Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

BELL Umumkan Dividen di Tengah Tekanan Keuangan

PT Trisula Textile Industries Tbk mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp5 miliar yang bakal dilakukan pada 15 Mei 2025.

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 17 April 2025 | Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Yunila Wati
BELL Umumkan Dividen di Tengah Tekanan Keuangan Ilurasi rencana pembagian dividen BELL yang tertantang tekanan kinerja keuangan. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

KABARBURSA.COM – PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) resmi umumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp5 miliar atau setara Rp0,68 per saham usai sukses mempertahankan kinerja positif sepanjang tahun buku 2024. 

Pengumuman tersebut disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar di Cimahi pada 15 April 2025 lalu. Sementara, dividen akan dibayarkan kepada pemegang saham pada 15 Mei 2025 mendatang.

Direktur Utama BELL Karsongno Wongso Djaja, menyampaikan bahwa pembagian dividen ini merupakan bentuk apresiasi Perusahaan terhadap dukungan para pemegang saham, serta komitmen Perseroan dalam menjaga konsistensi pertumbuhan kinerja. 

“Pembagian dividen tahun ini sebagai perwujudan konsistensi BELL mempertahankan kinerja positif dan mengapresiasi pemegang saham kami,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 17 April 2025.

Ia juga menjelaskan, BELL membukukan penjualan bersih sebesar Rp584,89 miliar sepanjang 2024, tumbuh 9 persen dibanding tahun sebelumnya. Laba bersih Perseroan tercatat sebesar Rp11,53 miliar, menandakan stabilitas profitabilitas di tengah tekanan industri tekstil yang masih menantang.

Menghadapi tahun 2025, manajemen BELL menargetkan pertumbuhan kinerja sebesar 10 persen. Strategi utama yang diusung adalah peningkatan inovasi dan perluasan jaringan ritel. Untuk menunjang fokus tersebut, BELL sedang membangun Trisula Innovation Center, yang akan menjadi pusat pengembangan produk-produk inovatif tidak hanya bagi BELL, tetapi juga untuk seluruh entitas di bawah naungan Trisula Group.

“Dengan pengalaman lebih dari lima dekade dan dukungan tim R&D yang andal, kami yakin mampu menangkap kebutuhan pasar yang terus berkembang,” lanjut Karsongno.

BELL juga berencana memperkuat lini ritel dengan ekspansi gerai JOBB dan Jack Nicklaus ke wilayah-wilayah potensial di Indonesia. Saat ini, BELL mengoperasikan 132 point of sales (POS) untuk JOBB dan 51 POS untuk Jack Nicklaus, yang tersebar di berbagai kota besar.

Industri Tekstil yang Masih Bertahan

BELL adalah anak usaha dari PT Trisula International Tbk (TRIS), yang dikenal sebagai penyedia kain berkualitas tinggi berbahan 100 persen polyester, Poly Viscose, dan Protective Fabric. Merek-merek seperti Bellini dan Caterina menjadi andalan Perseroan di pasar domestik maupun internasional. Selain produksi dan perdagangan kain serta seragam, BELL juga mengelola bisnis ritel pakaian jadi.

Didirikan di Cimahi, Jawa Barat, BELL mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017 dengan kode saham BELL. Perusahaan terus mengedepankan prinsip operasional yang berkelanjutan serta adaptif terhadap dinamika pasar dan tren gaya hidup modern.

Valuasi dan strategi jangka panjang

Dengan price to earning ratio (PER) yang masih relatif rendah dan posisi kas yang solid, aksi pembagian dividen ini dinilai sebagai sinyal kepercayaan manajemen terhadap prospek bisnis ke depan. Jika melihat strategi ekspansi dan inovasi yang diambil BELL dapat mendorong margin pertumbuhan yang sehat, terutama di tengah pemulihan sektor manufaktur dan retail domestik.

Langkah berkelanjutan yang ditempuh BELL juga mencerminkan fokus jangka panjang terhadap efisiensi operasional dan diversifikasi pasar. Kinerja keuangan yang stabil dan strategi ekspansi yang terukur memberikan landasan yang kokoh bagi Perseroan untuk tetap relevan di tengah perubahan industri tekstil global.

Keuangan BELL Mengalami Tekanan Hebat

Rencana BELL membagikan dividen sebenarnya cukup fantastis, apalagi jika dilihat dari segi keuangannya. Saat ini, BELL menghadapi tekanan keuangan yang cukup signifikan sepanjang periode pelaporan terakhir, dengan berbagai indikator kinerja utama menunjukkan penurunan tajam. 

Pendapatan (revenue) perusahaan tercatat sebesar USD158,53 miliar, mengalami penurunan 11,50 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi perusahaan dalam menjaga pertumbuhan penjualan, baik karena tekanan pasar, persaingan yang semakin ketat, atau perubahan permintaan konsumen.

Sementara itu, beban operasional Bell mencapai USD44,31 miliar, atau turun tipis 2,41 persen. Penurunan beban ini tampaknya belum cukup untuk menahan dampak dari anjloknya pendapatan, sehingga margin keuntungan perusahaan tergerus habis. Hal ini tercermin dari posisi bottom line Bell yang mencatat kerugian bersih sebesar USD397,39 juta. Angka tersebut mencerminkan penurunan sangat tajam dari laba periode sebelumnya, dengan persentase penurunan mencapai -1.697,54 persen.

Lebih lanjut, margin laba bersih (net profit margin) perusahaan berada pada angka negatif 0,25 persen, turun drastis sebesar 2.400 persen dibandingkan sebelumnya. Ini menandakan bahwa untuk setiap dolar yang dihasilkan Bell dalam penjualan, perusahaan justru mengalami kerugian, yang menunjukkan efisiensi dan profitabilitas yang terus menurun.

Pada sisi operasional, Bell masih membukukan EBITDA sebesar USD8,15 miliar, yang turun tipis 2,12 persen dari periode sebelumnya. Meskipun EBITDA tetap positif, penurunan ini juga mengindikasikan bahwa kinerja operasional inti perusahaan ikut terdampak oleh kondisi pasar secara keseluruhan. EBITDA yang lebih rendah ini turut mengurangi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari kegiatan operasional utama.

Yang cukup mencengangkan, rasio pajak efektif (effective tax rate) Bell tercatat sebesar -53,46 persen. Angka ini mencerminkan adanya manfaat pajak luar biasa yang mungkin didapatkan dari kerugian yang dibukukan, seperti pengakuan atas deferred tax asset atau insentif pajak lainnya. Meski demikian, rasio pajak negatif ini tidak cukup untuk mengubah arah tren negatif laba bersih perusahaan.

Ketiadaan data earnings per share (EPS) pada periode ini semakin mempertegas bahwa perusahaan sedang mengalami masa yang sulit. Hal ini bisa terjadi karena hasil EPS yang negatif atau tidak tersedia karena perusahaan mencatatkan kerugian bersih yang terlalu besar untuk dibagikan dalam bentuk laba per saham.

Secara keseluruhan, kinerja keuangan BELL menunjukkan tekanan besar dari sisi pendapatan dan profitabilitas. Meskipun terdapat upaya untuk menurunkan biaya operasional, kerugian bersih dan margin negatif menunjukkan bahwa perusahaan harus segera melakukan penyesuaian strategis agar bisa kembali ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan. 

Dalam jangka pendek, fokus pada efisiensi, penguatan lini pendapatan, dan restrukturisasi operasional menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan investor dan kesehatan keuangan perusahaan.(*)