KABARBURSA.COM – Pipeline pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tren yang positif hingga kuartal kedua tahun 2025 ini.
Berdasarkan data per 25 April 2025, BEI mencatat adanya 32 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham, 54 emisi dari 41 penerbit untuk pipeline obligasi dan sukuk, serta 4 perusahaan untuk pipeline rights issue.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna, mengungkapkan bahwa minat perusahaan untuk mengakses pendanaan di pasar modal masih tinggi di tengah dinamika ekonomi global. "Sampai dengan 25 April 2025, telah tercatat 13 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia dengan dana yang dihimpun sebesar Rp6,94 triliun," ujar Nyoman melalui keterangan resminya di Jakarta pada Senin, 28 April 2025.
Ia menambahkan, dari pipeline saham yang berjumlah 32 perusahaan tersebut, terdapat klasifikasi aset berdasarkan POJK Nomor 53/POJK.04/2017. "Terdapat 3 perusahaan dengan aset skala kecil, 18 perusahaan aset skala menengah, dan 11 perusahaan aset skala besar," sambung dia.
Dari sisi sektor, perusahaan yang berada dalam pipeline saham didominasi oleh sektor Consumer Non-Cyclicals sebanyak 6 perusahaan, diikuti oleh sektor Healthcare dan Financials masing-masing sebanyak 4 perusahaan, sektor energi 3 perusahaan, serta sektor transportasi dan logistik ada 4 perusahaan. Sektor lain seperti industri, Consumer Cyclicals, Basic Materials, infrastruktur dan teknologi juga tercatat berkontribusi terhadap pipeline tahun ini.
"Secara komposisi, sektor Consumer Non-Cyclicals mendominasi pipeline saham dengan proporsi 18,8 persen, disusul sektor energi Healthcare, Industrials, dan Basic Materials yang masing-masing sekitar 12,5 persen," ujar dia.
Selain pipeline saham, pasar obligasi dan sukuk juga mencatat perkembangan yang signifikan. Hingga 25 April 2025, telah diterbitkan 41 emisi dari 30 penerbit EBUS (Efek Bersifat Utang dan Sukuk) dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp54,3 triliun. Di sisi pipeline, saat ini terdapat 54 emisi dari 41 penerbit yang sedang dalam proses.
Nyoman menjelaskan Pipeline obligasi dan sukuk didominasi oleh sektor Financials sebanyak 22 perusahaan, atau sekitar 51,9 persen dari total pipeline. Sektor Energy menyumbang 14,8 persen, disusul Basic Materials 9,3 persen, Consumer Non-Cyclicals 11,1 persen, serta sektor lain seperti Industrials, Healthcare, dan Consumer Cyclicals.
Pipeline obligasi dan sukuk
Adapun sektor Properties & Real Estate, Technology, dan Transportation & Logistic tercatat belum memiliki pipeline obligasi dan sukuk hingga akhir April ini.
Sementara itu, untuk aksi korporasi berupa rights issue, hingga 25 April 2025, terdapat 4 perusahaan tercatat yang telah melaksanakan rights issue dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp860 miliar. Pipeline rights issue BEI juga mencatat 4 perusahaan yang sedang dalam proses, dengan rincian berasal dari sektor Basic Materials (2 perusahaan), Healthcare (1 perusahaan), dan Transportation & Logistic (1 perusahaan).
Rights issue dinilai menjadi salah satu alternatif pendanaan yang banyak digunakan perusahaan, khususnya dalam memperkuat struktur permodalan mereka.
Lebih jauh, Nyoman menegaskan bahwa beragamnya sektor yang masuk dalam pipeline mencerminkan luasnya minat dan kebutuhan perusahaan dari berbagai bidang industri untuk tumbuh dan memperluas bisnis melalui pendanaan di pasar modal.
Dengan perkembangan ini, BEI optimistis akan terus menjadi pilihan strategis bagi korporasi nasional untuk mengoptimalkan pengembangan usaha melalui pasar modal Indonesia.
Investor Pasar Modal Tembus 15 Juta
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, jumlah investor pasar modal per April 2025 mencapai 15.888.836. Adapun di akhir 2024 total investor berjumlah 14.871.639.
Selain itu, Jeffrey menyampaikan bahwa Single Investor Identification (SID) saham per April 2025 turut mengalami pertumbuhan menjadi 15.888.836, sementara per akhir tahun lalu SID mencapai 6.381.444.
"Yang menarik adalah penambahan jumlah SID Saham antara tanggal 28 Maret sampai 8 April. Selama libur Idul Fitri, ada penambahan 38.676 SID Saham baru atau 10,7 persen dari total penambahan SID Saham selama tahun 2025," kata dia di Jakarta, Rabu, 9 April 2025.
Jeffrey kemudian berbicara mengenai Kondisi fundamental perusahaan yang tercatat di BEI. Dari laporan keuangan 703 emiten, kata dia, terjadi pertumbuhan di tahun 2024 dibanding 2023.
Pertumbuhan tersebut meliputi aset 6,31 persen, ekuitas 7,91 persen, pendapatan 3,24 persen, dan laba bersih 19,32 persen.
Sebelumnya, BEI memiliki sejumlah target dalam menyambut tahun 2025. Salah satu ambisinya ialah menggaet investor.
BEI, dalam keterangannya menyampaikan, pada tahun 2025 menargetkan pertumbuhan 2 juta investor baru. Adapun target lainnya ialah rata-rata nilai transaksi saham harian mencapai Rp13,5 triliun, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 407 efek.
"Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan serta kontribusi dari seluruh stakeholders pasar modal demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," tulis manajemen BEI di Jakarta, Senin, 30 Desember 2024.
Di sisi lain, BEI juga akan tetap melaksanakan sejumlah inisiatif dalam rangka pendalaman pasar, mulai dari sisi peningkatan likuiditas pasar, pengembangan produk dan instrumen baru, hingga penyempurnaan teknologi dan infrastruktur.
Beberapa pengembangan baru yang akan dilakukan BEI di antaranya, Intraday Short Selling, Pembaruan Sistem Perdagangan dan Pengawasan (PSPP), Pembaruan Sistem Perdagangan (PSP) Surat Utang, Implementasi SPPA Repo, Pengembangan Liquidity Provider Saham, Pengembangan Derivatif Keuangan UU P2SK melalui Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) dan Implementasi Periode Non-Cancellation pada sesi pre-opening dan pre-closing.
Selain itu, BEI juga berencana untuk meluncurkan produk ETF Emas yang diharapkan dapat menjadi alternatif investasi bagi para investor yang tertarik dengan produk berbasis emas.
"Seluruh pengembangan ini diharapkan dapat diimplementasikan pada tahun 2025 hingga tahun 2026" tulis BEI.
Merujuk laporan BEI, Senin, 30 Desember 2024, investor pasar modal, yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana meningkat menjadi 14,84 juta investor. Sementara itu, khusus untuk investor saham, terdapat peningkatan lebih dari 1 juta investor dengan total menjadi 6,37 juta investor saham.
Sementara dari sisi partisipasi investor, rata-rata investor yang aktif bertransaksi per 24 Desember 2024 mencapai 147 ribu per hari. Jika dilihat dari jumlah kepemilikan investor, porsi transaksi investor ritel masih stabil, yakni sebesar 32,8 persen.
Namun, terlihat peningkatan pada porsi transaksi investor institusi asing dengan porsi transaksi mencapai lebih dari 36,6 persen dari total rata-rata nilai transaksi harian per November 2024.
Peningkatan jumlah investor di pasar modal Indonesia merupakan hasil upaya edukasi dan sosialisasi pasar modal yang masif serta menjangkau masyarakat secara luas. Hingga 27 Desember 2024, di seluruh Indonesia telah berlangsung 33.955 kegiatan edukasi, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 57,4 juta orang. (*)