkan volatilitas yang cukup lebar terutama di masa-masa ketidakpastian pasar.
Melihat tren saat ini, harga saham JSMR sedang mencoba untuk membentuk support baru di kisaran Rp4.480–Rp4.500. Jika tekanan jual bisa diredam dan didukung oleh sentimen positif dari laporan keuangan atau proyek baru, ada peluang harga saham ini kembali menguji resistance di atas Rp4.550 dalam waktu dekat.
Untuk investor yang mengincar saham sektor infrastruktur dengan fundamental solid dan peluang jangka panjang, JSMR tetap patut masuk radar, tentu dengan catatan harus tetap memperhatikan kondisi makro dan rencana ekspansi perseroan ke depan.
Peluang dan Tantangan
Dari sisi pendukung, JSMR memiliki beberapa katalis positif. Salah satunya adalah kenaikan tarif tol di sejumlah ruas strategis seperti Jakarta-Cikampek dan Solo-Ngawi. Penyesuaian tarif ini secara langsung dapat meningkatkan pendapatan operasional perseroan, karena tarif tol menjadi salah satu komponen utama penerimaan JSMR.
Selain itu, Jasa Marga juga terus melanjutkan strategi asset recycling, yakni melepas sebagian kepemilikan di ruas tol yang sudah matang atau kurang produktif. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan sekaligus mempercepat pengembangan proyek tol baru.
Dengan melepas aset tertentu, JSMR bisa lebih fleksibel dalam mengelola utang dan membiayai ekspansi tanpa harus terlalu bergantung pada pembiayaan eksternal.
Kinerja tata kelola perusahaan JSMR pun mendapat apresiasi. Perseroan berhasil meraih penghargaan Annual Report Award 2023 di kategori BUMN Non Keuangan. Penghargaan ini menjadi bukti komitmen JSMR terhadap keterbukaan informasi dan praktik bisnis yang bertanggung jawab, faktor yang semakin penting bagi investor dalam menilai kualitas suatu perusahaan.
Namun demikian, beberapa tantangan besar juga membayangi kinerja saham JSMR. Salah satunya adalah penurunan laba bersih yang cukup signifikan. Pada tahun 2024, laba bersih JSMR turun sekitar 33 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dari Rp6,79 triliun menjadi Rp4,53 triliun. Penurunan ini dipengaruhi oleh faktor akuntansi, termasuk perubahan pencatatan transaksi tertentu.
Di sisi operasional, pertumbuhan lalu lintas kendaraan di beberapa ruas tol yang sudah matang mulai menunjukkan tanda-tanda stagnasi. Sepanjang 2024, lalu lintas di ruas tol yang sudah lama beroperasi hanya tumbuh sekitar 0,1 persen secara tahunan. Hal ini bisa menjadi sinyal bahwa ruang pertumbuhan organik dari jalan tol eksisting mulai terbatas.
Selain faktor internal, tantangan eksternal juga tak bisa diabaikan. Sentimen negatif dari penurunan daya beli masyarakat, ancaman gelombang PHK, hingga ketegangan perdagangan global berpotensi menekan aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya berdampak pada volume lalu lintas jalan tol.
Melihat peta tersebut, investor yang berminat terhadap saham JSMR perlu mencermati beberapa aspek penting. Di antaranya, perkembangan strategi asset recycling, realisasi proyek jalan tol baru, pertumbuhan volume lalu lintas di jalan tol utama, serta strategi mitigasi perusahaan terhadap berbagai tantangan ekonomi makro.
Dengan pendekatan yang cermat dan analisa mendalam, JSMR tetap menjadi emiten infrastruktur yang layak dipantau, mengingat posisinya yang vital dalam ekosistem transportasi nasional. Namun tentu saja, seperti investasi di sektor lainnya, memahami risiko tetap menjadi kunci dalam mengambil keputusan di pasar modal.
Prediksi Pergerakan Saham
Saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) diproyeksikan melanjutkan tren positif pada kuartal II tahun 2025, baik dari sisi fundamental maupun teknikal. Kinerja keuangan perusahaan, didukung oleh strategi ekspansi dan manajemen biaya yang terjaga, menjadi fondasi utama untuk pergerakan saham yang lebih stabil ke depan.
Dari sisi fundamental, pendapatan Jasa Marga diperkirakan akan tumbuh antara 6 persen hingga 8 persen secara tahunan sepanjang kuartal kedua. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh penyesuaian tarif tol yang telah dijadwalkan untuk beberapa ruas strategis, seperti Pandaan–Malang dan Semarang ABC. Penyesuaian tarif ini tentunya akan berdampak langsung pada kenaikan pendapatan operasional perusahaan.
Selain itu, Jasa Marga juga akan mulai mengoperasikan tahap pertama dari proyek Jalan Tol Probolinggo–Banyuwangi, tepatnya di ruas Probolinggo–Besuki. Proyek ini diyakini akan memberikan tambahan pendapatan yang signifikan, seiring dengan bertambahnya konektivitas dan volume kendaraan yang melewati jalur strategis tersebut.
Secara keseluruhan, perusahaan telah menunjukkan kinerja keuangan yang kuat. Pada tahun 2024 lalu, laba bersih inti Jasa Marga tumbuh sebesar 36 persen secara tahunan menjadi Rp3,72 triliun, sementara margin laba bersih inti meningkat menjadi 19,8 persen.
Selain itu, Jasa Marga mampu menjaga rata-rata biaya utangnya di level kompetitif, yaitu sekitar 6,77 persen, dengan struktur utang tetap dan mengambang yang cukup seimbang.
Dari sisi teknikal, saham JSMR memperlihatkan sinyal yang cukup positif. Indikator Relative Strength Index (RSI) tercatat di level 59,7, yang berarti saham ini berada di zona nyaman tanpa tekanan overbought. Sinyal beli muncul dari moving average jangka pendek (5, 10, dan 20 hari), mengindikasikan momentum harga yang berpotensi menguat dalam waktu dekat. Namun, untuk jangka panjang, masih ada tekanan yang tercermin dari moving average 100 dan 200 hari yang cenderung netral hingga melemah.
Saat ini, harga saham JSMR diperdagangkan di kisaran Rp4.400 per saham. Konsensus analis menargetkan harga JSMR bisa mencapai rata-rata Rp5.662 per saham dalam beberapa bulan ke depan, memberikan potensi kenaikan sekitar 28,7 persen dari level sekarang.
Dengan kombinasi dukungan fundamental yang kuat dan sinyal teknikal yang mulai membaik, saham JSMR dinilai memiliki peluang untuk melanjutkan pergerakan positif di kuartal II 2025.
Namun, tetap perlu diingat bahwa dinamika eksternal, seperti kondisi makroekonomi nasional maupun global, dapat memengaruhi sentimen pasar. Karena itu, investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan terkait proyek jalan tol baru, penyesuaian tarif, serta laporan keuangan kuartalan JSMR untuk memperkuat keputusan investasinya.
Dengan pendekatan cermat dan strategi yang tepat, JSMR tetap menjadi salah satu emiten infrastruktur yang layak dipertimbangkan untuk portofolio jangka menengah hingga panjang di pasar modal Indonesia.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.