Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Emas Jeblok Usai AS-China Kirim Sinyal Damai

Harga emas anjlok setelah sempat menyentuh rekor tertinggi USD3.500 per ounce, dipicu pernyataan Menkeu AS yang memberi harapan damai dagang dengan China.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 23 April 2025 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Moh. Alpin Pulungan
Emas Jeblok Usai AS-China Kirim Sinyal Damai Harga emas anjlok setelah sempat menyentuh rekor tertinggi USD3.500 per ons. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM – Harga emas sempat bikin rekor baru di level USD3.500 per ons troi pada Rabu, 23 April 2025, dini hari WIB. Tapi euforia itu tak bertahan lama. Hanya beberapa jam setelahnya, harga logam mulia ini malah berbalik arah dan terkoreksi lebih dari 1 persen. Apa sebabnya? Jawabannya: pernyataan yang datang dari Washington.

Komentar dari Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, yang memberi sinyal mencairnya ketegangan dagang antara AS dan China, langsung bikin investor beralih arah—dari emas ke saham. Dalam sesi sore waktu setempat, Bessent bilang bahwa ia optimistis akan ada de-eskalasi dalam perang tarif, walaupun mengakui bahwa proses negosiasi dengan Beijing masih panjang dan belum dimulai secara resmi.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, efeknya terasa seketika. Harga emas spot anjlok 1,5 persen menjadi USD3.372,68 per ons pada pukul 3:46 sore EDT (atau 02:46 WIB), setelah sebelumnya sempat naik 2,2 persen dan menyentuh level psikologis USD3.500,05. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup turun tipis 0,2 persen ke USD3.419,40.

“Penurunan dimulai setelah komentar dari Menkeu AS yang menyiratkan akan ada potensi perdamaian dagang dengan China. Itulah momen ketika aksi jual emas mulai terjadi,” ujar Bob Haberkorn, analis senior di RJO Futures.

Pasar saham langsung merespons positif. Indeks saham utama AS melonjak lebih dari 2 persen, dan dolar AS ikut menguat. Bessent menyebut situasi perang tarif saat ini “tidak berkelanjutan”, yang makin menghidupkan semangat di pasar ekuitas. Dolar indeks (.DXY) pun terkerek naik 0,7 persen terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Akibatnya, emas menjadi lebih mahal bagi investor asing yang memegang mata uang non-dolar.

“Penguatan dolar dan reli di pasar saham hari ini menjadi sentimen negatif bagi pasar emas,” kata Jim Wyckoff, analis senior Kitco Metals.

Padahal sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik 29 persen. Bahkan lonjakan Selasa itu menjadi rekor ke-28 sepanjang tahun ini, yang sekaligus mencatatkan level tertinggi baru sepanjang masa: USD3.500 per ons.

Di sisi lain, pasar kini juga menunggu sejumlah pidato dari pejabat Federal Reserve minggu ini. Investor berharap bisa menangkap sinyal baru terkait arah kebijakan suku bunga—terutama di tengah kekhawatiran soal independensi bank sentral AS.

Sebagai aset lindung nilai, emas memang dikenal tahan banting di tengah ketidakpastian global dan inflasi tinggi. Ditambah lagi, dalam lingkungan suku bunga rendah, emas cenderung makin digemari karena tidak memberikan imbal hasil (non-yielding).

Namun saat ini indikator RSI (Relative Strength Index) untuk emas berada di angka 74—artinya, aset ini sudah masuk zona “overbought”. Itu berarti koreksi bisa saja terjadi kapan saja, seperti yang terlihat semalam.

Logam mulia lain pun ikut terdampak. Harga perak spot turun 0,7 persen menjadi USD32,47 per ons, platinum melemah 0,8 persen ke USD953,64, sementara palladium justru naik tipis 0,6 persen ke USD932,75.

Pasar memang bergerak cepat, dan untuk saat ini, emas tampaknya harus mengalah pada euforia damai dagang. Tapi jangan buru-buru juga mengucapkan selamat tinggal pada si logam kuning—belum tentu dia selesai naik.

JPMorgan Prediksi Emas Tembus USD4.000 per Ounce Tahun Depan

Bank investasi raksasa JPMorgan memperkirakan harga emas bakal melampaui tonggak USD4.000 per ounce pada 2026 mendatang, menyusul naiknya kekhawatiran resesi akibat lonjakan tarif AS dan ketegangan dagang yang terus berlanjut antara Amerika Serikat dan China.

Dalam catatan resminya Selasa lalu, mereka menyebut harga emas rata-rata akan berada di kisaran USD3.675 per ounce pada kuartal IV 2025, dan terus naik hingga menyentuh level USD4.000 per ounce pada kuartal II 2026.

Namun JPMorgan juga memberi catatan penting: lonjakan harga bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan bila permintaan pasar—baik dari investor maupun bank sentral—melebihi ekspektasi.

“Yang jadi penopang proyeksi kami adalah permintaan yang masih kuat dari investor dan bank sentral, yang diperkirakan rata-rata mencapai 710 ton per kuartal sepanjang tahun ini,” tulis JPMorgan dalam laporannya.

Spot gold, yang tahun ini sudah naik 29 persen dan mencatatkan 28 rekor harga tertinggi, sempat menyentuh angka USD3.500 per ounce untuk pertama kalinya pada Selasa kemarin.

Sebelumnya, Goldman Sachs juga telah menaikkan target harga emas akhir tahun 2025 menjadi USD3.700 per ons dari prediksi sebelumnya USD3.300. Bahkan dalam skenario ekstrem, harga emas bisa tembus hingga mendekati USD4.500 per ounce di akhir 2025.

Namun begitu, JPMorgan tetap mengingatkan akan potensi risiko. Yang paling besar adalah jika permintaan dari bank sentral tiba-tiba anjlok, hal itu bisa jadi faktor bearish alias tekanan penurunan harga emas paling fundamental.

Lebih lanjut, para analis juga menggarisbawahi skenario lain yang berpotensi menekan harga emas secara signifikan, yakni bila ekonomi AS ternyata sangat tangguh terhadap dampak tarif dan membuat The Fed jadi lebih agresif dalam merespons risiko inflasi. Jika itu terjadi, pasar bisa mulai memperhitungkan kemungkinan kenaikan suku bunga—bahkan sebelum inflasi benar-benar muncul di permukaan.

Sementara itu, untuk pasar perak, JPMorgan menilai masih akan menghadapi tantangan dalam jangka pendek karena ketidakpastian permintaan industri. Meski begitu, mereka memperkirakan akan ada “jendela balasan” di paruh kedua 2025, dengan target harga menanjak ke sekitar USD39 per ounce pada akhir tahun.

Dengan harga emas dan perak yang terus berayun di antara tekanan geopolitik dan optimisme pemulihan, tahun ini sepertinya bakal jadi tahun penuh warna buat logam mulia.(*)