KABARBURSA.COM - Menutup perdagangan Kamis, 24 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan koreksi sebesar 0,32 persen ke level 6.613, diiringi oleh tekanan jual yang mulai meningkat di pasar.
Berdasarkan analisis teknikal gelombang MNC Sekuritas, posisi IHSG saat ini diperkirakan berada di akhir struktur wave [a] dari wave B, yang menunjukkan potensi lanjutan koreksi dalam waktu dekat.
Rentang pergerakan penurunan IHSG diperkirakan menuju level 6.290 hingga 6.505. Adapun titik-titik penopang indeks berada pada level support 6.373 dan 6.148, sementara sisi atas dibatasi oleh level resistance di 6.707 dan 6.877.
Di tengah pergerakan pasar yang cenderung melemah, membuat sejumlah saham menunjukkan pola teknikal yang mendukung strategi pembelian saat harga melemah (buy on weakness).
Salah satunya adalah saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang ditutup terkoreksi 0,99 persen ke harga 500. Tekanan jual masih mendominasi, namun selama harga tetap bertahan di atas 466, saham ini diperkirakan berada di awal struktur wave [iii] dari wave 1, menandakan potensi pembalikan arah dalam jangka menengah.
Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat kenaikan 0,50 persen ke posisi 1.015, namun tetap dibayangi tekanan jual. Secara teknikal, BBTN diperkirakan masih berada dalam bagian dari wave [iii] dari wave 1. Dengan demikian, meski ada penguatan jangka pendek, saham ini masih berpeluang mengalami koreksi sebelum melanjutkan tren naik berikutnya.
Sementara itu, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) turun 1,06 persen ke harga 372, juga masih disertai dominasi tekanan jual. Posisi pergerakan harga saat ini diperkirakan memasuki awal wave [ii] dari wave 3, yang secara teknikal menunjukkan kecenderungan koreksi lanjutan. Rentang pergerakan yang perlu dicermati berada di antara level 320 hingga 364.
Berbeda dengan saham lainnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatat penguatan signifikan sebesar 4,91 persen ke harga 1.495. Kenaikan ini terjadi dengan volume pembelian yang tinggi, namun secara teknikal posisi UNVR diduga berada di akhir wave (a) dari wave [iii]. Dengan struktur ini, penguatan yang terjadi masih berisiko terkoreksi dalam waktu dekat, terutama jika gagal menembus level resistance berikutnya.
Secara keseluruhan, kondisi pasar saham domestik menunjukkan indikasi konsolidasi yang semakin kuat, dengan tekanan jual yang mulai terlihat di sejumlah saham unggulan. Strategi yang digunakan oleh pelaku pasar dalam situasi ini cenderung memanfaatkan momentum pelemahan harga untuk mengakumulasi saham-saham yang secara teknikal masih memiliki prospek pembalikan arah jangka menengah.
Namun demikian, batas bawah harga (stoploss) tetap menjadi acuan penting dalam pengambilan keputusan untuk mengelola risiko dari potensi pergerakan pasar yang belum stabil.
Potensi Menarik ACES
Sementara itu, mengutip riset MikirDuit, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) tengah berada dalam fase transisi strategis yang signifikan, yang menempatkan prospek bisnisnya dalam posisi berbeda dibandingkan perusahaan ritel sejenis.
Tidak seperti entitas ritel besar yang berfokus pada kebutuhan pokok atau barang konsumsi cepat saji seperti MPPA atau Transmart, ACES mengusung model bisnis yang lebih menitikberatkan pada pengalaman berbelanja secara langsung, terutama untuk produk-produk perlengkapan rumah tangga, hobi, dan gaya hidup.
Dalam ekosistem ritel Indonesia, ACES menghadapi persaingan dari sejumlah pemain yang menawarkan konsep toko serupa. Pesaing seperti MR DIY, Miniso, dan KKV telah menjadi alternatif yang cukup populer di kalangan konsumen, dengan pendekatan produk yang terkadang memiliki irisan dengan lini produk ACES.
Persaingan ini memperlihatkan bahwa daya saing di sektor toko fisik sangat ditentukan oleh pendekatan strategi bisnis dan kemampuan untuk membaca tren konsumen.
Pascapemutusan hubungan lisensi dengan merek Ace Hardware, ACES langsung mengambil langkah korporasi dengan mendirikan entitas anak baru bernama PT Krisna Aspirasi Sejahtera. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, pengangkutan dan pergudangan, serta aktivitas profesional, ilmiah, dan teknis.
Pendirian anak perusahaan ini mencerminkan arah baru ACES dalam mempersiapkan fondasi operasional yang lebih luas dan mungkin lebih fleksibel dalam menghadapi pasar domestik yang dinamis.
Walau begitu, rencana strategis lanjutan dari ACES belum diungkap secara resmi oleh manajemen. Hal ini membuat analisis prospek jangka menengah dan panjang masih bergantung pada informasi korporasi yang lebih terperinci ke depan.
Namun, ACES berada dalam satu grup yang juga mengelola merek-merek ritel lain seperti Informa, Selma, Ataru, dan Pendopo. Ketersediaan infrastruktur bisnis tersebut membuka berbagai kemungkinan, termasuk perluasan brand existing ataupun pembentukan brand baru yang lebih sesuai dengan arah bisnis ke depan.
Secara fundamental, kondisi keuangan ACES terbilang solid. Perusahaan mencatatkan posisi kas dan setara kas yang cukup besar, yakni sekitar Rp2,7 triliun per akhir periode terakhir. Selain itu, tidak terdapat beban utang berbunga, yang memberi keleluasaan bagi perusahaan dalam menjalankan ekspansi maupun pengembangan strategi pemasaran dan produk di masa depan.
Dari sisi valuasi, pendekatan menggunakan metode PE Justified dan PBV Justified memberikan estimasi harga wajar saham ACES yang bervariasi, namun berada di atas harga pasar saat ini. Estimasi harga wajar berdasarkan PE Justified tercatat di kisaran Rp730 per saham, sedangkan melalui metode PBV Justified berada di level Rp743 per saham.
Sebagai tambahan, pendekatan konservatif dengan menggunakan band PBV lima tahun terakhir, khususnya pada level standar deviasi minus satu, menunjukkan harga wajar berada di sekitar Rp710 per saham.
Pendekatan ini mempertimbangkan adanya ketidakpastian terhadap arah dan bentuk strategi bisnis yang akan diambil oleh ACES ke depannya.
Dengan demikian, harga saham ACES saat ini dipandang relatif tinggi dibanding estimasi nilai wajarnya. Dalam konteks ini, harga beli yang dianggap lebih menarik secara teknikal berada di bawah kisaran Rp710 per saham.
Namun demikian, keputusan investasi tetap memerlukan pertimbangan lanjutan atas pernyataan resmi dan langkah konkret dari manajemen perusahaan mengenai strategi pasca-transisi merek. Data dan proyeksi yang lebih pasti diharapkan akan menjadi panduan penting bagi investor dalam mengambil keputusan terkait saham ACES.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.