KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom (TLKM) tengah menjadi perhatian investor menjelang pembagian dividen tahun buku 2024. Berdasarkan laporan keuangan terbaru dan informasi yang beredar, Telkom mencatatkan laba bersih sebesar Rp23,6 triliun pada tahun 2024, turun 4 persen dibandingkan laba bersih tahun 2023. Angka ini setara dengan 99 persen dari estimasi konsensus analis, menunjukkan pencapaian yang masih sejalan dengan ekspektasi pasar.
Dari sisi operasional, Telkom melaporkan jumlah pelanggan mobile mencapai 159,4 juta pada kuartal IV 2024, stabil dibandingkan periode sebelumnya. Average Revenue Per User (ARPU) mobile tercatat sebesar Rp44 ribu, turun 5 persen secara tahunan (year on year/yoy) namun naik 2 persen secara kuartalan (quarter on quarter/qoq), mengindikasikan perbaikan tren setelah tekanan kompetisi harga sepanjang tahun. Untuk layanan broadband, jumlah pelanggan mengalami kenaikan sebesar 8 persen secara tahunan, meskipun ARPU broadband turun menjadi Rp233 ribu.
Kinerja laba usaha Telkom tercatat sebesar Rp42,4 triliun sepanjang tahun 2024, turun 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan laba usaha ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan biaya pemasaran yang mencapai Rp1,3 triliun pada kuartal IV 2024, meningkat 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, rasio biaya pemasaran terhadap pendapatan tetap terjaga di kisaran 2,6 persen, masih dalam rentang historis Telkom di level 2-3 persen.
Telkom juga membukukan keuntungan dari perubahan nilai wajar investasi sebesar Rp188 miliar sepanjang tahun 2024, berbalik positif dari kerugian sebesar Rp748 miliar pada tahun sebelumnya. Ini turut memperkuat posisi keuangan perusahaan menjelang pembagian dividen.
Theodorus Melvin, Investment Analyst Stockbit, mengungkapkan bahwa "kenaikan ARPU secara kuartalan menjadi sinyal positif bagi industri operator telekomunikasi di tengah derasnya isu perang harga antar operator selama Full Year 2024."
Menurutnya, pertumbuhan jumlah pelanggan broadband juga menambah katalis positif, meskipun ARPU broadband masih mengalami tekanan karena strategi fixed mobile convergence dan persaingan harga di segmen broadband.
Kinerja Saham TLKM dan Teknikalnya
Dari sisi harga saham, TLKM diperdagangkan di Rp2.590 per saham pada perdagangan Senin, 28 April 2025, sedikit turun 0,38 persen dari penutupan sebelumnya. Volume perdagangan tercatat sebesar 20,85 juta saham, lebih rendah dibandingkan rata-rata volume harian sebesar 126,74 juta saham. Secara teknikal, indikator moving average menunjukkan sinyal "strong buy", sementara indikator RSI berada di level netral, memperlihatkan bahwa Saham Telkom atau Saham TLKM saat ini berada dalam fase konsolidasi harga.
Indikator teknikal lainnya juga menunjukkan kecenderungan yang beragam. MACD memberikan sinyal beli, sementara indikator Williams %R dan ROC mengindikasikan potensi tekanan jual jangka pendek. ADX menunjukkan tren yang kuat meski tidak memberikan indikasi arah tertentu. Bull/Bear Power dan Ultimate Oscillator saat ini memberikan sinyal positif, mendukung kemungkinan kenaikan harga apabila katalis positif muncul.
Candlestick pattern yang muncul, seperti Three Outside Down yang masih dalam fase pembentukan, mengindikasikan adanya potensi pembalikan tren meskipun konfirmasi tambahan tetap diperlukan. Dengan kondisi ini, pengumuman resmi mengenai dividen Telkom pada RUPST mendatang berpotensi menjadi faktor kunci dalam menggerakkan harga saham TLKM ke arah yang lebih jelas.
Potensi Dividen Yield Telkom
Dalam kaitannya dengan pembagian dividen, berdasarkan proyeksi dan informasi yang beredar di berbagai media, Telkom berencana mempertahankan kebijakan dividend payout ratio (DPR) di kisaran 70 hingga 80 persen. Dengan asumsi ini, potensi dividen Telkom diperkirakan berkisar antara Rp167 hingga Rp191 per saham. Jika dihitung menggunakan harga saham Telkom (TLKM) per 17 April 2025 di level Rp2.550 per saham, maka potensi dividen yield Telkom berada pada kisaran 6,6 hingga 7,5 persen.
Jika dihitung menggunakan harga saham Telkom (TLKM) per 17 April 2025 di level Rp2.550 per saham, maka potensi dividen yield Telkom berada pada kisaran 6,6 hingga 7,5 persen.
Theodorus Melvin menambahkan, "Dengan asumsi dividend payout ratio sekitar 70–80 persen, TLKM berpotensi membagikan dividen sekitar Rp167–191 per saham, setara dengan dividend yield sekitar 6,6–7,5 persen." Ia juga mengingatkan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Telkom akan menjadi momen penting untuk menetapkan finalisasi pembagian dividen ini.
Dengan latar belakang fundamental yang solid dan potensi Dividen Yield TLKM yang atraktif, perkembangan seputar RUPST pada 27 Mei 2025 akan menjadi salah satu momen kunci yang patut diperhatikan. Dividen yield Telkom ini juga berpotensi menjadi salah satu yang paling kompetitif di sektor telekomunikasi Indonesia, mengingat stabilitas pendapatan Telkom dari layanan data dan broadband.
Dalam beberapa pekan ke depan, pengumuman resmi besaran dividen dan jadwal pembayaran Dividen Telkom akan sangat menentukan arah pergerakan Saham TLKM di pasar. Data faktual mengenai kinerja keuangan, kebijakan perusahaan, serta perkembangan harga saham akan terus menjadi acuan utama bagi para pelaku pasar dalam menentukan langkah investasi mereka terhadap Saham Telkom. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.