KABARBURSA.COM - Saham PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) tengah dibayangi sentimen positif imbas naiknya harga emas dunia.
Seperti diketahui, harga emas sempat mengalami kenaikan siginifikan dengan mencapai rekor tertinggi (all-time high) di atas USD3.400 per ounce pada Senin, 21 April 2025.
Analis sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, reli harga emas ini didorong oleh kombinasi kuat dari sejumlah faktor global. Mulai dari ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah dan Asia Timur, risiko resesi global, hingga kebijakan moneter longgar dari bank sentral seperti The Fed yang mendorong pelemahan dolar AS.
"Goldman Sachs bahkan memproyeksikan harga emas akan terus menanjak hingga USD3.700–3.950 per troy ons pada akhir 2025, sementara Wisdom Tree melihat potensi emas menembus USD3.600 di awal 2026, seiring lonjakan permintaan bank sentral global yang kini mencapai 80 ton per bulan," ujarnya kepada Kabarbursa.com, Senin malam, 21 April 2025.
Buntut naiknya harga emas, Hendra menyebut saham ANTM menjadi sorotan utama investor sebagai kendaraan strategis untuk memanfaatkan momentum ini.
Sebagai satu-satunya BUMN tambang yang mengelola bisnis emas secara terintegrasi dari hulu ke hilir, kata dia, Antam memiliki keunggulan struktural yang tidak dimiliki oleh emiten lain di sektor logam mulia.
"Antam tidak hanya menambang emas, tetapi juga mengolah, memurnikan, dan menjualnya melalui unit bisnis UBPP Logam Mulia yang telah bersertifikasi London Bullion Market Association (LBMA)," jelas dia.
Menurutnya, sertifikasi tersebut menjadikan produk emas Antam dapat diterima di pasar internasional dengan premium pricing, serta memberi kendali penuh atas margin keuntungan.
Dikatakan Hendra, sepanjang 2023 volume penjualan emas Antam mencapai 31 ton, dan untuk 2025 diperkirakan akan meningkat ke level 39–40 ton.
"Seiring ekspansi pasar ekspor ke Asia Selatan dan Timur Tengah, serta peningkatan permintaan domestik akibat naiknya daya beli kelas menengah," tandasnya.
Dia melanjutkan, dampak langsung dari kenaikan harga emas terhadap kinerja keuangan Antam sangat signifikan. Jika harga rata-rata emas tahun 2025 berada di kisaran USD3.500 per troy ons, maka potensi pendapatan Antam bisa tembus Rp65 - 75 triliun, meningkat tajam dibanding pendapatan FY2024 Rp 69,19triliun.
"Laba bersih perusahaan diproyeksi melonjak ke Rp3 –5 triliun, kenaikan ini tidak hanya disumbang oleh kenaikan harga jual emas, namun juga efisiensi operasional, depresiasi rupiah yang mendongkrak pendapatan ekspor, dan turunnya biaya produksi akibat optimalisasi smelter dan unit pemurnian," katanya.
"Dengan ekspektasi pertumbuhan laba di atas 40 persen secara tahunan (YoY), margin laba bersih ANTM diperkirakan melebar ke atas 6, tertinggi dalam lima tahun terakhir," pungkasnya.
Emas Pecah Rekor
Seperti diberitakan sebelumnya, kenaikan harga emas didorong oleh pelemahan dolar AS dan ketidakpastian terkait dampak ekonomi dari ketegangan perdagangan AS-China, yang memicu permintaan untuk emas sebagai investasi safe-haven.
Dikutip dari Reuters, harga spot emas naik 2,7 persen menjadi USD3.417,62 per ounce dan sempat mencapai rekor tertinggi USD3.430,18 lebih awal dalam sesi perdagangan.
Dolar AS jatuh ke level terendah dalam tiga tahun, setelah kepercayaan investor terhadap perekonomian AS terpukul akibat komentar Presiden Donald Trump mengenai Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Pelemahan dolar membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lain.
Terkait perang dagang, China menuduh Washington menyalahgunakan tarif dan memperingatkan negara-negara untuk tidak melakukan kesepakatan ekonomi yang lebih luas dengan AS yang merugikan mereka.
"Seiring ketegangan tarif yang terus meningkat, kami terus melihat harga emas naik sebagai respons safe-haven," kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures. "Akan ada penurunan harga dan pengambilan keuntungan pada beberapa waktu, tetapi kami tetap percaya bahwa tren dasar pasar ini bergerak ke arah stabil hingga naik."
Emas, yang dikenal sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan aset yang sangat likuid, telah mencapai beberapa rekor tertinggi dan naik lebih dari USD700 sejak awal 2025. Emas bahkan melampaui USD3.300 pada hari Rabu minggu lalu, dan momentum kuatnya mendorong harga naik lagi sekitar USD100 hanya dalam beberapa hari.
"Pergerakan harga harian yang lebih besar dalam emas adalah petunjuk awal bahwa pasar bull yang sangat matang ini hampir mencapai puncaknya, dan puncak pasar dalam waktu dekat mungkin sudah dekat, lebih pada perspektif waktu daripada harga," kata Jim Wyckoff, Analis Senior di Kitco Metals.
Sementara itu, harga logam lainnya juga bergerak stabil, dengan perak (silver) bertahan di USD32,60 per ounce, platinum turun 0,6 persen menjadi USD961,61, dan palladium terkoreksi 3 persen menjadi USD934,25.(*)