KABARBURSA.COM - Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi sorotan utama dalam pasar saham Indonesia, terutama setelah terpantau menjadi top net foreign buy hingga perdagangan sesi II, Senin, 21 April 2025. Saham TLKM telah diborong besar-besaran oleh investor asing, yang membuatnya menduduki posisi teratas dalam kategori net foreign buy.
Meski saham TLKM tengah turun tipis 0,78 persen ke level Rp2.530 pada pukul 14.00 WIB, perdagangan 17 April 2025, investor asing justru kalap memborong saham emiten pelat merah ini. Nilai bersih pembelian mencapai Rp166,68 miliar, sedangkan volume transaksi saham TLKM juga impresif: 55,2 juta saham berpindah tangan, jauh melampaui rata-rata harian di angka 128 juta.
Di balik lonjakan permintaan asing ini, terdapat berbagai faktor yang mendorong mereka untuk terus mengakumulasi saham perusahaan pelat merah tersebut. Apakah ada faktor-faktor tertentu yang membuat TLKM tetap menarik, meskipun beberapa indikator keuangan menunjukkan tren yang kurang menggembirakan?
Apakah investor asing sudah melihat potensi besar di balik saham TLKM, ataukah ada hal lain yang lebih penting yang mendorong mereka untuk tetap optimis terhadap saham ini? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi kunci untuk memahami tren pembelian asing yang terus berlangsung.
Ini yang Bikin Asing Tertarik
Menurut analisis yang dilakukan oleh Theodorus Melvin, Investment Analyst Stockbit, ada beberapa alasan mengapa saham TLKM tetap menjadi primadona bagi investor asing. Pertama-tama, meskipun terjadi penurunan laba bersih 4 persen year on year (yoy) menjadi Rp23,6 triliun, TLKM tetap menawarkan potensi besar dalam bentuk dividend yield yang sangat menarik, yang diperkirakan mencapai 6,6 persen hingga 7,5 persen berdasarkan harga saham per 17 April 2025.
Dengan asumsi dividend payout ratio sekitar 70 persen hingga 80 persen, Telkom diperkirakan akan membagikan dividen antara Rp167 hingga Rp191 per saham. Ini merupakan tingkat pengembalian yang cukup menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif, terutama mengingat stabilitas yang ditawarkan oleh perusahaan pelat merah seperti TLKM.
Rencana pembagian dividen ini akan ditetapkan pada RUPS yang dijadwalkan pada 27 Mei 2025, yang semakin memperkuat daya tarik TLKM di mata investor, baik domestik maupun asing. Potensi dividen yang tinggi ini menjadi salah satu alasan mengapa saham TLKM tetap menjadi favorit di kalangan investor yang mengutamakan imbal hasil yang stabil dan konsisten.
Dengan harga saham yang relatif stabil di sekitar level Rp2.550, TLKM memberikan jaminan keuntungan yang cukup besar bagi para pemegang saham, khususnya investor yang mencari pendapatan pasif melalui dividen.
Di samping itu, meski ARPU (Average Revenue Per User) turun sebesar 5 persen secara tahunan, terdapat sinyal positif dengan adanya kenaikan ARPU kuartalan yang mencapai 2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa TLKM mampu mengelola daya saing di pasar telekomunikasi yang semakin ketat.
Menurut Melvin, meskipun laba TLKM mengalami penurunan, kemampuan perusahaan untuk tetap memberikan dividen yang menarik dan kenaikan ARPU kuartalan menunjukkan bahwa TLKM masih dapat menjadi pilihan investasi yang solid di tengah volatilitas pasar. "Ini menjadi daya tarik utama bagi investor asing yang semakin gencar memborong saham TLKM," ungkapnya.
Selanjutnya, meski laba mengalami penurunan, hasil tersebut tetap sejalan dengan ekspektasi pasar dan hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan estimasi konsensus (99 persen). Dengan laba bersih yang tercatat sebesar Rp23,6 triliun untuk tahun 2024, dan Rp5,9 triliun pada kuartal IV 2024 (naik 18 persen yoy, 1 quarter on quarter/qoq), TLKM menunjukkan ketahanan yang cukup baik dalam menghadapi tantangan yang ada.
"Hal ini tentu saja menjadi indikator positif bagi investor yang mencari kestabilan dalam sebuah investasi," tegas Melvin.
Laba Bersih Telkom Tahun 2024
Di sisi lain, meskipun laba bersih TLKM tercatat turun 4 persen yoy, performa operasional perusahaan pada tahun 2024 menunjukkan hasil yang relatif stabil. Salah satu faktor yang mendukung performa operasional TLKM adalah jumlah pelanggan yang tetap terjaga di angka 159,4 juta, dengan ARPU kuartalan yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah penurunan yang cukup tajam di beberapa kuartal sebelumnya.
Meskipun biaya marketing meningkat cukup signifikan, hal ini dianggap wajar mengingat upaya TLKM untuk mempertahankan posisi dominannya dalam pasar telekomunikasi Indonesia, yang semakin kompetitif.
Secara keseluruhan, meskipun ada tantangan yang harus dihadapi TLKM, termasuk tekanan biaya dan persaingan ketat di sektor telekomunikasi, prospek dividen yang tinggi dan kemampuan perusahaan untuk bertahan di pasar yang penuh persaingan membuat saham TLKM tetap menjadi favorit investor asing.
Kenaikan ARPU, stabilitas jumlah pelanggan, dan proyeksi dividen yang menarik menunjukkan bahwa TLKM memiliki kapasitas untuk menghadapi tantangan jangka panjang dengan cukup baik.
Sementara itu, di sektor broadband, meski jumlah pelanggan broadband meningkat 8 persen yoy, ARPU di segmen ini turun 6 persen yoy dan 1 persen qoq. Penurunan ARPU broadband ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh strategi fixed mobile convergence (FMC) yang diterapkan oleh TLKM dan persaingan harga yang sangat ketat di sektor fixed broadband.
Meski begitu, potensi pertumbuhan di sektor broadband tetap ada, dengan proyeksi peningkatan jumlah pelanggan yang dapat memperbaiki performa jangka panjang. (*)