KABARBURSA.COM — Bursa Asia mayoritas dibuka menguat pada Kamis, 17 April 2025, pagi, meski kekhawatiran soal perang dagang Presiden Donald Trump belum mereda. Fokus investor kini tertuju pada negosiasi dagang antara AS dan Jepang yang baru saja dimulai di Washington.
Dilansir dari AP di Jakarta, Kamis, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,7 persen ke level 34.142,86 di sesi pagi. Saham Honda Motor Co. ikut menguat 1,7 persen setelah perusahaan mengumumkan rencana memindahkan produksi mobil listrik hybrid Civic lima pintu — khusus untuk pasar AS — dari Jepang ke pabriknya di Indiana.
Meskipun tidak secara eksplisit menyebut tarif sebagai alasan, Honda menegaskan bahwa keputusan ini didorong oleh strategi untuk memproduksi mobil di lokasi yang paling dekat dengan pasar. Hingga kini, sekitar 3.000 unit Civic hybrid telah dibuat di pabrik Yorii dekat Tokyo sejak Februari lalu.
Di Washington, Trump didampingi Menteri Keuangan Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick untuk memulai dialog dagang dengan delegasi Jepang. “Semoga bisa tercapai sesuatu yang bagus (BAIK SEKALI!) untuk Jepang dan AS!” tulis Trump di media sosial menjelang pertemuan tersebut.
Indeks saham di kawasan Asia lainnya juga menguat. ASX 200 Australia naik 0,3 persen ke 7.781,00, sementara Kospi Korea Selatan naik tipis 0,5 persen ke 2.459,46. Hang Seng Hong Kong menguat 0,5 persen ke 21.165,70, sedangkan Shanghai Composite justru melemah 0,2 persen ke 3.270,47.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat, naik 9,07 poin atau 0,14 persen ke level 6.409,13. Sepanjang awal sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.412,86 sebelum bergerak melemah hingga level terendah di 6.399,52. Total volume transaksi tercatat sebesar 3,27 juta lot dengan nilai perdagangan Rp256,74 miliar dari 32.510 transaksi di seluruh pasar.
Sejumlah saham masuk ke jajaran top gainers dengan kinerja yang cukup baik. Saham-saham yang mengalami kenaikan signifikan di awal perdagangan di antaranya adalah PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) dari sektor infrastruktur yang melonjak 20,22 persen ke harga Rp107.
PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) dari sektor kesehatan yang naik 15,83 persen ke Rp161, PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) dari sektor energi yang menguat 15,04 persen ke Rp306, PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJEN) dari sektor infrastruktur yang naik 14,55 persen ke Rp126, dan PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) dari sektor industri yang naik 8,25 persen ke Rp105.
Selain itu ada sejumlah saham yang terkoreksi masuk ke jajaran top losers. Adapun saham-saham yang mengalami pelemahan antara lain PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dari sektor barang konsumsi non-siklikal yang turun 8,90 persen ke Rp870, PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) dari sektor industri yang melemah 6,72 persen ke Rp625.
PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) dari sektor properti yang melemah 6,00 persen ke Rp282, PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) dari sektor teknologi yang turun 5,77 persen ke Rp98, dan PT Dunia Virtual Online Tbk (AREA) dari sektor teknologi yang turun 5,41 persen ke Rp420.
Sementara itu, di AS, indeks saham jatuh tajam pada Rabu malam. Nvidia memperingatkan bahwa pembatasan ekspor chip ke Tiongkok akan menggerus miliaran dolar dari pendapatan mereka, memicu kekhawatiran baru di Wall Street.
Indeks S&P 500 merosot 2,2 persen setelah sempat turun hingga 3,3 persen — nyaris menjadi salah satu koreksi terburuk dalam beberapa tahun terakhir sebelum diguncang volatilitas belakangan ini. Dow Jones terkoreksi 699 poin atau 1,7 persen, dan Nasdaq ambles 3,1 persen — menjadi indeks dengan penurunan terdalam.
Kekhawatiran akan resesi kembali mencuat di kalangan investor, terutama setelah Trump menggulirkan tarif impor yang lebih agresif. Trump mengklaim tarif itu bertujuan membawa kembali industri manufaktur ke dalam negeri dan menekan defisit perdagangan. Tapi, hasil survei manajer dana global oleh Bank of America menunjukkan ekspektasi resesi kini berada di posisi tertinggi keempat dalam 20 tahun terakhir.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pun ikut pesimistis. Dalam laporan terbaru, WTO memperkirakan volume perdagangan barang dunia bakal turun 0,2 persen tahun ini jika situasi tarif tidak berubah. Jika kondisi memburuk, perdagangan bisa menyusut hingga 1,5 persen.
Secara keseluruhan, S&P 500 turun 120,93 poin ke 5.275,70. Dow Jones melemah 699,57 poin ke 39.669,39, sementara Nasdaq turun 516,01 poin ke level 16.307,16.
Pasar Obligasi dan Komoditas Juga Bereaksi
Imbal hasil obligasi AS ikut melandai setelah pernyataan dari Ketua The Fed yang bernada lebih hati-hati. Yield obligasi AS tenor 10 tahun turun ke 4,28 persen dari 4,35 persen pada Selasa malam, dan dari 4,48 persen di akhir pekan lalu.
Harga minyak mentah juga bergerak naik. Minyak WTI naik 35 sen ke USD62,82 per barel, sedangkan Brent sebagai acuan global menguat 23 sen ke USD66,08 per barel.
Di pasar mata uang, dolar AS menguat terhadap yen, naik ke level 142,75 dari 141,74. Sementara itu, nilai tukar euro melemah ke USD1,1360 dari sebelumnya USD1,1401.