KABARBURSA.COM - GoTo Group tampaknya berada di jalur strategis yang lebih ramping dan menguntungkan setelah langkah besar yang diambil pada kuartal pertama 2025, yakni menjual 75,01 persen kepemilikan sahamnya di Tokopedia kepada ByteDance, induk dari TikTok.
Transaksi ini bukan hanya menjadi tonggak dalam restrukturisasi portofolio bisnis GoTo, tetapi juga membuka peluang signifikan untuk perbaikan margin keuntungan dan efisiensi biaya operasional.
Dengan langkah ini, GoTo kini hanya akan mengakui sebagian dari pendapatan Tokopedia di masa depan, karena mayoritas kepemilikan dan kontrol operasional kini berpindah ke tangan TikTok.
Meskipun pendapatan dari e-commerce akan menurun secara nominal dalam laporan keuangan konsolidasi, dampak positif terhadap profitabilitas justru diperkirakan cukup besar.
Tokopedia selama ini merupakan unit yang menyumbang beban pembakaran kas paling besar dalam ekosistem GoTo, dengan margin kontribusi yang tidak lebih tinggi dibandingkan unit layanan on-demand.
Dengan mengalihkan beban tersebut ke TikTok, GoTo secara efektif memangkas sumber utama kerugian tanpa kehilangan eksistensi di sektor e-commerce secara penuh.
Perubahan strategi ini telah membantu GoTo mencetak titik balik yang penting, yaitu pencapaian break-even tahunan untuk pertama kalinya sepanjang tahun 2024. Ini merupakan tonggak penting bagi perusahaan teknologi besar yang selama ini dikenal dengan model bisnis yang intensif modal.
Layanan on-demand dan biaya layanan e-commerce tercatat berkontribusi hampir setara terhadap EBITDA GoTo sepanjang tahun 2024, namun dorongan paling kuat terhadap volume transaksi secara keseluruhan berasal dari layanan fintech mereka.
Inilah kunci dari arah strategi baru GoTo. Dengan tekanan biaya yang lebih ringan dari divestasi Tokopedia, perusahaan kini memiliki ruang untuk memperkuat dan memperluas layanan fintech-nya, yang dikenal memiliki margin tinggi.
Fintech tidak hanya memberikan kontribusi signifikan terhadap gross transaction value, tetapi juga memiliki potensi skalabilitas yang jauh lebih besar dengan biaya marjinal yang rendah.
Layanan seperti pembayaran digital, pinjaman mikro, hingga asuransi dan investasi digital bisa menjadi pendorong utama margin keuntungan yang lebih tinggi bagi GoTo dalam beberapa tahun ke depan.
Dengan latar belakang ini, arah transformasi GoTo dapat dilihat sebagai bentuk pematangan model bisnis menuju profitabilitas berkelanjutan. Fokus pada layanan dengan margin tinggi seperti fintech, serta penguatan pilar on-demand yang selama ini terbukti lebih efisien, menciptakan fondasi yang lebih kuat dan tahan krisis bagi GoTo ke depan.
Langkah ini juga menunjukkan kedewasaan strategi korporasi dalam memprioritaskan nilai jangka panjang dibanding pertumbuhan agresif berbasis subsidi semata.
Singkatnya, pelepasan mayoritas saham Tokopedia adalah awal dari babak baru bagi GoTo, yang kini dapat lebih fokus membangun profitabilitas melalui layanan berbasis teknologi finansial yang bernilai tinggi. Bagi investor dan pasar, sinyal ini menunjukkan bahwa GoTo tengah bergerak ke arah yang lebih sehat secara finansial, sambil tetap mempertahankan relevansi dalam ekosistem digital Indonesia.
JP Morgan Naikkan Peringkat
Tidak hanya keputusan tepat, keputusan JP Morgan untuk menaikkan peringkat terhadap performa GOTO juga menjadi penguat fakta bahwa saham ini menarik untuk jangka panjang.
JP Morgan Indonesia yang mengubah posisi saham ini dari Netral menjadi Overweight. Peningkatan rekomendasi ini tidak datang secara tiba-tiba.
Menurut Hendra Wardana, analis saham sekaligus Founder Stocknow.id, langkah JP Morgan merevisi pandangannya mencerminkan keyakinan terhadap kemampuan GoTo mencapai target Adjusted EBITDA, serta pergeseran perusahaan menuju jalur profitabilitas yang lebih sehat.
Strategi efisiensi yang diterapkan sejak tahun lalu, termasuk penyesuaian insentif dan integrasi menyeluruh dalam ekosistem Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial, terbukti berhasil memberikan hasil konkret.
Perusahaan tidak hanya mengurangi pemborosan biaya, tetapi juga meningkatkan nilai dari setiap unit bisnis melalui sinergi lintas platform yang semakin kuat.
Pertumbuhan signifikan dari sektor fintech, khususnya layanan pembayaran digital GoPay dan solusi pinjaman mikro, menjadi pendorong utama peningkatan pendapatan GoTo. Cross-selling yang semakin optimal antar unit bisnis menjadi mesin pertumbuhan baru.
Penguatan fokus pada pengguna dengan kualitas transaksi tinggi juga membantu meningkatkan margin keuntungan, menjadikan setiap transaksi lebih berkontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Di sektor transportasi online, Gojek tetap menjadi pemain dominan dengan pangsa pasar besar, bersaing ketat dengan rival regional seperti Grab. Tingginya kebutuhan masyarakat urban terhadap layanan ride-hailing menjadi tulang punggung pertumbuhan volume transaksi.
Namun, tantangan tetap ada, seperti tekanan dari mitra pengemudi terkait skema tarif dan insentif yang kerap memicu negosiasi ulang dalam rantai nilai layanan. Tekanan ini bisa menjadi faktor penekan margin apabila tidak dikelola dengan baik, dan oleh karena itu menjadi titik krusial dalam menjaga keberlanjutan efisiensi biaya.
Sektor e-commerce juga menunjukkan ketatnya persaingan, terutama setelah hadirnya TikTok Shop dan dominasi kuat Shopee yang terus memperluas pangsa pasar.
Namun, dengan transformasi strategis yang sedang dijalankan, termasuk pelepasan mayoritas saham Tokopedia kepada ByteDance, GOTO justru mendapat ruang untuk fokus pada unit-unit bisnis dengan margin lebih tinggi dan tingkat pembakaran kas yang lebih rendah.
Proyeksi ke depan menyiratkan optimisme yang terukur. Hendra Wardana menilai bahwa 2025 berpotensi menjadi tahun pertumbuhan bagi GOTO, dengan peningkatan transaksi dan Gross Merchandise Value (GMV) di seluruh ekosistemnya. Strategi efisiensi yang berjalan baik akan berdampak positif terhadap EBITDA dan pendapatan.
Lebih lanjut, arah kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia juga akan mempengaruhi daya tarik saham-saham teknologi. Penurunan suku bunga diperkirakan akan kembali mengangkat valuasi saham-saham seperti GOTO, yang sangat sensitif terhadap faktor makroekonomi.
Secara teknikal, saham GOTO kini sedang menguji level resistance di angka Rp89, dan jika momentum ini berlanjut, harga saham berpotensi menuju kisaran Rp95 hingga Rp100 dalam waktu dekat. Sentimen positif dari rekomendasi analis global, ditambah dengan prospek pertumbuhan industri digital Indonesia yang terus berkembang, menjadikan GOTO tetap relevan sebagai pilihan investasi jangka menengah hingga panjang.
Namun demikian, keseimbangan antara pertumbuhan agresif dan profitabilitas tetap menjadi tantangan utama. Keberhasilan dalam menjaga keseimbangan inilah yang akan menentukan sejauh mana harga saham GOTO dapat melaju secara berkelanjutan.
Potensi Bertumbuh dengan Risiko Tinggi
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia, yang menggabungkan layanan transportasi online, e-commerce, dan fintech dalam satu ekosistem digital.
Namun, meskipun mencatat pertumbuhan dalam beberapa aspek, analisis data fundamental terbaru menunjukkan bahwa GOTO masih berada dalam fase transisi menuju profitabilitas yang stabil dan berkelanjutan.
Ini menjadikan saham GOTO menarik, tetapi penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, terutama untuk investor jangka panjang.
Dari sisi valuasi, GOTO saat ini menunjukkan rasio keuangan yang masih berada di zona merah. Price to Earnings Ratio (PER) yang negatif sebesar -18,49 untuk TTM maupun annualised mencerminkan bahwa perusahaan belum mencetak laba bersih.
Forward PER yang bahkan lebih dalam, yaitu -84,21, menandakan ekspektasi pasar bahwa GOTO masih membutuhkan waktu yang cukup panjang sebelum mencapai titik balik keuntungan.
Earnings yield yang juga negatif sebesar -5,41 persen memperkuat sinyal bahwa saham ini belum memberikan imbal hasil positif dari segi pendapatan.
Rasio Price to Sales yang tinggi di angka 6.00 menunjukkan valuasi premium yang mungkin belum sepenuhnya mencerminkan kinerja keuangan aktual, sementara Price to Book Value sebesar 2.89 mengindikasikan bahwa pasar menilai saham ini jauh lebih tinggi dari nilai buku perusahaan.
Dari sudut pandang profitabilitas, angka-angka yang tercatat menunjukkan tantangan besar. Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA) masing-masing berada di level -15,63 persen dan -11,93 persen. Kondisi ini menandakan inefisiensi dalam penggunaan modal dan aset.
EBITDA dan EBIT yang negatif, masing-masing sebesar -Rp1,497 triliun dan -29,56 EV to EBIT, mencerminkan bahwa arus kas operasional dan margin usaha masih berada di bawah tekanan.
Free cash flow per share yang tercatat -Rp6,00 serta total free cash flow negatif sebesar Rp7,1 triliun juga mengindikasikan bahwa GOTO masih harus membakar dana untuk menjaga keberlangsungan operasional dan pertumbuhan.
Namun demikian, GOTO menunjukkan sinyal positif dari sisi likuiditas dan solvabilitas. Current ratio dan quick ratio yang masing-masing berada di angka 2,62 menandakan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang lebih dari cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendek.
Total debt to equity ratio hanya 0,14, sementara total liabilities to equity berada pada angka 0,39, menandakan struktur permodalan yang konservatif dan sehat. Bahkan, posisi kas bersih GOTO sangat kuat dengan net debt sebesar -Rp14,55 triliun, mencerminkan kas yang jauh melebihi total utang.
Kerugian bersih tahunan GOTO juga telah mengalami perbaikan signifikan. Pada tahun 2023, kerugian mencapai lebih dari Rp90 triliun, namun berhasil ditekan menjadi Rp5,1 triliun pada 2024.
Perbaikan ini merupakan hasil dari strategi efisiensi yang agresif, termasuk pengurangan subsidi, penguatan sinergi antar unit bisnis, serta pelepasan kepemilikan di unit yang membebani seperti Tokopedia.
Namun, tantangan tetap besar, mengingat Altman Z-Score perusahaan berada di angka -11,32, yang menandakan tingkat risiko finansial yang masih tinggi.
Margin operasional juga masih menjadi perhatian. Meskipun gross profit margin cukup tinggi di angka 55,1 persen, net profit margin masih tercatat negatif di -19,89 persen, mencerminkan bahwa biaya operasional dan non-operasional masih terlalu besar untuk mendukung laba bersih yang positif.
Tingginya capital expenditure dan arus kas dari aktivitas investasi yang negatif menandakan bahwa GOTO masih berada dalam fase ekspansi.
Salah satu titik terang GOTO ada pada performa harga saham dalam jangka pendek. Dengan kenaikan harga saham sebesar 14,29 persen year-to-date dan pertumbuhan 31,15 persen dalam satu tahun terakhir, pasar menunjukkan antusiasme terhadap arah transformasi perusahaan.
Namun, penurunan 76,47 persen dalam tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa investor jangka panjang telah mengalami tekanan yang signifikan. Saham ini juga menunjukkan volatilitas tinggi, dengan pergerakan antara Rp50 sebagai titik terendah dan Rp89 sebagai titik tertinggi dalam 52 minggu terakhir.
Secara keseluruhan, saham GOTO mencerminkan profil perusahaan teknologi dengan potensi pertumbuhan jangka panjang, tetapi dengan risiko tinggi yang perlu dipertimbangkan secara matang.
Fundamental perusahaan masih dalam tahap pemulihan dan penataan ulang menuju profitabilitas. Dengan struktur neraca yang relatif sehat dan fokus pada efisiensi, GOTO memiliki peluang untuk bangkit, terutama jika mampu mengembangkan lini bisnis fintech yang berpotensi memberi margin tinggi.
Namun, investor jangka panjang perlu bersiap menghadapi volatilitas harga dan menunggu waktu hingga transformasi ini benar-benar menghasilkan laba bersih yang berkelanjutan. Saham GOTO lebih cocok bagi investor yang memiliki toleransi risiko tinggi dan keyakinan jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.