Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

AS Jadi Pasar Utama Ekspor Pakaian dan Alas Kaki Indonesia

Ekspor Indonesia ke AS mencapai pangsa pasar sebesar 63,40 persen.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 April 2025 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Pramirvan Datu
AS Jadi Pasar Utama Ekspor Pakaian dan Alas Kaki Indonesia Kantor Badan Pusat Statistik di Jakarta. Foto: dok BPS

KABARBURSA.COM – Amerika Serikat tidak hanya menjadi salah satu penyumbang utama surplus neraca perdagangan Indonesia dalam 10 tahun terakhir, tetapi juga terbukti sebagai pasar ekspor paling strategis bagi sejumlah komoditas unggulan nasional. Khususnya produk pakaian dan alas kaki.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa kontribusi AS terhadap ekspor komoditas pakaian dan alas kaki Indonesia sangat dominan jika dibandingkan dengan negara-negara tujuan lainnya.

“Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia untuk produk pakaian dan alas kaki,” ujar Amalia dalam konferensi pers di kantornya, Senin 21 April 2025.

Untuk komoditas pakaian dan aksesoris rajutan (HS61), ekspor Indonesia ke AS mencapai pangsa pasar sebesar 63,40 persen. Angka ini jauh melampaui negara tujuan ekspor lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan.

Sementara itu, pada komoditas pakaian dan aksesoris bukan rajutan (HS62), ekspor ke AS menyumbang 42,96 persen dari total ekspor Indonesia. “Disusul oleh Jepang dan kemudian ke Korea Selatan,” jelas Amalia.

Berdasarkan data BPS periode Januari hingga Maret 2025, Jepang dan Korea Selatan masing-masing menempati posisi selanjutnya dengan volume 3,30 ribu ton (5,41 persen) dan 3,12 ribu ton (5,14 persen). Negara-negara lainnya menyumbang 26,05 persen atau sekitar 15,87 ribu ton.

Pada kategori pakaian dan aksesorinya bukan rajutan (HS 62), Amerika Serikat juga masih menjadi pasar ekspor terbesar, dengan volume 17,70 ribu ton atau 42,96 persen dari total ekspor kategori ini. Jepang menyusul dengan 4,28 ribu ton (10,39 persen), disusul Korea Selatan dengan 2,89 ribu ton (7 persen). 

Sementara itu, negara-negara lainnya berkontribusi sebesar 39,65 persen atau sekitar 16,34 ribu ton.

Sementara itu, pada kategori alas kaki (HS 64), dominasi Amerika Serikat masih kuat meski tidak sebesar dua kategori sebelumnya. Volume ekspor ke negeri Paman Sam tercatat sebesar 33,27 ribu ton, menyumbang 34,16 persen dari total ekspor produk alas kaki Indonesia. 

Belanda menempati posisi kedua dengan 8,18 ribu ton (8,40 persen), diikuti Belgia dengan 6,95 ribu ton (7,14 persen), Jepang dengan 5,75 ribu ton (5,90 persen), dan Tiongkok dengan 5,47 ribu ton (5,61 persen). Negara-negara lainnya mencakup porsi terbesar di kategori ini, yaitu 38,78 persen atau setara dengan 37,77 ribu ton.

Ekspor Non-Migas ke China

Berdasarkan data BPS, komoditas ekspor non-migas lain yang menunjukkan kinerja positif selain besi, baja, CPO adalah bijih logam, terak dan abu mencatatkan kenaikan sebesar 4.154,80 persen, mencapai USD573,6 juta.

Sektor besi dan baja mengalami pertumbuhan yang mencolok sebesar 19,64 persen. Di posisi berikutnya, mesin dan peralatan elektrik mencatatkan peningkatan sebesar 19,58 persen.

“Sebaliknya, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan ekspor, seperti mesin dan peralatan mekanis yang turun sebesar 20,58 persen serta bahan bakar mineral yang mengalami penurunan 2,44 persen,” jelas Amalia.

Pada Maret 2025, ekspor nonmigas Indonesia ke tiga negara tujuan utama seperti China, Amerika Serikat, dan India, di mana masing-masing tercatat sebesar USD5.197,2 juta, USD2.629,0 juta, dan USD1.409,8 juta. Pengiriman barang ke China melonjak 21,50 persen, sementara ekspor ke Uni Eropa juga naik 16,12 persen.

Sebaliknya, ekspor ke negara seperti Thailand dan Australia mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni masing-masing sebesar 47,22 persen dan 23,20 persen.

Dilihat dari sektornya, produk hasil industri pengolahan tetap menjadi kontributor utama dalam ekspor nonmigas Indonesia, dengan pertumbuhan sebesar 2,98 persen. Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga turut mengalami kenaikan 1,73 persen, didorong terutama oleh peningkatan pengiriman produk tanaman obat, aromatik, serta rempah-rempah.

Pada periode Januari hingga Maret 2025, sektor industri pengolahan dan pertanian memperlihatkan pertumbuhan yang kuat, dengan masing-masing mengalami peningkatan 16,75 persen dan 43,09 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, kinerja ekspor Indonesia di bulan Maret 2025 menunjukkan sinyal positif terhadap pemulihan ekonomi nasional yang stabil, sekaligus menggambarkan potensi pertumbuhan ke depan yang menjanjikan. Meskipun masih terdapat tekanan dari pasar internasional, seperti penurunan ekspor ke sejumlah negara, Indonesia tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai salah satu eksportir utama di kawasan Asia.

Beberapa komoditas utama dalam ekspor nonmigas Indonesia pada Maret 2025 mencatat performa impresif. Salah satunya adalah bijih logam, terak, dan abu yang mengalami lonjakan luar biasa hingga 4.154,80 persen dengan nilai mencapai USD573,6 juta.

Sektor besi dan baja mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 19,64 persen, diikuti oleh peningkatan pada mesin dan perlengkapan elektrik sebesar 19,58 persen.

“Sebaliknya, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan ekspor, seperti mesin dan peralatan mekanis yang turun sebesar 20,58 persen serta bahan bakar mineral yang mengalami penurunan 2,44 persen,” ungkap Amalia.

Ekspor nonmigas ke destinasi utama seperti China, Amerika Serikat, dan India pada Maret 2025 tercatat masing-masing sebesar USD5.197,2 juta, USD2.629,0 juta, dan USD1.409,8 juta. Ekspor ke China mencatat pertumbuhan tajam 21,50 persen, dan ke Uni Eropa tumbuh 16,12 persen. Di sisi lain, pengiriman barang ke Thailand dan Australia menurun tajam, masing-masing sebesar 47,22 persen dan 23,20 persen.

Secara sektoral, industri pengolahan masih menjadi tulang punggung ekspor nonmigas Indonesia dengan kenaikan 2,98 persen. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga tumbuh 1,73 persen berkat lonjakan ekspor tanaman herbal, aromatik, dan rempah.

Selama kuartal pertama tahun 2025, sektor industri pengolahan dan pertanian mencatatkan kinerja gemilang, masing-masing meningkat 16,75 persen dan 43,09 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.(*)