Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Berada Dalam Fase Bullish, Saham BUMI Direkomendasikan Buy

Terdapat campuran sinyal yang sebagian besar mendukung tren positif. Relative Strength Index (RSI) berada di angka 51,692.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 22 April 2025 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Yunila Wati
Berada Dalam Fase Bullish, Saham BUMI Direkomendasikan Buy Ilustrasi batu bara dan tarif royalti, yang menjadi salah satu tantangan bagi PT Bumi Resources Tbk (BUMI). (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

KABARBURSA.COM - Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada perdagangan tanggal 22 April 2025 menunjukkan performa teknikal yang cukup kuat dan menarik perhatian investor. Harga sahamnya berada di level Rp111, mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 11 poin atau 11,00 persen dibandingkan sesi sebelumnya. 

Berdasarkan rangkuman dari berbagai indikator teknikal dan moving average yang dikutip dari Investing pada Selasa, 22 April 2025,saham BUMI saat ini berada dalam fase bullish, dengan sinyal keseluruhan mengindikasikan rekomendasi "Beli" hingga "Sangat Beli".

Dari sisi indikator teknikal, terdapat campuran sinyal yang sebagian besar mendukung tren positif. Relative Strength Index (RSI) berada di angka 51,692, menandakan kondisi netral namun mulai mendekati wilayah yang mengonfirmasi momentum beli. 

Indikator Stochastic (9,6) pun berada di kisaran netral, yaitu 47,88. Namun, sinyal overbought mulai muncul pada indikator Stochastic RSI yang mencapai angka 100, menunjukkan bahwa saham ini mungkin sudah memasuki wilayah jenuh beli. 

MACD (Moving Average Convergence Divergence) masih menunjukkan sinyal negatif dengan nilai -3,435, yang menjadi satu dari dua indikator teknikal yang menyarankan aksi jual. 

Namun, indikator Williams %R yang berada di -33,333 dan Ultimate Oscillator di 53,018 justru menunjukkan kekuatan beli yang masih mendominasi. Demikian pula dengan indikator Bull/Bear Power yang positif di angka 4,398, mengisyaratkan bahwa tekanan beli masih cukup kuat di pasar.

Sementara itu, dari sisi moving average, seluruh garis MA jangka pendek hingga menengah – seperti MA5, MA10, MA20, MA50, dan MA100 – mengindikasikan sinyal beli, baik dalam bentuk sederhana maupun eksponensial. 

Bahkan, garis MA200 dalam bentuk sederhana pun tetap menunjukkan sinyal beli, meskipun MA200 eksponensial mengarah ke sinyal jual. Hal ini dapat diartikan bahwa tren jangka panjang masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut, namun secara keseluruhan, dominasi sinyal beli dari mayoritas moving average mencerminkan kekuatan tren naik yang solid.

Pivot points klasik menempatkan level support terdekat pada Rp86 dan resistance di sekitar Rp105 hingga Rp114. Ini memberi gambaran potensi pergerakan harga dalam waktu dekat, di mana investor dapat mengantisipasi aksi ambil untung di area resistance dan potensi pantulan harga di area support. 

Model perhitungan Fibonacci dan Woodie juga memberikan konfirmasi kisaran harga penting yang serupa, memperkuat validitas zona-zona tersebut.

Secara keseluruhan, analisis teknikal terhadap saham BUMI menggambarkan momentum positif yang cukup kuat, ditopang oleh mayoritas sinyal beli dari indikator teknikal dan moving average. 

Meskipun terdapat indikasi jenuh beli dalam jangka sangat pendek, tren menengah hingga panjang masih memperlihatkan potensi penguatan lebih lanjut. Investor disarankan untuk mencermati pergerakan harga di level pivot point dan mengamati kemungkinan koreksi wajar sebagai peluang akumulasi lanjutan.

BUMI Mulai Pulih

Sementara itu, dalam analisis teknikal dari Rita Effendy, analis Indonesia Investment Education (IIE), saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) hari ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat setelah mencatatkan rebound signifikan dalam beberapa hari terakhir. 

Pergerakan harga yang kembali menanjak mengisyaratkan adanya potensi penguatan lanjutan, terutama jika saham ini mampu menembus resistance dinamis yang berada pada area moving average 100 (MA100). Resistance ini menjadi titik krusial yang, jika berhasil ditembus secara valid, bisa membuka ruang kenaikan yang lebih luas dalam jangka pendek hingga menengah.

Strategi yang cukup menarik untuk para pelaku pasar saat ini adalah dengan memanfaatkan potensi pullback. Area harga di kisaran Rp96 hingga Rp98 bisa menjadi zona akumulasi ideal, terutama bagi investor yang belum sempat masuk di fase awal kenaikan. 

Selain itu, jika BUMI mampu menguat dan bertahan di atas level Rp102 dengan volume yang mendukung, maka sinyal breakout akan semakin terkonfirmasi, menambah keyakinan bahwa tren naik masih akan berlanjut.

Potensi penguatan berikutnya diproyeksikan menuju dua level target, yakni Rp109 sebagai target awal dan Rp116 sebagai target lanjutan. Kedua level ini berperan sebagai resistance teknikal yang bisa menjadi sasaran realistis jika momentum beli tetap terjaga. 

Di sisi lain, untuk mengantisipasi kemungkinan koreksi atau pembalikan arah, level stop loss ideal dapat ditempatkan pada kisaran Rp94 dan Rp90 guna membatasi risiko kerugian.

Secara teknikal, pergerakan saham BUMI saat ini patut dicermati karena kombinasi antara kekuatan rebound dan posisi harga terhadap indikator moving average utama memberikan sinyal positif. Jika kekuatan beli terus meningkat dan didukung sentimen pasar yang kondusif, peluang menuju target harga yang lebih tinggi akan semakin terbuka lebar.

Grafik kinerja keuangan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Prospek 2025: Tergantung pada Harga Batu Bara dan Efisiensi Operasional

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) telah menjadi perhatian para investor karena kinerja harga sahamnya yang cukup dinamis, disertai fundamental keuangan yang memberikan berbagai sinyal untuk dicermati menjelang tahun 2025. 

Melihat lebih dalam pada laporan keuangan dan data valuasi, kita bisa menilai potensi dan tantangan emiten ini dari berbagai aspek.

Secara valuasi, BUMI diperdagangkan dengan price to earnings ratio (PER) trailing twelve months (TTM) sebesar 38,54, jauh di atas median IHSG yang berada di kisaran 8,04. Ini mengindikasikan bahwa pasar memiliki ekspektasi tinggi terhadap potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang, meski profitabilitas terkini belum menunjukkan kekuatan penuh. 

Earning yield yang berada di level 2,59 persen terbilang rendah, menunjukkan hasil imbal balik yang tipis bagi investor berdasarkan laba bersih saat ini. Di sisi lain, price to book value (PBV) perusahaan berada di 1,58, yang mencerminkan valuasi pasar yang masih cukup moderat terhadap aset bersih BUMI.

Dari sisi kinerja operasional, pendapatan BUMI dalam periode TTM tercatat sebesar Rp21,55 triliun, namun net income yang berhasil dibukukan hanya Rp1,07 triliun, dengan net profit margin kuartalan yang negatif sebesar -12,8 persen. 

Meskipun pendapatan mengalami penurunan secara tahunan sebesar 13,41 persen, gross profit justru tumbuh positif sebesar 31,06 persen. Ini menjadi indikasi adanya perbaikan efisiensi biaya atau penguatan pada harga jual komoditas batu bara, namun belum cukup untuk mengimbangi beban usaha dan keuangan, sehingga laba bersih masih mengalami tekanan.

Secara arus kas, BUMI menghadapi tantangan serius. Free cash flow TTM berada di angka negatif Rp343 miliar, mencerminkan kondisi operasional yang belum mampu menghasilkan kas positif setelah belanja modal. Bahkan, price to cashflow dan price to free cashflow BUMI masing-masing berada di -499,42 dan -120,04—dua angka ekstrem yang mengindikasikan bahwa valuasi pasar saat ini sangat tergantung pada proyeksi pertumbuhan dan bukan pada kekuatan arus kas aktual. 

Hal ini juga terlihat pada rendahnya return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) masing-masing sebesar 4,11 persen dan 1,59 persen, menunjukkan bahwa perusahaan masih belum optimal dalam mengelola modal dan asetnya untuk menciptakan laba.

Namun demikian, dari sisi solvabilitas, struktur keuangan BUMI cukup stabil. Debt to equity ratio berada di 0,35, dengan long-term debt yang relatif rendah yaitu hanya 0,22 dari ekuitas. Ini memberikan ruang bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi atau refinancing tanpa terlalu membebani neraca. 

Selain itu, rasio lancar dan quick ratio yang sama-sama di 1,01 menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menutup kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar.

Altman Z-score BUMI yang berada di level -0,38 memang mengindikasikan zona rawan dalam penilaian risiko kebangkrutan, namun skor Piotroski yang berada di angka 6 dari 9 memberi sedikit kelegaan bahwa secara fundamental masih ada elemen positif yang dipertahankan.

Melihat ke tahun 2025, prospek BUMI akan sangat ditentukan oleh dua faktor utama: stabilitas harga batu bara global dan keberhasilan efisiensi operasional internal. Dengan pertumbuhan laba tahunan yang sempat melonjak pada 2022 sebesar Rp7,81 triliun, investor tentu berharap agar pencapaian seperti ini dapat diulang. 

Namun tantangannya tidak kecil, mengingat fluktuasi harga komoditas, tekanan geopolitik global, serta upaya transisi energi yang terus menggerus daya tarik batu bara sebagai sumber energi utama.

Jika perusahaan mampu mempertahankan pertumbuhan gross profit dan membalikkan arus kas menjadi positif di tahun-tahun mendatang, maka fundamental BUMI bisa menguat secara signifikan. Apalagi dengan valuasi pasar saat ini yang mencerminkan ekspektasi pertumbuhan, maka tahun 2025 bisa menjadi titik balik penting—entah menjadi momen kebangkitan atau justru menguji ketahanan BUMI secara menyeluruh.

Dalam konteks investasi, saham BUMI tetap menarik bagi investor yang berorientasi pada potensi jangka panjang dan bersedia mengambil risiko volatilitas. Namun bagi mereka yang menekankan pada fundamental solid dan konsistensi arus kas, kehati-hatian tetap diperlukan hingga indikator kinerja utama menunjukkan pemulihan yang lebih kuat.(*)