Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rampung RUPS: Puri Sentul Permai Bahas Pembagian Dividen

Dalam rapat itu ada penjelasan mengenai rencana manajemen bagi dividen kepada investor.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 April 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Pramirvan Datu
Rampung RUPS: Puri Sentul Permai Bahas Pembagian Dividen Papan pantau IHSG di Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM – PT Puri Sentul Permai Tbk atau KDTN ternyata baru saja menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 16 April 2025 lalu.

Tentu saja ada hal menarik yang menjadi bahasan dalam rapat itu, juga pengumuman penting yang selalu ditunggu-tunggu oleh investor. Ya, tentu soal pembagian dividen.

RUPST dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 86,74 persen dari seluruh saham dengan hak suara, memenuhi kuorum yang disyaratkan. Rapat dipimpin oleh Komisaris Utama Tjoea Aubintoro berdasarkan penunjukan dari Dewan Komisaris tertanggal 8 April 2025.

Dalam rapat tersebut, terdapat sembilan mata acara yang seluruhnya disetujui oleh para pemegang saham. 

Agenda-agenda tersebut mencakup persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan tahun buku 2024, penetapan penggunaan laba bersih, perubahan kebijakan dividen menjadi sebesar-besarnya dari laba bersih setelah cadangan wajib, serta persetujuan penggunaan dana hasil IPO dan realisasi waran. 

Selain itu, disetujui pula perubahan alokasi sisa dana IPO untuk kebutuhan modal kerja, penyesuaian Anggaran Dasar sesuai POJK No.14/2022, pengangkatan kembali Direksi dan Komisaris, penunjukan kantor akuntan publik untuk audit 2025, dan penetapan gaji serta tunjangan Direksi dan Komisaris.

Dalam struktur pengurus, susunan tetap dipertahankan dengan Xaverius Nursalim menjabat sebagai Direktur Utama, didampingi oleh Rolf B. Pohan dan Irene Nursalim sebagai Direktur, serta Tjoea Aubintoro dan Liris Suryanto sebagai Komisaris. 

Dari sisi kepemilikan saham, sebagian besar saham yang hadir dimiliki oleh tiga entitas utama, yakni PT Putrasakti Mandiri sebesar 484,3 juta saham, PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk sebesar 300 juta saham dan PT Intan Perdana Sukses sebesar 300 juta saham. Sementara itu, partisipasi dari investor publik tercatat hanya 2.780 saham.

Dalam pengumuman resminya yang diterima KabarBursa.com pada Senin, 21 April 2025. Manajemen KDTN menjelaskan kisaran pembagian dividen tunai sebesar Rp1,1 miliar dari total laba bersih tahun buku 2024. Atau 60 persen dari sisa laba,

"Persetujuan perubahan kebijakan besaran pembayaran dividen dari yang sebelumnya
sebanyak-banyaknya 60 persen dari laba bersih perseroan setelah dikurangi dana cadangan," tulis manajemen KTDN.

Namun belum dijelaskan pembagian profit untuk investor itu bakal dilakukan kapan.

Dilansir dari laporan keuangan Stockbit, KDTN adalah emiten dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp150 triliun telah mencatat rasio Price to Earnings (PE) TTM sebesar 82,81 kali, jauh melampaui median IHSG yang hanya 7,87 kali. Dengan Earnings Yield TTM sebesar 1,21 persen, saham ini tergolong sangat mahal secara relatif terhadap pasar. Di tengah valuasi yang tinggi, kinerja arus kas bebas (free cash flow) justru tercatat negatif sebesar Rp10 triliun dalam 12 bulan terakhir, yang menimbulkan pertanyaan serius mengenai daya tarik investasi jangka panjangnya.

Free cash flow negatif ini disebabkan oleh tingginya belanja modal yang mencapai Rp14 triliun, sedangkan arus kas dari aktivitas operasi hanya sebesar Rp4 triliun. Hal ini membuat rasio Price to Free Cash Flow (P/FCF) berada di level -14,68 kali, yang berarti investor saat ini membayar premi untuk arus kas negatif atau kondisi yang tidak ideal bagi investor fundamental.

Meskipun hal ini bisa dimaklumi jika disebabkan oleh ekspansi strategis, namun belum ada sinyal kuat bahwa ekspansi tersebut telah menghasilkan pertumbuhan laba yang signifikan. Bahkan, laba bersih tahun berjalan justru menurun dari Rp3 triliun menjadi Rp2 triliun, dan Return on Equity (ROE) hanya sebesar 2,69 persen, menandakan rendahnya efisiensi dalam menghasilkan keuntungan dari ekuitas pemegang saham.

Di sisi lain, neraca keuangan emiten ini cukup solid. Rasio current ratio dan quick ratio masing-masing berada di level 3,72 dan 3,17 kali, menunjukkan kemampuan jangka pendek yang sangat baik. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity) juga sangat rendah di angka 0,03, dengan posisi kas bersih sebesar Rp2 triliun, menunjukkan bahwa perusahaan saat ini tidak memiliki tekanan likuiditas. Altman Z-Score yang tinggi di angka 10,52 juga mencerminkan kondisi keuangan yang aman dari potensi kebangkrutan.

Meskipun menghadapi tekanan arus kas, perusahaan tetap membagikan dividen sebesar Rp1,08 per saham dengan payout ratio sebesar 74,53 persen, menghasilkan dividend yield sekitar 0,83 persen. Komitmen terhadap pembagian dividen ini mencerminkan upaya mempertahankan kepercayaan investor, namun juga menyiratkan risiko jika tidak dibarengi dengan pemulihan arus kas di masa mendatang.

Secara keseluruhan, saham ini dinilai kurang menarik bagi investor konservatif yang fokus pada fundamental. Valuasi yang mahal, arus kas bebas negatif, dan pertumbuhan laba yang stagnan menjadi kombinasi yang patut diwaspadai. Meski begitu, kondisi neraca yang sehat memberikan ruang bagi perusahaan untuk melanjutkan strategi ekspansi tanpa ancaman solvabilitas dalam waktu dekat.(*)